ADNAN berdecak sebal karena seseorang yang ditunggunya tidak datang datang. Ya, Faridh. Sahabatnya yang satu ini memang suka ngaret. Padahal seharusnya Faridh lah yang menunggu dirinya, kenapa jadi terbalik? Benar benar menyebalkan bukan?Tak lama, nampak dari jauh laki laki bersarung hijau kotak kotak itu berlari menghampiri Adnan yang sedang memasang wajah masamnya. Faridh menggaruk tengkuknya yang tak gatal sembari tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya. Adnan berdecak sebal kemudian berjalan meninggalkan Faridh.
"Loh loh Nan, mau kemana? Aula kan sebelah sana." ujar Faridh mencoba menyamai langkahnya dengan Adnan.
"Mau balik ke kamar, yang ditunggu orangnya ga dateng dateng." cibir Adnan.
"Jangan gitu atuh nan, maaf tadi ketiduran, hehe." cicit Faridh mendapat jitakan dari Adnan
"Sini nungguin lama lama, situ malah enak enak ngorok." Faridh yang mendengarnya pun langsung cemberut, hal itu membuat Adnan jijik dan mempercepat langkahnya.
"Oi Nan, jangan kabur.. ayo sini bantuin guee." teriak Faridh menyusul Adnan yang sudah berjalan terlebih dahulu.
•••
Alya berjalan lunglai menuju meja makan, hal tersebut menjadi perhatian Malik. Ada gerangan apa putrinya mendadak lesu di pagi pagi hari? Biasanya putrinya paling semangat dan heboh di rumah ini.
"Loh Alya kenapa wajahnya lesu begitu? Apa badannya masih nda enak? Jangan dipaksa masuk sekolah dulu nak. Nanti saja kalau sudah sembuh total." ujar Malik.
Alya menghela nafas panjang, Abahnya memang tidak mengerti. Hari ini ia sangat malas menginjakkan kakinya ke sekolah. Selain buku bahasa Indonesia nya hilang, ditambah pembullyan tentang foto itu membuat nya sangat malas pergi ke sekolah.
Tetapi ia harus tetap pergi, karena ujian nasional akan berlangsung empat hari lagi, ditambah jadwal try out yang menumpuk.
"Ngga apa apa Abah, Alya baik baik aja kok. Kan sebentar lagi Alya UN. Jadi Alya harus tetap masuk sekolah." jawab Alya seraya mengambil sandwich yang terletak diatas piringnya.
Alya mencoba menyemangati dirinya, ia yakin masalah nya akan segera selesai. Sebentar lagi ia akan lulus, jadi apa gunanya memikirkan itu semua, iya kan?
"Yasudah kalau begitu. Tapi jangan lupa minum obat dan vitaminnya ya." ingat Malik dan Alya hanya berdehem menanggapinya.
•••
"Astaghfirullah Faridh, yang bener dong kalau nyusun." gerutu Ridho ketika melihat adik kelasnya asal asalan menyusun kursi tamu.
"Udah bener ni bang, dah rapi." ucap Faridh sambil memandang hasil susunannya dengan bangga.
"Bener apane! Ulangi! Morat marit kabeh iki!"
Adnan yang melihat sahabatnya dimarahi habis-habisan oleh kakak senior nya tertawa puas. Memang seharusnya, sahabat tak ada akhlak nya mendapatkan karma, ahaha.
Faridh yang melihat kakak senior nya sudah pergi itu segera mendekat kearah Adnan.
"Heh jangan ketawa mulu ente. Sini bantuin beresin semuanya."
Adnan yang mendengar Faridh meminta tolong padanya pura pura tidak tahu. Ia tetap melanjutkan menyapu setiap sudut aula. Faridh yang merasa diacuhkan itu berteriak menyusul Adnan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alya Qaisarah [REVISI]
Novela Juvenil"Dunia ini bukanlah tempat untuk beristirahat, tempat istirahat yang sesungguhnya adalah surga." Begitulah kata Abah. Disaat yang lain tengah sibuk membenahi diri dan karir. Aku tengah dituntut untuk mengembalikan imanku yang telah lama hilang. Usia...