- Masa Lalu

192 15 6
                                    


SEMINGGU telah berlalu, pengumuman hasil tes penerimaan santri baru telah diumumkan. Dan saat ini Malik tengah fokus menatap layar laptopnya, berharap terdapat nama putrinya disana.

Alya yang baru saja menuruni anak tangga itupun tersenyum tipis melihat Abahnya berada di ruang tamu. Ia segera berlari kecil kemudian memeluk Malik.

"Eh, putri Abah sudah bangun?"

Alya memeluk Malik erat, "Abah ngga pergi kerja kah? Hari ini kan senin." tanyanya.

Malik tersenyum, "Tidak nak, Abah libur dulu untuk sementara waktu. Abah ingin mempersiapkan kamu untuk masuk pesantren. Lagipula bukankah hasil tes akan diumumkan hari ini?"

Alya menepuk jidatnya, "Ya Allah, Alya lupa, Bah. Alya ngga sempet lihat tanggal."

"Yasudah kalau begitu, Alya cepat mandi dan sarapan, lalu kita lihat hasilnya sama sama ya?" Ucap Malik kemudian menutup laptopnya.

Alya tersenyum lebar sambil mengacungkan jempolnya, kemudian berlari menuju kamarnya. Sedangkan Malik hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya.

Adnan dan Uwais tengah menyapu membersihkan halaman rumah, sedangkan Sergei dan Zhenya sibuk menata pot bunga pada tempatnya. Omar dan Osman, keduanya merupakan putra dari bibi Jinan dan bibi Jihan juga turut ikut serta. Disusul Novfa dan Ziyah yang asik bercanda ria sambil menyirami tanaman.

"Ziyah sama Novfa daritadi asik ngerumpi mulu. Padahal kita capek capek bersihin sana sini." gumam Uwais dan disetujui oleh Zhenya.

"Itu benar sekali brother. Kita sibuk bersih bersih tapi mereka asik bercanda ria. Benar benar tidak adil bung." sahut Zhenya.

Adnan yang mendengar ocehan kedua adiknya itupun hanya bisa tersenyum tipis, kemudian melanjutkan menyapu dedaunan yang basah.

Hari ini, kedua bibi kembarnya menyuruh mereka untuk membersihkan halaman rumah dan bagian depan pesantren yang nampak kacau karena hujan lebat semalaman.

"Itu yang pojok tolong rapiin lagi Zhey.." Titah Adnan sambil menunjuk pot bunga yang berserakan.

Zhenya yang awalnya memotong rumput itupun segera beralih menuju tempat yang dimaksud oleh kakak sepupunya.

Adnan kembali melanjutkan kegiatannya, tetapi tiba tiba pundaknya ditepuk oleh Uwais, membuatnya menoleh.

"Ada apa?" tanyanya.

"Udah setengah tujuh, bang. Bentar lagi bel." ucap Uwais

"Yaudah kalo gitu kita berangkat sekarang aja, takutnya nanti telat." jawab Adan kemudian meletakkan sapu ijuk tersebut ke tempatnya.

"Semuanya.. aku dan Uwais izin pamit dulu ya. Sebentar lagi bel sekolah berbunyi, aku harus segera berangkat, apalagi ini hari kedua ujian." Pamit Adnan.

"Oke.. hati hati dijalan, jangan lupa berdoa!" Jawab Sergei yang masih asik menata tanaman.

Sedangkan Zhenya beralih menatap Ziyah yang masih asik bercanda bersama Novfa.

"Adikmu tidak berangkat sekolah juga?" Tanyanya heran.

"Gedung sekolah laki laki dan perempuan berbeda. Kebetulan gedung sekolah laki laki letaknya sedikit jauh dari sini." Jawab Adnan dan diangguki oleh Uwais.

Alya Qaisarah [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang