- Kabar Buruk

51 3 0
                                    


ADNAN duduk termenung dikamarnya, ia terus memikirkan kedaan Malik. Walaupun ia sudah melaksanakan shalat hajat, meminta kesembuhan untuk Malik. Tetap saja, rasa khawatir itu terus menjalar pada dirinya.

Tak berselang lama, terdengar ketukan pintu. Dengan sigap Adnan segera membukanya. Terpampanglah sahabatnya, Sinyo.

"Kok udah balik kamar Nyo? Katanya ikut ekskul?" Tanya Adnan.

"Iya tadi udah ke lapangan, eh kebetulan ketemu Ustadz Abid, beliau minta tolong panggilin ente." Jawab Sinyo.

Adnan mengkerutkan keningnya, ada gerangan apa ayahnya kembali memanggilnya?

"Heh, malah ngelamun. Buruan, ditungguin itu. Ayahmu lagi buru buru soalnya." Tegur Sinyo.

Ucapan Sinyo membuat Adnan tersadar kemudian mengangguk cepat, "Iya iya, aku kesana."

Adnan segera berlari menuju arah rumahnya. Hati dan pikirannya diliputi banyak pertanyaan. Hari ini ayahnya memang sedikit berubah semenjak mendengar kabar tentang Malik.

Tampak dari kejauhan, Abidzar tengah terburu buru mondar mandir menyiapkan sesuatu. Adnan yang melihat ayahnya sangat sibuk itu segera menghampirinya.

"Ayah? Ada apa? Kenapa memanggil Adnan?" Tanyanya khawatir.

Abidzar sontak menoleh, "Alhamdulillah kamu sudah datang, ayo nak! Kita harus cepat cepat pergi!" Titah Abidzar.

"Kemana, yah?" Tanya Adnan kembali. Jujur saja ia benar benar tak faham mengapa Ayahnya ini menjadi sangat berubah.

Abidzar hanya menoleh sekilas kemudian segera menarik tangan putranya untuk masuk kedalam mobil. "Nanti saja Ayah beritahu, sekarang benar benar darurat." Jawab Abidzar seadanya.

Sekarang pikiran Adnan semakin kacau, ia benar benar bingung dengan sikap ayahnya. Ada apa ini? Apakah ada suatu hal yang begitu penting sehingga Ayahnya terburu buru seperti ini?

Daripada memikirkan itu semua, Adnan mencoba menenangkan dirinya sambil terus beristighfar.

...

Alya mendengus kesal, kemudian membanting sapu ijuk yang semula digenggamnya.

"Hih, apaansih?! Jelas jelas dia yang salah! Kenapa sekarang gue yang dihukum! Ga adil banget!" Gerutunya sambil mencak mencak tak jelas.

"Astaghfirullah Alya! Ada apa? Kok sapunya dilempar begitu?" Tanya Sabina yang kebetulan lewat.

Alya menoleh ketika mendengar suara yang tak asing baginya, ternyata Sabina. Perempuan bergamis hitam itu terlihat bingung melihat sikapnya tadi.

"Eh ada Mbak.. habis darimana Mbak?" tanya Alya dengan cengengesan.

Sabina yang menyadari Alya mencoba mengubah topik itu memincingkan matanya, "Hm, ada kasus apalagi kali ini?" Tanya Sabina seolah mengerti apa yang sedang disembunyikan oleh adik kelasnya ini.

Alya menghela nafas panjang, menyembunyikan masalah dari Sabina adalah hal yang sia sia. Tanpa diberitahu pun Sabina dapat menebak apa yang tengah terjadi pada Alya. Benar benar luar biasa bukan?

"Hari ini kena hukum lagi Mbak, padahal Alya ga salah! Tapi tetep aja kena hukum!" Ucap Alya sambil menghentakkan kakinya kesal.

"Kalau ga salah, ga mungkin bakal dihukum dek. Pasti kamu habis ngapa ngapain tadi." Jawab Sabina.

Alya mendengus kesal kemudian mengangkat jarinya membentuk peace, "Suer Mbak, Alya ga salah!"

Alya Qaisarah [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang