LMA 24.00

402 90 12
                                    

"Bel, lo kan yang udah nyuruh Fadhil sebar tuh video di grup kelas kita?"

"Lo kok bisa nuduh gue gitu, Kal?"

"Gue udah selidiki semuanya dan bukti mengarah ke lo. Jadi, gue minta lo jujur sekarang."

"Bukan gue, Kal. Demi apapun bukan gue!"

"Tapi Fadhil bilang itu lo, Belva!"

"Fadhil tukang tipu lo percaya? Muka dia aja sok alim aslinya manipulatif! Gue bisa kasih bukti lain itu bukan gue, dan gue juga dapat video itu duluan dari abang—"

"Abang? Abang siapa?"

"Bu-bukan! Bukan siapa-siapa intinya itu bukan gue! Gue nggak mungkin cepu kayak gitu! Gue juga gak pernah ada untungnya ngirim kayak gitu, kan?"

"Bel, lo ngaku deh, lo suka sama gue?"

"Hah? Maksud lo?"

"Fadhil bilang lo lakuin ini biar Sisi benci sama gue, dan lo bisa ... anjrit lah! Nggak bener kan Bel? Lo udah kayak adek bagi gue!"

"Adek? Gue adek bagi lo? Tapi kita bukan keluarga, Kal. Selamanya lo gak akan bisa jadi kakak gue!"

"Lo marah, Bel? Jadi bener lo suka sama gue dan lo lakuin ini demi bikin Sisi marah sama gue?"

"BUKAN GUE! BUKAN GUE YANG NYEBAR TUH VIDEO!"

Belva lalu pergi begitu saja meninggalkan Haikal. "Kalau bukan lo terus siapa, Belva?" ucapnya pelan saat Belva pergi dan sudah tidak terlihat lagi di depan matanya sekarang.

***

"Si, lo yakin mau pulang? Kalau bokap lo marah gimana?" tanya Avin saat Sisi mengatakan ingin pulang ke rumah. Tidak mungkin dia menginap di rumah Avin terus, pikir Sisi.

"Yakin, Avin. Gue kenal bokap gue, walau dia akan marah, dia nggak akan pukul gue kalau gue udah luka dan bonyok begini," jawabnya sambil menunjuk pada perban di lutut dan memar di pipi bekas pukulan Hermawan.

"Lo nggak lapor polisi aja, Si? Bokap lo udah keterlaluan banget," kata Avin sambil mengusap pipi Sisi yang agak lebam. Sisi mulai salah tingkah lagi.

"Gue nggak tega, Vin." Sisi menyentuh dua lengannya, sekarang dia malah kedinginan.

"Pakai sweater gue, ya." Avin mengambil sweater miliknya dari dalam lemari, lalu memakaikannya pada Sisi.

"Emang nggak apa-apa gue pakai sweater lo Vin?"

"Pakai aja, lo mau pakai hati gue juga boleh." Avin berdekham seperti salah tingkah. 

Sisi sontak tertawa. "Jangan gombalin gue, karena tanpa lo gombalin aja gue udah klepek-klepek apalagi lo gombalin, kalau gue pink sun gimana?"

"Pink sun? Matahari merah jambu?"

"Pingsan sayang!"

Avin ikut terkekeh. "Dasar bocah prik!"

"Enak aja lo ngatain gue bocah prik!"

Avin tertawa lagi, rasanya sudah lama dia tidak tertawa lepas seperti sekarang ini.

Lo beneran hebat Sivana. Di saat luka di hati lo bahkan belum sembuh, lo bisa ketawa setulus ini dan bikin orang lain ketularan aura positif dari lo. Gue bener-bener kagum sama lo.

Love Me Again (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang