- Kembali Membaik

185 25 4
                                    

  
   ADNAN termenung sambil menatap hamparan sawah hijau milik Pakdhe nya. Jiwa dan raga nya begitu lelah setelah menyelesaikan semua pekerjaannya hari ini.

Ia tak bisa membayangkan betapa sulitnya Ayahnya menjadi tiga peran dalam satu waktu sekaligus. Seorang ayah, guru, dan pemimpin. Benar benar melelahkan pastinya.

Tetapi ia tak pernah mendapati sedikitpun Abidzar mengeluh. Justru kebahagiaan selalu terpancar dari wajah Ayahnya itu.

Beberapa jam yang lalu, Abidzar telah berpamitan kepadanya untuk pergi safar beberapa hari.

Sesuai kata Ayahnya, Pakdhe nya datang membantunya belajar untuk mengelola dan menjaga pesantren beberapa hari kedepannya.

Ya, tidak mudah bagi Adnan yang baru saja mengemban tugas baru dari ayahnya. Ia selalu meringis ketika Ibrahim memarahinya karena ia ceroboh dalam beberapa hal.

Tetapi ia bersyukur, karena dengan keadaan inilah ia mendapat pengalaman baru. Pengalaman yang akan membentuk sikap kedisiplinan dan kepemimpinan nya kedepan.

Adnan sedikit terkejut ketika ada yang menepuk bahunya. Ternyata Ibrahim, pakdhe nya.

"Eh? Pakdhe? " beo nya kemudian menyalami kakak dari ayahnya tersebut.

"Sore sore begini kok nongkrong di sawah, Nan? Kamu mikirin tugas-tugas tadi ya?
Kan udah pakdhe bilang, jangan dianggap sebagai beban. Nikmati aja. Seperti ayahmu melakukan tugasnya.

Sekarang ayo balik ke pesantren, udah mau Maghrib ini. Pakdhe anter ya." Ibrahim seolah-olah mengetahui kegelisahan keponakan pertamanya ini.

"Eh nggak kok pakdhe. Adnan cuma sedikit khawatir. Khawatir tidak bisa menjalankan amanah Ayah untuk beberapa hari ini.” Jawab Adnan dengan pandangan tertunduk.

“Kamu ini kenapa tho le. Pakdhe kan sudah hilang. Jangan dianggap sebagai beban, dibawa santai aja. Tetapi jangan lupa ikhtiar dan do'a nya. Anggap saja latihan. Toh, besok kamu juga akan memegang posisi ini.

Kalau tidak belajar dari sekarang, kapan bisanya? Ingat, semua tidak ada yang instan, semua berproses. Dan kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan bagian dari sebuah proses itu sendiri. Pokoknya yang semangat Adnan! Pakdhe selalu ada disini untuk membantumu.” Petuah Ibrahim diakhiri semangat.

Laki laki paruh baya itu tersenyum ketika melihat wajah sang keponakan sedikit lebih ceria dari sebelumnya.

Pakdhe, Jazaakallahu Khayran atas nasihat dan dukungannya. Adnan beruntung sekali punya Pakdhe.” Ucap Adnan sembari memeluk Ibrahim.

Ibrahim terkekeh pelan, kemudian mengacak rambut Adnan.

"Wa Jazaakallahu khayr. Yaudah kalo gitu ayo segera balik ke asrama. Jangan lupa, hari ini jadwalmu mengimami sholat maghrib.” peringat Ibrahim dan di iyakan oleh Adnan.

Setelah pamit kepada Ibrahim, Adnan lantas berjalan menuju warung Bu Ike karena mengingat ada beberapa barang yang harus ia beli.

"Bu, tepung tapioka nya ada?" tanya Adnan ketika sudah sampai didepan warung.

"Eh nak Adnan, apa kabar? Jarang keliatan ya, tambah ganteng pula." ujar Bu Ike membuat Adnan tersenyum kikuk karena tak tau harus menjawab apa.

Alya Qaisarah [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang