Adnan pov-
SETELAH membersihkan diri, dan shalat Dzuhur. Aku berniat mengambil beberapa kitab milikku yang tertinggal di rumah. Sembari berjalan menuju rumah, kusempatkan untuk berdzikir.
Ketika sampai, kulihat banyak pasang sepatu dan beberapa mobil berjejer di bagian depan rumah, membuat keningku mengkerut seketika. Apakah rumahku sedang didatangi tamu?
Bingung, antara ingin kembali ke asrama atau masuk kedalam rumah. Pasalnya aku tak pernah melihat tamu sebanyak ini datang ke rumah, dan yang lebih ku takutkan bisa jadi tamu itu adalah tamu pentingnya ayah yang datang dari jauh jauh.
Baiklah, setelah berpikir cukup lama, aku putuskan untuk masuk kedalam rumah. Bisa saja Bunda tengah memerlukan bantuan ku. Mengingat Ayah masih berada di luar kota.
Ziyah dan Uwais juga sedang berada di asrama, Bunda pastinya kewalahan menghadapi tamu sebanyak itu, terlebih lagi jika tamunya seorang lelaki, Bunda pasti sedikit risih bila langsung berhadapan dengan tamu tersebut.
Dengan mengucap basmalah, perlahan aku membuka pintu sembari disusul mengucapkan salam. Setelahnya terdengar banyak yang menjawab salamku, sesuai dengan dugaan ku, pasti ada banyak tamu yang datang.
Benar saja, ada banyak orang yang tengah asik duduk sambil bercanda ria di ruang tamu. Tapi yang semakin menarik perhatian ku, ternyata tamu tersebut adalah keluarga ayah, yang notabennya asli orang Rusia. Seketika aku tercengang, bagaimana mungkin mereka datang tanpa memberi tahuku? Jarak antara Rusia dengan Indonesia tidaklah dekat, pasti mereka sudah merencanakannya jauh jauh hari.
"Lihatlah, putra sulung Abidzar sudah datang! Kemari nak!" panggil Dedushka ku sambil melambaikan tangannya.
Babushka yang awalnya tengah asik berbincang dengan yang lainnya itu ikut menoleh ke arahku. Kemudian menghampiriku dan memelukku erat.
"Adnan, sekarang kau sudah besar! Oma rindu padamu.. lihatlah sekarang, betapa tampannya cucuku ini." Babushka melepaskan pelukannya kemudian mencubit pipiku bergantian, aku yang diperlakukan seperti itu hanya bisa tertawa kecil.
Baiklah biar kujelaskan, Dedushka dan Babushka adalah panggilan Kakek dan Nenek dalam bahasa Rusia. Tetapi keduanya lebih suka jika dipanggil dengan sebutan Opa dan Oma (Panggilan kakek dan nenek dalam bahasa Jerman).
Syed Nazih Mohammed Hussain, atau yang lebih akrab disapa Ahmed itu adalah Kakekku yang notabennya asli keturunan Jerman. Sedangkan Nenekku, Shahnoza asli keturunan Rusia.
Keduanya sudah mengarungi bahtera rumah tangga selama 56 tahun lamanya dan dikaruniai lima orang anak. Tiga laki laki dan dua perempuan.
Yang pertama adalah Pakdhe ku, Ibrahim Mohammed Hussain. Beliau tinggal di Indonesia sejak remaja bersama Ayahku, dan bahkan kami bertetangga.
Dan yang kedua adalah ayahku, Abidzar Mohammed Hussain. Ayah dan Pakdhe memiliki selisih empat tahun. Lalu yang ketiga adalah pamanku yang menetap di turki, namanya Adskhan Mohammed Hussain. Paman dan Ayah selisih tiga tahun. Kemudian disusul bibi kembarku Jinan Hussain dan Jihan Hussain.
Melihat keluarga besar Ayah berkumpul rasanya cukup senang dan gembira, apalagi ketika melihat mereka tengah berkumpul sambil bercanda ria, benar benar momen langka. Mengingat kami jarang pulang ke Rusia dikarenakan terkendala jarak yang cukup jauh dan biayanya yang tidak murah. Mungkin dua tahun sekali kami menjenguk Oma dan Opa sekaligus merayakan Idhul Fitri bersama.
Oma menepuk pundakku kemudian mengajakku duduk bersama yang lainnya. Walaupun usia Oma sudah menginjak tujuh puluh delapan tahun, tetapi semangat dan tingkah Oma seperti remaja saja. Bahkan Opa seringkali menasehati Oma agar tidak terlalu banyak bergerak kesana-kemari, tetapi Oma selalu keras kepala, bahkan Oma pernah terciduk mengikuti senam ibu ibu kompleks, ah Oma benar benar berjiwa muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alya Qaisarah [REVISI]
Novela Juvenil"Dunia ini bukanlah tempat untuk beristirahat, tempat istirahat yang sesungguhnya adalah surga." Begitulah kata Abah. Disaat yang lain tengah sibuk membenahi diri dan karir. Aku tengah dituntut untuk mengembalikan imanku yang telah lama hilang. Usia...