- Kekecewaan Malik

236 28 0
                                    


   SEMINGGU terlah berlalu, kini Alya telah menyelesaikan ujian nasional nya. Dan sebentar lagi ia akan memasuki masa putih abu-abu. Untuk masalah Sasil, Alya sudah melupakannya.

Biarkan saja hukum alam yang membalasnya, dan Alya bukan tipe orang yang suka membalaskan dendam seperti kebanyakan orang lainnya. Dapat hidup nyaman dan damai saja Alya sudah sangat bersyukur.

Lamunannya terbuyar ketika salah seorang guru memanggilnya, "Yang bernama Alya Qaisarah silahkan ikut ibu ke ruangan."

Alya berdiri dari duduknya kemudian mengikuti guru BK yang bernama Diana tersebut.

Alya menautkan kedua alisnya, merasa bingung karena tiba tiba dipanggil kedalam ruangan terkutuk ini. Setahunya ia tak melakukan hal yang aneh. Walaupun ia terlihat bandel dan nakal, tetapi ia tak pernah sekalipun menginjakkan kakinya ke ruangan penuh murid nakal ini.

Setelah memasuki ruangan, Alya dipersilahkan duduk di kursi yang disediakan. Bu Diana tampak mengambil beberapa berkas. Kemudian berjalan menuju meja yang berhadapan dengan Alya.

"Ehm maaf Bu, sebenarnya ada apa ya? Kenapa saya dipanggil kemari?" Tanyanya.

Bu Diana yang sedang membereskan map map tersebut tersenyum simpul, "Alya tunggu sebentar ya." jawab Bu Diana membuat Alya semakin bingung.

Berselang beberapa menit terdengar ketukan pintu. Bu Diana lantas bangkit dari kursinya dan membuka pintu tersebut.

Alya ikut menoleh kearah pintu. Ketika Bu Diana membuka pintu seutuhnya, iris mata Alya seketika membola melihat siapa sosok dibalik pintu tersebut.

Ia menggelengkan kepalanya kuat kuat. Tidak tidak, kenapa Abahnya ada disini? Kenapa Bu Diana memanggil Abahnya kemari? Apa ada suatu kesalahan yang ia lakukan? Resahnya.

"Masuk dulu pak." ucap Bu Diana dan Malik mengangguk dan berjalan menuju kursi.

Malik menoleh ketika mendapati putrinya disampingnya. Ia mengangkat sebelah alisnya seolah menanyakan 'ada apa?'. Tetapi Alya malah membuang mukanya dan menunduk dalam dalam.

"Eh duduk dulu pak." titah Bu Diana dan Malik pun segera menduduki kursi yang bersebelahan dengan Alya

"Baik. Sebelum kita membahas ke topik permasalahannya saya ingin bertanya sedikit pada nak Alya. Mohon kerjasamanya ya nak."

Alya mengangguk, "Baik bu."

"Selama ini nak Alya sering menghabiskan waktunya dimana ketika keluar rumah?"

"Alya jarang keluar rumah, Bu. Sekalinya keluar jika sedang ada acara." jawab Alya

"Hm.. lalu dimana tempat favorit nak Alya ketika sedang badmood atau melampiaskan amarah?"

Alya mengkerutkan keningnya, sepertinya ia tahu arah pembicaraan ini. "Saya jarang keluar rumah Bu, jadi lebih sering menghabiskan waktu didalam kamar."

Bu Diana mengangguk kemudian mengambil sebuah kertas dari balik map merah. Ah tidak tidak, seperti nya bukan kertas biasa tetapi sebuah foto.

Tunggu, apa? Sebuah foto?
Perasaan Alya mendadak tak enak. Jantungnya berdegup kencang.
Apa jangan jangan berita itu telah sampai ke Bu Diana?

"Maaf pak Malik. Saya mendapat kabar tak enak, bahwa nak Alya melakukan tindakan diluar batas sebagai seorang siswa. Nak Alya ketahuan sedang mabuk didalam sebuah bar." ujar Bu Diana seraya menyodorkan sebuah foto kepada Malik yang sedari tadi mematung mendengar ucapan Bu Diana.

Tangan Malik bergetar mengambil foto tersebut. Memastikan bahwa yang difoto bukan putrinya. Alya adalah gadis baik baik, tak mungkin rasanya ia melakukan semua ini. Malik mengerjapkan matanya beberapa kali, memastikan ia tak salah melihat.

Ya benar, disana terlihat putri semata wayangnya, Alya. Tengah berada di kerumunan laki laki, ditambah hijabnya hilang entah kemana, rambut hitam panjangnya tergerai bebas, salah satu tangannya membawa secangkir minuman yang Malik tak tahu pasti jenis minuman apa itu.

Alya meneguk salivanya susah payah. Ia benar benar tidak tahu harus berbuat apa. Ingin sekali berteriak bahwa ia dijebak dan difitnah. Tetapi apa daya ia tak memiliki bukti yang kuat. Alya menghela nafas panjang, seperti nya hari ini adalah hari yang berat, ia tahu Malik pasti akan menghukumnya.

"Apa benar difoto ini adalah putriku Bu?" tanya Malik bergetar

"Sejujurnya saya sedikit kurang percaya dengan foto ini pak. Tetapi beberapa murid mengatakan bahwa ia melihat nak Alya berada di bar salah satu hotel dengan keadaan sedang mabuk berat." jawab Bu Diana membuat iris mata Alya membola. Yang benar saja, saat itu ia tak sadarkan diri, darimana asalnya cerita khayalan itu?

"Tidak Bu, ibu salah faham! Saya dijebak saat itu!" bentak Alya membuat Malik menoleh kearahnya.

"Sabar nak.. ibu akan menyelidiki kasus ini lebih dalam."

"Ibu tolong dengarkan saya. Saat itu saya dijebak Bu, saya ngga pernah sama sekali masuk ke tempat laknat itu. Sasil.. ibu kenal Sasil bukan? Dia- dia yang menjebak saya."

"Sudah cukup Alya!" bentak Malik membuat Alya tersentak kaget

"A-abah."

"Jelas jelas difoto ini kamu! Dan kamu masih mengelak?!"

Bu Diana yang melihat kondisi semakin memanas segera menenangkan Malik.

"Tenang dulu pak. Disini kita tidak tahu yang sebenarnya terjadi, apakah yang diucapkan nak Alya benar adanya atau karangan belaka. Saya akan menyelidiki nya lebih dalam lagi. Saya harap bapak tidak terburu buru menyalahkan nak Alya."

Malik kembali duduk ditempatnya dan segera mengucap istighfar beberapa kali.

Alya menatap Abahnya kecewa, ia kira Abahnya yang akan menenangkan nya dan meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja, tetapi sama saja, Abahnya justru menuduhnya seperti yang lainnya.

"Baik nak Alya, tolong jelaskan secara rinci kejadiannya ya, supaya ibu dapat menyelidiki kasus ini." ujar Bu Diana

Dengan suara gemetar dan Isak tangis, Alya menjelaskan secara rinci kejadian yang ia alami dua bulan yang lalu. Bu Diana yang mendengar cerita Alya itu merasa iba, dapat dilihat dari sorot matanya ia dapat mengetahui bahwa Alya trauma.

"Saya melihat sorot mata nak Alya yang menandakan trauma yang mendalam pak."

"..Tapi saya tidak dapat memutuskan secara sepihak bahwa nak Alya tidak bersalah. Harus ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa difoto ini bukanlah nak Alya." lanjut Bu Diana membuat Malik memijit pelipisnya

"B-bu Diana tidak percaya dengan saya?" tanya Alya bergetar

"Tidak nak, bukan begitu.. harus ada bukti yang kuat untu-"

"Apa semuanya harus berlandaskan bukti Bu?! Kenapa tidak ada yang mempercayai ku? Bukankah ibu sendiri yang bilang jika keadilan pasti akan tegak!

Ta-pi buktinya, semua menuduhku sebagai tersangka padahal jelas jelas disini aku sebagai korban! Kenapa hanya dengan sebuah foto itu, ibu mudah sekali percaya? Kenapa hanya dengan omongan mereka, ibu dengan cepatnya menuduh?!" Alya meluapkan semua emosinya yang ia pendam selama ini.

Dengan perasaan marah dan kesal ia menghiraukan Bu Diana dan Malik, Alya berlari keluar dari ruangan BK.

Malik yang melihat tingkah Alya hanya bisa menghela nafas panjang, seperti nya keputusannya untuk memasukkan Alya kedalam pesantren memang benar dan tidak bisa ditunda tunda lagi. Ia hanya takut putrinya salah pergaulan, ditambah zaman yang penuh fitnah ini. Malik harus pandai pandai menjaga putrinya.





















-•-•-•-

Don't forget to vote and comment

Jazakumullahu Khairan Khatsiraan

📝: Sabtu, 24 Juli 2021

Alya Qaisarah [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang