LMA 15.00

476 107 41
                                    

Sisi masuk ke dalam rumah dengan rasa belum percaya, kalau cowok di sebelahnya mau mampir ke rumahnya. Sebelum mengetuk, pintu rumah Sisi sudah terbuka lebih dulu.

"Non Sisi?" ucap Bi Jemi yang baru saja akan membuang sampah.

"Bibi," jawab Sisi dengan raut kikuk sambil mengisyaratkan agar Bi Jemi melihat cowok di sebelahnya.

"Ya ampun, ini Nana, Non?" tanya Bi Jemi, saking seringnya Sisi memperkenalkan wajah idolanya pada Bi Jemi membuat wanita paruh baya itu mengenali wajah Nana.

Avin tersenyum lalu mengambil plastik sampah dari tangan Bi Jemi. "Biar saya bantu, ya, Bi."

"Ja-jangan, Nak. Ya ampun, kamu sopan banget," sahut Bi Jemi.

"Nggak apa-apa, Bi. Di sana ya?" tunjuk Avin pada tong sampah besar di depan rumah Sisi.

"I-iya, Nak. Tapi itu kotor, biar Bibi aja," tolak Bi Jemi.

"Nggak apa-apa, Bi."

Akhirnya Avin lah yang membuang sampah itu.

Bi Jemi tercengang, di jaman sekarang ternyata masih ada pemuda yang sangat sopan santun seperti Avin itu, pikirnya.
Sisi juga sama, dia tidak menyangka kalau Avin akan melakukan itu.

"Non, dia yang katanya mirip Nana?" tanya Bi Jemi sambil memperhatikan cowok tersebut menaruh sekantong besar sampah, lalu dia tidak lupa mencuci tangannya di wastafel yang tersedia di samping tempat sampah.

Avin kembali ke hadapan Bi Jemi dengan senyum ramahnya yang jarang di pertontonkan saat di sekolah.

"I-iya, Bi. Vin ini Bi Jemi, kenalin. Bi Jemi, kenalin, ini Nana, eh, maksudnya ini Alvino, panggil aja Avin, Bi," tutur Sisi.

Bi Jemi tersenyum lebar, dia langsung mengajak Avin masuk ke rumah.

"Mari masuk, Nak."

"Baik, Bi." Avin pun masuk ke dalam rumah itu.

Sisi mengekor Bi Jemi, dia seolah sedang bermimpi, berulang kali dia mengucek mata, mencubit pipi, takut dia sedang berhalusinasi.

"Duduk, Nak. Makasih, ya, udah antar Non Sisi. Soalnya Non Sisi lagi kurang sehat, tapi tetep ngeyel mau sekolah. Nak Avin mau minum apa?"

Avin tersenyum kemudian duduk di sofa ruang tamu. "Apa aja, Bi."

Bi Jemi mengangguk. "Oke, Bibi buatkan dulu, ya."

Sisi lalu duduk di hadapan Avin, dia agak kikuk. Suasana itu di luar dugaan sama sekali, karena Sisi tidak pernah menyangka Avin mau mampir ke rumahnya seperti sekarang.

"Bokap lo mana?" tanya Avin.

Sisi tersentak, dia lalu tersenyum kaku. "Lagi ada urusan pekerjaan," jawabnya.

"Oh." Avin lalu mengambil ponsel di saku, dia menunjukkan layarnya pada Sisi.

"Gue izin save nomor lo."

Sisi kembali kaget, jadi apakah ini hadiah dari Tuhan untuknya? Mendadak Avin bersikap di luar dugaannya sama sekali.

"Lo beneran mau save nomor gue, Vin?" Sisi menatap Avin dengan mata membulat seolah tidak percaya.

"Emang kenapa? Takut cowok lo marah? Gue cuman save, bukan ngajak lo pacaran."

"Bu-bukan gitu, juga, kali!" Sisi tanpa sadar memerah saat mendengar jawaban Avin. "Gue juga nggak ada pacar!" tegasnya.

Avin tidak menjawab, dia memasukkan lagi ponselnya ke dalam tas. Lalu tak lama kemudian, datanglah Bi Jemi membawa minuman dan beberapa potong cake.

Love Me Again (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang