Aku rindu

63 40 2
                                    

Flash end

“Mengingat masa sekolah yang dulu, cukup menyisakan luka di hati. Bayang-bayang itu selalu menghantui. Aku tidak bisa menahannya, di mana canda dan tawa menjadi luka. Luka yang membuatku tak berdaya. Setelah kepergiannya, kini dia kembali menciptakan luka, mengingatkanku tentang kenangan pahit. Namun, mengapa aku masih rindu kepadanya? Salahkah aku jika berharap dia kembali?”
-Arabella Rindiani Rafazyah


“Halo, Arabella,” sapa pemuda tampan di dekat Ara.

“Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Reyhan.”

“Ogah salam sama lo.” Reyhan berkata dingin, dia tidak suka dengan Ara.

Perkataan Reyhan menusuk hati Ara. Dia tahu jika Reyhan pasti masih membencinya, biarlah semua berjalan sesuai takdir. Tugas manusia hanya mengikuti alur kehidupan. Suatu saat, kebenaran akan terbongkar dengan sendirinya. Ara percaya itu.

“Kalau gak ada yang diobrolin lagi, silakan pergi! Gue lagi gak pengen diganggu,” jelas Ara tidak ingin harinya makin terluka karena perkataan Reyhan.

“Gue gak akan pergi sebelum lo pergi,” kata Reyhan dingin dengan pandangan menusuk.

“Mau lo apa sih, Rey?” tanya Ara dengan sabarnya menghadapi pemuda yang tak lain adalah sahabatnya.

“Aku mau kamu menderita, biar kamu rasain sakitnya ditolak. Paham?” Reyhan berkata tanpa memikirkan perasaan Ara yang sudah remuk.

“Kenapa gak sekalian aja bunuh gue. Hah!” Ara yang sedang kesal meluapkan amarahnya.

Ara tak perduli lagi tentang perasaannya sekarang, ia berteriak lantang di depan sahabatnya. Reyhan bisa-bisanya mengatakan semua itu tanpa memikirkan perasaan Ara. Dulu, mereka dekat dan saling menyayangi malah kini berubah menjadi musuh saat bertemu.

“Jawab gue, Reyhan Bintang Aditama!” teriak Ara. Suaranya menggema bebas di depan Reyhan.

Reyhan yang kehilangan kendali juga berteriak di depan gadis yang telah mengisi hatinya. Selama perpisahan dia tak bisa menghilangkan perasaan tulusnya kepada Ara. Justru rasa itu semakin lama semakin membuatnya rindu dengan gadis tersebut.

“Karena aku belum bisa lupain kalau aku cinta kamu, Arabella!” teriak Reyhan mengungkapkan isi hatinya.

Kosakata lo-gue menjadi aku-kamu. Reyhan tidak bisa menahan rindunya selama dua tahun. Dia sudah terlanjur mencintai sahabatnya sendiri. Perasaan itu muncul semenjak Reyhan dan Ara bersahabat. Reyhan yang terkenal dingin dan kuat akan terlihat lemah di depan Ara.

Karena Reyhan tidak menyukai orang yang menganggapnya 'cengeng', seharusnya tidak masalah dia sedih, pemuda itu juga manusia sama seperti lainnya. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Harta dan kepandaian hanyalah titipan dan semuanya kelak akan kembali kepada Allah, Tuhan semesta alam yang menciptakan manusia hewan dan tumbuhan di muka bumi.

Ara tak bisa berkata apa-apa. Dia melupakan rasa sakitnya. Jika masih cinta, kenapa harus menyakiti? Apakah salah dia mematuhi aturan agama Islam? Bukannya Reyhan juga beragama Islam, pastinya dia tahu larangan agama Islam. Meski telah berubah penampilan, namun sifat Reyhan masih sama seperti dahulu, egois!.

“Lo masih sama, egois! Agama kita melarang kita berpacaran, dalam Islam hukumnya sudah ada. Agama juga melarang minum-minuman haram itu, Rey. Meski gue jauh, gue tahu kelakuan lo. Sampai kapan lo lupa kalau agama yang lo anut juga melarang orang memakan dan meminum barang haram. Asal lo tahu, gue kecewa sama sikap yang gak pernah berubah. Sahabat yang dulunya saling mendukung satu sama lain, kini menjadi seperti musuh hanya karena perasaan cinta.”

“Harusnya lo bersyukur meskipun gak dapat cinta gue, setidaknya lo masih gue sayangi sebagai sahabat. Apa itu kurang? Gak semua orang bisa berteman dengan gadis ini, cuman lo yang pertama kali ngeyakinin gue bahwa persahabatan itu sangat indah. Mana yang dulu lo janjiin, Rey, mana?” Ara berterus terang mengingat kelakuan sahabatnya yang membuatnya kecewa. Sudah berkali-kali diperingatkan tetap tidak mau mendengarkan.



****


Reyhan terdiam saat Ara mengatakan dia masih bisa menjadi sahabatnya. Kekasih bisa saja putus, tetapi sahabat akan selamanya terikat. Reyhan mengakui dia terlalu bodoh, dua tahun tak bertemu sahabatnya, kini Ara terlihat menderita, Ara hidup sendirian di kota orang dan tidak melanjutkan pendidikannya.

“Kamu benar, aku salah. Seharusnya, aku senang masih bisa mendapatkan kasih sayang darimu walau hanya sebagai sahabat dan aku bisa dekat denganmu. Maafkan kebodohan sahabatmu ini, Ara. Dia terlalu mencintaimu sampai membuatmu kecewa, tapi apakah aku masih bisa mencintai dan menjadi sahabatmu seperti dahulu?” Reyhan sadar akan kesalahannya, seharusnya dia tidak menyalahkan Ara.

Cinta tak bisa dipaksakan, menjadi sahabat Ara adalah hal paling istimewa dalam hidupnya. Ara bukan gadis yang mudah ditaklukkan, untuk menjadi sahabat Ara saja Reyhan membutuhkan waktu satu bulan.

“Kamu tahu, Rey… hati ini hancur mendengar kamu memutuskan pindah sekolah hanya untuk menghindariku, padahal niatku baik. Kita bukan mahram, Rey. Aku udah maafin kamu jauh sebelum kamu meminta maaf. Kamu masih tetap sahabatku. Aku gak melarang kamu mencintaiku, itu terserah kamu. Karena itu hak kamu, tapi tolong hargai keputusanku untuk tidak berpacaran.”

“Terima kasih, Ara. Aku senang kamu mengizinkan aku menjadi sahabatmu lagi, aku semakin mencintai gadis yang satu ini. Terdengar konyol ‘kan aku mencintai sahabatku sendiri.” Reyhan terkekeh pelan.

“Sudahlah... ayo, pulang. Hari semakin sore.” Ara dan Reyhan berbaikan dan mereka pulang ke rumah masing-masing.
Reyhan mengantarkan Ara pergi ke kontrakannya. Di jalan Reyhan menatap spion sepeda motornya, nampak jelas wajah gadis yang selalu dirindukannya.  Takdir berbaik hati hari ini dan membuatnya bisa kembali bersama bidadarinya.

“Cukup satu kesalahan masa lalu, gue gak mau kehilangan lo lagi, Bidadari,” lirih Reyhan terus memandang wajah Ara dari spionnya.

“Udah berhenti!” titah Ara memberitahu Reyhan kontrakannya.

“Siap, Bidadari,” balas Reyhan turun sambil mengacak jilbab Ara pelan.

“Gini, kan, ganteng.” Ara juga tak mau kalah mengacak rambut Reyhan dan tersenyum karena habis mengerjai Reyhan.




*****

Ara menatap foto empat gadis berseragam putih abu-abu. Dalam foto itu mereka terlihat bahagia. Ara menjadi sedih ketika mengingat sahabatnya—Laura. Dia membenci Ara karena kesalahpahaman antara mereka. Ara hanya bisa berdoa agar Laura akan kembali menjadi sahabatnya, bersama-sama lagi seperti sedia kala.

“Andai lo ada di sini, pasti bakalan seru. Kita bisa habisin waktu kayak dulu lagi. Laura... semoga lo cepat sadar. Gue pengen kita balik kayak dulu lagi.”

….
Kuingin saat ini engkau ada di sini
Tertawa bersamaku seperti dulu lagi
Walau hanya sebentar Tuhan tolong kabulkanlah
Bukannya diri ini tak terima kenyataan
Hati ini hanya rindu
….
Lagu ini yang menemani Ara saat merindukan sahabatnya. Tak terasa, air matanya menetes begitu saja. Ara terlalu menghayati lagu Hanya Rindu milik Andmesh Kamaleng.

Sikap manja dan kejutekan mereka selalu membuat Ara rindu. Gadis yang tak pernah menuntut apa pun kepada Ara, menerima kekurangan Ara. Kadang mereka menghabiskan waktu di cafe untuk membaca buku dan ditemani secangkir teh juga roti sebagai camilan.

“Balik, Prisil, Laura... gue rindu,” lirih Ara meneteskan air mata.



Love And Dream (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang