Ara berada di teras rumah sambil menikmati pemandangan yang indah. Luasnya langit bertabur bintang dalam gemerlapnya malam. Suasana yang berpadu dengan semilir angin yang berembus.
“Makan habis itu minum obat.”
“Rujak sama es krim.”
“Makan dulu nasinya, Arabella. Ih, susah banget.”
“Rujak-rujak... es krim-es krim... es krim, Kenzo.” Ara merengek seperti anak kecil.
“Udah makan dulu. Nanti gue beliin.”
“Udah habis, minum obatnya.”
“Pahit gak suka!”
“Ayolah, Ara.”
“Gak mau!”
Ara sedang berdebat dengan Kenzo. Dia tidak ingin minum obat sebelum Kenzo membelikan es krim untuknya. Kenzo sudah membawa Ara ke indekos gadis itu.
Dia meminta ibu kos untuk ekstra dalam menjaga Ara karena mengingat kondisi Ara yang masih lemah. Kenzo juga meminta ibu kos untuk menyekolahkan Ara. Dia rela membiayai sekolah Ara. Uang milik orang tua Kenzo tidak akan habis hanya karena membiayai sekolah gadisnya.
***
“Mama, Papa... Kenzo punya teman yang ingin banget kuliah. Tapi karena terhalang biaya, dia jadi kerja dan tidak melanjutkan pendidikannya. Dia juga yang sudah membersihkan rumah selama Papa dan Mama pergi.”
“Oh, ya...? Kamu putra Papa dan Mama udah besar, ya. Siapa dia? Cewek apa cowok, Ken?” tanya Anindita Dirgantara, ibu dari Kenzo Dirgantara. Dia adalah nyonya besar keluarga Dirgantara Anindita yang telah berhasil mengembangkan perusahaan dengan sang suami tercinta.
“Cewek, Ma. Dia itu lucu, cupu, galak juga,” jawab Kenzo santai tanpa melihat ekspresi dari kedua orang tuanya. Lelaki tampan yang mirip seperti Kenzo menatap putranya tersenyum bahagia.
“Pacar kamu, ya?” tanya papa Kenzo Andriyan Dirgantara William. Seorang lelaki tampan yang pandai dalam dunia hiburan. Andriyan termasuk salah satu penyanyi yang berbakat. Tak hanya itu, Andriyan juga menyukai dance. Sering kali pria itu menghabiskan waktu istirahatnya dengan melakukan dance yang disukainya.
“Bukan! Kita beda agama,” jawab Kenzo langsung tanpa menutupi hal tersebut.
“Jangan bilang dia Islam.” Senyuman yang terukir seketika menghilang dan berganti wajah memerah dan datar dari Andriyan.
“Iya, Pa.” Kenzo tetap bersikap tenang saat akan menghadapi kemarahan Papanya. Kenzo mengetahui raut muka sang Papa yang tampak jelas tidak menyukai ucapan Kenzo.
“Gak bisa. Dia beda agama, Kenzo. Kamu tahu kita keluarga Dirgantara, Papa gak bisa menyetujuinya.” Anindita sebagai ibunya Kenzo mencoba untuk menasihati putranya. Memang benar, agama yang dianut Ara dan Kenzo berbeda.
“Apa bedanya sih, Ma. Islam dan Kristen mereka juga menyembah Tuhan. Kenzo juga sudah masuk Islam.” Kenzo tidak setuju dengan keputusan kedua orang tua yang melarangnya.
“Apa katamu tadi? Masuk Islam? Kamu pikir Papa bodoh! Papa tahu... kamu suka dia, ‘kan? Jawab Papa!” bentak Andriyan.
“Kenzo memang suka dia karena dia yang nyadarin Kenzo agar tidak merendahkan orang lain. Papa itu egois! Selalu mentingin diri sendiri, sedangkan Kenzo harus nurutin semua kemauan Papa, padahal Kenzo cuma minta satu permintaan. Kalau begini, Kenzo lebih baik tidak tinggal di rumah!” balas Kenzo mengeluarkan emosinya.
“Kenzo... Papa minta tinggalin agama Islam!” tukas papa Kenzo.
“Kenzo akan mempertahankan agama Kenzo yang sekarang dan seterusnya!” Kenzo sudah sangat yakin dengan keputusannya.
“Kenzo...!”
Kenzo masuk ke kamarnya dan langsung memasukkan pakaiannya ke dalam koper satu per satu. Tak lupa pakaian yang sering dia gunakan untuk band. Kenzo mewarisi sifat dan keahlian papanya. Itu sebabnya, wajar jika banyak para gadis yang menyukainya. Selama ini pemuda dingin itu tidak pernah peduli dengan seorang gadis karena dia lebih mementingkan karirnya dibandingkan mencari pasangan.
Semua berubah semenjak kehadiran akan gadis cupu yang bernama Arabella. Kenzo yang awalnya benci dan berniat membuat Ara takluk padanya, kini Kenzo tak dapat mengelak lagi bahwa dia mulai menyukai Ara—gadis yang dibencinya sendiri. Tuhan memang selalu punya rencana yang indah dan tak terduga. Kenzo akan tinggal di apartemennya sendiri dengan hasil jerih payahnya selama menjadi anak band. Kenzo memberitahu Alea agar sepupunya menemani Ara dan membawanya ke rumah Alea.
Kenzo
Al, siapin kamar buat Ara. Dia sama gue mau ke rumah lo.
Sepupu Alea
Apa lo culik Ara? Awas ajah lo apa-apain sahabat gue! Tiga hari gue nunggu dia baikkan.
Kenzo
Iya, nanti gue ceritain. Sekarang cepetan, gue udah bawa Ara!
Sepupu Alea
Oke. Siap.Kenzo langsung mengunci kamarnya dan berjalan menuruni tangga. Suara langkah kakinya begitu menggema dalam ruangan bak istana megah itu. Ia harus segera pergi sekarang.
“Jangan, Nak. Kamu putra Mama satu-satunya. Jangan lakukan itu, Nak.”
Anindita menoleh ke arah tangga. Dia melihat putra kesayangannya Kenzo membawa koper. Putranya terlihat sangat marah. Anindita merasa bersalah karena mengekang Kenzo dan harus menuruti semua keegoisannya dan suaminya.
“Maaf, Ma... Kenzo tidak bisa menuruti permintaan Mama kali ini.” Kenzo sebenarnya tak tega meninggalkan rumah tempatnya tumbuh sejak kecil. Apa daya, keputusannya sudah bulat. Sejak dia berusia 10 tahun, orang tuanya selalu memintanya agar menjadi orang yang kejam dan pintar serta jangan mau berteman dengan orang miskin.
“Ken.”
“Kenzo... berhenti, Kenzo!”
“Pa... Kenzo, Pa.”
“Sudahlah... nanti dia juga kembali.”
“Kenzo jangan tinggalkan Mama.”
Andriyan memeluk istrinya untuk memenangkan kondisi sang istri. Mama Kenzo sangat terpuruk melihat putranya meninggalkan rumah sebesar itu. Akan seperti apa putranya di luar sana?“Kenzo sayang kalian.”
Kenzo menatap papa dan mamanya sambil menyeret koper yang telah dibawanya dan memasukkannya ke dalam mobil. Mama Kenzo terus-terusan berteriak memanggil putra kesayangannya.
Dia tak menyangka jika putranya akan semarah ini sampai rela meninggalkan dirinya. Anindita akan mencari tahu siapa gadis yang telah mengubah putranya dan menyadarkan putranya.
Terlambat, Kenzo sudah menghilang dari pandangannya. Mobil yang dikemudikan Kenzo benar-benar meninggalkan rumah besar itu. Ada rasa sesak di hati laki-laki dan wanita tersebut. Putranya, karena harta dia melupakan dirinya. Ia tidak sadar jika selama ini telah menyakiti putranya sendiri.
Gimana perasaan kalian di part ini?
Sedih, senang atau biasa sajaJangan lupa tinggalkan vote
Hargai karya seseorang!!Terimakasih tanpa, readers author gak akan sampe episode ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Dream (Revisi)
Lãng mạnSalahkah jika aku berharap untuk tetap hidup? Menggapai semua impian yang belum tercapai Haruskah aku berpura-pura kuat padahal rapuh. Ataukah suatu saat aku mendapat cinta dan sahabat yang menyayangiku mungkinkah aku masih ada?. Tinggalkan jejak! J...