SEORANG gadis berambut hitam pekat sebahu itu berlari melewati lorong-lorong rumah sakit. Kedua tangannya sibuk menata map map yang berserakan, hingga tak sekali dua kali kali bahunya menubruk orang lain. Perhatian nya fokus pada satu titik, yaitu sahabatnya.Setelah menemukan pintu ruangan milik sahabatnya. Ia segera masuk tanpa mengucap salam.
"Al, Alya..!"
Sedangkan sang pemilik nama terlonjak kaget melihat sahabatnya datang tiba-tiba tanpa memberi salam terlebih dahulu.
"Astaghfirullah Na! Salam dulu napa kek. Masuk ruangan orang sembarangan aja." Gerutunya
Sedangkan Hana, gadis itu menyengir lebar sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Hehe, sorry Al. Gue tadi reflek, oh ya gue udah nemuin semua bukti buktinya." ujar Hana sambil menyodorkan sebuah map berwarna merah.
Alis Alya mengkerut, mencoba mencerna perkataan dari sahabatnya. Maklum lah, sudah dua hari ia berada di rumah sakit, otaknya tiba tiba menjadi lola.
"Astaga Al.. ini buruan di ambil!"
"Ha?" beo Alya membuat Hana semakin gemas.
Dengan cepat Hana menarik tangan Alya dan meletakkan map tersebut diatas telapak tangan Alya.
"Dalam map ini, semua bukti bukti sudah gue kumpulin. Sekarang kita coba jebak pelakunya. Beres kan?" terang Hana
Seketika Alya menjatuhkan map tersebut dari genggamannya, hatinya mendadak takut. Ia takut sahabatnya menjauh karena sebuah fakta yang selama ini ia pendam.
"Loh map nya kenapa lo jatuhin, Al?"
"E-eh maaf Na. Gue a-agak kaget tadi."
"Its okay Al. Sekarang gue mau nanya sesuatu, lo jawab yang jujur, oke?"
Alya mengangguk kikuk walaupun ia sendiri tak yakin atas jawabannya tadi.
"Apa foto yang di mading kemarin itu bener lo?"
Pertanyaan itu sontak membuat mata Alya membulat, jantungnya seketika berdegup kencang.
"Al, jawab."
"Ha-na.." lirih Alya.
"Gue mau lo cerita semuanya. Gue siap dengerinnya, gue siap apapun nantinya. Gue terima Al."
Alya menunduk tak berani menatap sang sahabat, ia tahu ia salah. Tapi apa yang harus ia lakukan, semua yang terjadi bukan atas kehendaknya.
"Terimakasih Na, maaf selama ini gue ga bisa jadi sahabat yang baik. Gue harap setelah lo denger semua ini, lo ga akan kecewa ataupun ninggalin gue."
Hana manatap Alya dengan sorot mata iba, ia tak tahu persis apa yang sedang dialami sahabatnya. Selama ini Alya dimatanya adalah sosok yang kuat dan tangguh, tak pernah sekalipun terlihat lemah dihadapannya.
"Kejadian ini sudah terjadi dua bulan yang lalu, Na.. Tepat dimana gue berulang tahun ke 15...
"Alya!!"
Tampak dari jauh, seorang gadis berambut pirang panjang itu berlari menghampiri Alya yang tengah menyantap mie ayam.
Sedangkan sang empu nama mendongak ketika mendengar namanya dipanggil.
"Sasil? Ada apa?" tanyanya heran.
Alih alih menjawab, gadis bernama Sasil itu menyodorkan sebuah undangan yang Alya tak tahu pasti apa isinya.
"Malam ini sepupu gue ulang tahun, dia pengen ngundang semua teman gue juga. Nah kebetulan gue inget lo juga ulang tahun kan? Pas banget ini." ujarnya kemudian mengambil alih duduk disebelah Alya
KAMU SEDANG MEMBACA
Alya Qaisarah [REVISI]
Ficção Adolescente"Dunia ini bukanlah tempat untuk beristirahat, tempat istirahat yang sesungguhnya adalah surga." Begitulah kata Abah. Disaat yang lain tengah sibuk membenahi diri dan karir. Aku tengah dituntut untuk mengembalikan imanku yang telah lama hilang. Usia...