Perhatian kecil

18 14 0
                                    

Vote dulu sebelum membaca, hargai karya penulis !!

Tahukah gimana cara menghargai sebuah karya.

Dua orang pemuda tampan muncul di tengah-tengah keramaian. Mereka memukul Angkasa dengan brutal. Mereka tak terima dengan kelakuan Angkasa yang menghina, bahkan menyakiti gadis yang mereka cintai.

Flashback

Sebelum Angkasa dan Ara menjadi akrab mereka pernah menjadi perhatian satu kampus, karena perkelahian antar mahasiswa tampan yang dijuluki pangeran kampus . Melibatkan 2 pangeran kampus lainnya yang membela Ara.

“Apa Ara sakit?”

“Vino, Kenzo, Angkasa! Hentikan... Kenzo, Vino! Berhenti...!”

Teriakan Ara berhasil menghentikan pertengkaran tersebut. Dia tidak ingin kedua pemuda tampan yang dikuasai amarah itu menghabisi Angkasa. Pemuda tampan tak lain, yaitu Kenzo dan Vino. Sahabat Ara yang marah saat Ara diberlakukan kejam oleh ketua BEM kampus.

Ya Allah, tabahkanlah hati dan pikiran hamba, batin Ara.

“Ara,” ucap kedua pemuda tampan itu kompak. Mereka menoleh ke Ara yang menatap mereka sendu.

Suasana semakin panas dan tegang. Semua menyaksikan pertunjukan secara langsung di depan mata. Ada yang memotret, merekam, dan memberi dukungan kepada dua manusia yang tengah berdebat.

“Angkasa, apa-apaan ini! Gue minta, lo minta maaf sama Ara!” bentak Zahra yang sudah emosi melihat kelakuan abangnya pada Ara yang sudah menjadi sahabatnya.

“Percuma jadi ketua BEM jika kelakuan kayak iblis,” papar Alea tersenyum mengejek. Dia juga menahan amarah melihat Ara diperlakukan seperti itu.

“Ganteng, tapi kelakuan kayak iblis. Ara sedang sakit, bahaya,” timpal Laura kesal dengan tingkah Angkasa.

“Makanya jangan belain cowok itu, ya,” cetus Alea menatap Laura malas.

“Bakal perang besar nih.”
Semua siswa mulai berbisik.

Ada yang mendukung Ara dan teman-temannya, ada juga yang tak suka dengan perlakuan Ara sembari menatap Ara tajam. Tatapan tajam mereka tak berarti bagi Ara. Dia tidak akan takut ataupun menunduk karena dia hanya membela kebenaran.

“Bahaya bakal tuh anak baru.”

“Iya, Monster sudah marah.”

“Semoga tuh cewek dan rekannya selamat.”

“Iya. Mereka baik. Kasihan, ‘kan?”

“Untung ada tuh anak baru. Kalau enggak, entah apa yang terjadi."

Seorang pemuda tampan berdiri di depan Ara dengan raut wajah datar. Angkasa sudah siap mengeluarkan emosi yang kapan saja akan meledak. Terlihat anak-anak mulai berbisik, sedangkan Angkasa tak menghiraukannya karena lebih fokus terhadap Ara.

Gadis yang berani menamparnya dan mempermalukan dia di depan teman kampusnya. Dia akan memberikan hukuman pada Ara karena telah berani mencampuri urusannya.

“Lo berani sama gue?” Angkasa tengah dikuasai amarah dan membuatnya menggebrak meja kantin dengan begitu keras. “Lo udah berani sama gue!”

“Gak juga,” sela Ara cepat dan balas menatapnya"

“Muka polos, tapi nyali lo oke juga,” tutur Angkasa tersenyum smirk ke arah Ara.

“Muka lo polos kelakuan kaya psikopat,” balas Ara balik tersenyum smirk kepada Angkasa.

“Kasih pelajaran, Bos,” ucap Garin, sahabat Angkasa.

“Pakaiannya aja murahan, cukup menarik dijadiin babu.”

“Gue gak pantes, tapi lo pantes.” Ara tidak tahu jika saat ini dia telah memunculkan emosi di dalam diri Angkasa. Angkasa berjalan ke arah Ara bersiap untuk memulai perang kembali.

Namun, sebelum perang terjadi lagi, bel pulang lebih dulu berbunyi. Untung saja tidak ada guru hari ini. Jika ada, sudah dipastikan jabatan Angkasa sebagai ketua BEM akan dicabut.

“Kali ini lo selamat,” kata Angkasa dan Garin, “awas aja lo!”

“Gue gak akan ampuni kalian.” Setelah mengatakan itu, Angkasa dan teman-temannya melenggang pergi.

“Siapa takut,” kata Ara tersenyum miring.

Kali ini Angkasa beruntung karena sedang tidak bersama Azriel. Jika Azriel tahu, lelaki itu tidak akan mengampuni Angkasa karena telah melukai gadis kesayangannya. Sebelum Angkasa menyentuh gadis itu pun, Azriel sudah pasti akan lebih dulu bertindak.


*****


Ara masih berada di halaman kampus. Ia segera berlari meninggalkan halaman kampus untuk membersihkan gamisnya ke toilet. Tak lama, Ara keluar menuju halaman kampus. Seorang pemuda tiba-tiba menyampirkan jaket di punggungnya. Dia melihat pemuda yang tersenyum itu.

“Vino!” cicit Ara terkejut sambil memegang dadanya.
Jaket berwarna hitam pekat dengan aroma maskulin cokelat bercampur vanilla kesukaannya melekat di punggungnya.

“Biar gak kepanasan. Sakit apa kok gak bilang?” cicit Vino tersenyum manis sambil menahan perih di wajahnya.

“Lo lebih butuh. Gue gak papa, sakit biasa,” tolak Ara. Dia tidak ingin merepotkan Vino.

“Gak. Gamisnya tipis, nanti tembus.” Vino tidak sengaja melihat gamis yang tipis tadi akan tembus. Otomatis baju Ara akan kelihatan. Dia tidak ingin Ara dilihat oleh pemuda lainnya.

“Terima kasih, Vin,” kata Ara tersenyum tulus dengan kebaikan Vino padanya.

“Tidak ada kata terima kasih dalam persahabatan,” balas Vino.

Ara menatap Vino ragu. Sedang Vino hanya tersenyum manis dan mengangguk melangkah ke depan tempat Ara berada. Menghalangi Ara yang ingin pergi mengukungnya dengan menempelkan kedua tangannya di tembok.

Hal itu membuat Ara menatapnya tajam. Terlihat jelas jika Ara tidak suka di posisi ini. Vino tersenyum miring melihat tatapan Ara padanya. Gadis lain pasti akan berteriak gugup, tapi Ara dia tidak sama sekali.

“Tuan Arvino, saya ingin keluar,” pinta Ara lembut.

“Kalau gak saya bolehin gimana?” tantang Vino.

“Ya, Vino. Singkirkan tangan lo atau gue patahin!” ancam Ara menakuti Vino. Dia tak terbiasa dekat dengan cowok selain sepupunya.

“Oke-oke.” Vino melepas kungkungannya pada Ara membuat Ara segera berlari menjauh sambil membawa jaketnya.

Kenzo dan Vino adalah pemuda yang rela babak belur demi diri Ara. Ara harus mengobati luka mereka berdua. Semua ini salahnya. Karenanya Kenzo dan Vino sampai terluka.

Yang nebak Kenzo kemarin benar
Wah hebat yah bisa nebak

Author tambahin nih, bucinnya Ara sampek ter Ara-ara hahaha

Pagi semua selamat hari Selasa
Semoga harimu luar biasa

Untuk readers terimakasih atas kunjungannya

Love you

Love And Dream (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang