LMA 11.00

425 107 37
                                    

"Sisi. Kamu pulang sama Ayah!"

"Nggak! Sisi mau pulang sama temen Sisi!"

"Kamu berani melawan Ayah, hah?"

Sisi menjatuhkan tas dan sweater yang hendak dia kenakan. Sejak tadi dia berusaha untuk menahan diri agar tidak berteriak di depan ayahnya. Tapi kenapa ayahnya selalu saja memancingnya untuk berteriak?

"Sisi pulang dengan teman Sisi karena Sisi nggak mau terus bertengkar dengan Ayah. Sisi udah lakukan sesuai yang Ayah inginkan, Sisi mohon, kali ini biarkan Sisi pulang sama temen Sisi," ucap Sisi se-pelan mungkin berkata pada Ayahnya. Dia lelah, jika harus bertengkar terus.

Hermawan mengambil tas milik Sisi kemudian memberikan tas itu pada Sisi.

"Ingat untuk pulang ke rumah. Jangan pernah pulang ke rumah lain selain rumah Ayah."

Sisi mengambil tas miliknya lalu pergi meninggalkan Hermawan sambil menghapus kasar air matanya.

Sebuah chat masuk ke HP-nya, itu pesan dari Avin.

Avin : Gue udah di mobil.

Walaupun Sisi menduga bahwa dia pasti akan bertengkar dengan ayahnya. Tapi dia tidak menyangka jika Avin malah memergoki itu. Sisi merasa malu, dia selama ini berusaha menutupi apa yang dia alami tentang keluarganya.

"Lo nggak masuk?" Avin membuka kaca jendela mobilnya. Sisi terlihat canggung, padahal sebelumnya dia begitu percaya diri menampakkan keceriaan di hadapan Avin.

Sisi tersenyum samar, berusaha menyembunyikan mata merahnya.

"Gue duduk di depan, deket supir, atau di sini?" tanya Sisi dari luar mobil.

"Di sebelah gue aja," jawab Avin tanpa membuka matanya.

Akhirnya Sisi mengikuti kata Avin, dia duduk di bangku belakang, tepat di sebelah Avin membiarkan supir di depan, duduk sendirian.

Mobil pun melaju, Avin tidak mengucapkan hal-hal yang berkaitan tentang kejadian di hotel tadi. Dia hanya memejamkan mata, entah tidur atau tidak, intinya sepanjang perjalanan Avin jarang melihat ke luar jendela, dia lebih memilih memejamkan mata.

Sisi merasa tidak enak, dia harus menjelaskan pada Avin, walau yang dilihat Avin memang sudah cukup jelas, saat ayahnya hendak menamparnya.

"Vin..."

"Hm."

"Soal tadi di hotel, gue..."

"Jangan dibahas. Gue nggak minta lo cerita."

"Makasih, ya, Vin."

"Sama-sama."

Begitulah akhir percakapan Sisi bersama Avin di dalam mobil. Setelah itu mereka hanya saling diam, sesekali Sisi menguap merasa ngantuk karena dia memang kurang istirahat belakangan ini.

Beberapa waktu kemudian, Sisi berusaha tetap terjaga, Avin masih terpejam, Sisi mengira mungkin Avin tertidur. Tetapi kemudian dia teringat ucapan Nana, tentang Avin yang memiliki gangguan kecemasan yang berhubungan dengan jalanan kota Bandung.

"Lo tidur aja. Kalau udah sampai, gua akan kasih tahu lo," ucap Avin tiba-tiba mengagetkan Sisi.

"Lo nggak tidur, Vin?"

"Enggak. Lo tidur aja. Nanti gue antar lo sampai depan rumah."

"Tapi lo belum tahu alamat gue, kan?"

"Tau."

"Hah? Dari mana lo tahu alamat gue?"

"Lo yang ngasih tahu gue."

Love Me Again (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang