HARI Senin telah tiba. Hari dimana semua orang kembali beraktivitas setelah bersantai di akhir minggu. Begitu pula dengan Adnan dan para santri lainnya. Kini mereka tengah melaksanakan ujian kenaikan kelas.Walaupun Adnan tengah melaksanakan tugas, ia tetap melaksanakan amanah yang diberikan oleh Abidzar. Tentunya juga dibantu oleh Ibrahim.
Adnan yang sebelumnya menduduki bangku kelas 11 Aliyah kini sebentar lagi akan naik menjadi kelas 12 Aliyah.
Adnan, Faridh dan Sinyo. Ketiga sahabat karib itu tengah menikmati sarapannya dengan khusyuk. Begitu juga dengan santri lainnya.
Dengan sayur sop dan tempe goreng, ditambah sambal bawang. Walaupun dengan lauk sederhana, semuanya begitu mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. Masih banyak diluar sana yang tidak dapat menikmati makanan yang layak seperti mereka.
Adnan mengucap hamdalah ketika menyelesaikan sarapannya. Disusul dengan kedua sahabatnya.
"Yasudah ayo berangkat, mumpung masih pagi kita bisa baca baca buku dulu kan." ujar Adnan dan diangguki oleh keduanya
"Iya juga, ayo berangkat." sahut Sinyo.
Adnan, Faridh dan Sinyo segera bergegas menuju sekolahnya yang terletak tak jauh dari pesantren mereka. SMAIT As-Sunnah dan Pesantren As-Sunnah masih dalam satu yayasan yang sama. Hanya saja letak gedungnya berbeda. SMAIT As-Sunnah berada di persimpangan jalan, sedangkan Pesantren As-Sunnah lebih menjorok ke dalam pemukiman warga.
Adnan dan Sinyo berjalan beriringan, sedangkan Faridh berada dibelakang dan sedang sibuk mengunyah permen karet sambil menghitung jumlah mobil dan motor yang lewat. Benar benar unfaedah sekali.
"Nan, hari ini mapel apa?" tanya Faridh menyembul dari arah belakang
"Bahasa Indonesia sama Ilmu Tafsir. " jawab Adnan santai
Faridh mematung seketika, Ilmu Tafsir? Apa ia tak salah mendengar?
"He, kenapa berhenti tengah jalan?" tanya Adnan ketika melihat sahabatnya yang satu ini diam ditempat
"Adnan, aku belum hafalan sama sekali. Pliss sekali ini aja ya, kasih contekan. Tolong bantu sahabat tercintamu ini. Pliss aku janji ga bakal nyontek lagi deh." pinta Faridh dengan muka memelas.
Adnan dan Sinyo yang melihat mimik muka sahabatnya yang satu ini rasanya ingin muntah saja. Faridh ada ada saja, ujian kemarin juga janjinya begitu, tidak akan mencontek lagi, tapi sekarang? Janji manisnya hanya bualan belaka.
"Ck. Kenapa kemarin tidak hafalan?" tanya Sinyo kali ini
"Ya ente tau sendiri kan, seorang Faridh Abdurrahman ini sangat sibuk. Jangankan pegang buku, buat tidur aja susah." jawab Faridh tak mau kalah
"Alesan." gumam Sinyo sambil memutar bola matanya malas
Adnan menghela nafas panjang, "Yasudah ayo cepat berangkat, sebentar lagi bel." titah Adnan sambil menarik kedua tangan sahabatnya itu
Alya tersenyum lebar menampilkan deretan giginya. Saat ini hari kelulusan nya telah tiba. Dirinya telah resmi lulus dari bangku menengah pertama.
Dari arah kejauhan, Hana berlari menghampiri sahabat nya yang tengah asik menyusun buket bunga. "Alya...!" panggilnya
Sang empu nama pun menoleh ketika mendengar namanya dipanggil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alya Qaisarah [REVISI]
Fiksi Remaja"Dunia ini bukanlah tempat untuk beristirahat, tempat istirahat yang sesungguhnya adalah surga." Begitulah kata Abah. Disaat yang lain tengah sibuk membenahi diri dan karir. Aku tengah dituntut untuk mengembalikan imanku yang telah lama hilang. Usia...