Kenzo, Ara, dan Alea sedang berada di sebuah toko. “Mau pesan apa?” tanya Kenzo.“Ice cream sama coklat,” jawab Ara .
“Jangan!” Alea dan Kenzo mencegah Ara memakan es krim.
“Kenapa?” tanya Ara polos.
“Lo udah manis, kalau makan coklat sama es krim tambah manis.” Kenzo dan Alea kompak memberi jawaban yang sama.
“Kenzo, Alea!” Ara kesal karena mereka berdua menggodanya.
“Benar, Ra. Suwer deh,” ujar Kenzo menyakinkan Ara.
“Omong kosong!”
“Serius.”
“Gombal,” bantah Ara.
“Cie… ngambek.” Alea mencubit pipi Ara.
“Ulu-ulu… kucing liar ngambek.”
“Sahabat gue bisa ngambek.”
“Kenzo, Alea… Awas kalian, ya!,"
“Alea, cepet lari! Kucing liar menakutkan.”
Kenzo selalu menjaga Ara dan berusaha menghibur gadis itu. Demi bisa melihat Ara kesal, ia sering menanyakan sesuatu yang sama sekali tidak penting. Menurutnya, Ara terlihat lebih lucu saat cemberut.
Dua bulan kemudia, Ara sudah membaik. Wajahnya lebih cerah, berat badannya kembali ideal. Semua berkat Kenzo dan Alea.
“Kamu bawa siapa, Kenzo?”
Suara wanita yang sangat dikenal Kenzo. Apakah ia mampu mempertahankan keinginannya? Haruskah dia menjauhi gadisnya?“Dia Arabella yang kemarin aku ceritakan. Dia sakit lemah jantung.”
“Astaga … namanya seperti tidak asing. Apa dia putri dari Rara?” tanya Anindita saat Kenzo membawa Ara ke rumahnya.
“Ara hilang ingatan, Ma. Alea dan Kenzo berusaha mengembalikan ingatannya kembali.” Kenzo tidak bisa menjauhi mamanya, apalagi sekarang ada Ara dan Alea.
“Kasihan sekali gadis itu.”
“Maka dari itu, Kenzo ingin Ara melanjutkan pendidikannya, Ma... Ara juga sahabat Alea—ponakan Mama dan Papa.”
“Kenzo lo gak boleh gitu. Mama lo bener, gadis miskin dan bodoh kayak gue gak pantes dapat bantuan dari keluarga lo, apalagi masuk universitas terbaik di Jakarta.”
Mamanya Kenzo kaget mendengar penuturan Ara. “Kamu putri Rara?
"Rara Rindiani Austin?”
Anindita terdiam sejenak. Perkataan gadis itu mengingatkannya kepada sahabatnya, Rara. Dia juga sering menolak bantuannya karena Rara merasa tidak pantas. Rara gadis yang sederhana dan tahu diri. Anehnya gadis ini juga menjawab dengan tegas dan kata-katanya persis seperti diucapkan oleh Rara.
Benarkah dia putri Rara sahabatnya? Anindita tidak akan memaafkan dirinya bila dia sampai menyakiti putri sahabatnya itu. Semenjak Rara menikah dengan Refan, Rara lebih memilih tinggal di Kediri menemani suaminya.
“Kamu beneran putri Rara?” tanya Anindita memastikan pendengarannya.
“Gak tahu, Tante. Rara Austin cantik, kan,Tante.” Ara menjawab dengan kepala tertunduk. Dia tak sengaja mengucapkannya. Ara hanya mengingat nama bundanya.
“Kenzo, jaga Ara. Mama akan membantu biaya pendidikannya sampai selesai. Mama mau kamu satu kelas dengan Ara.”
“Gak perlu, Tante. Di kosan masih ada uang Ara yang cukup untuk biaya kuliah lagi. Kenzo jangan bertengkar sama orang tua, ya. Ara aja gak tahu orang tua Ara siapa.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Dream (Revisi)
RomanceSalahkah jika aku berharap untuk tetap hidup? Menggapai semua impian yang belum tercapai Haruskah aku berpura-pura kuat padahal rapuh. Ataukah suatu saat aku mendapat cinta dan sahabat yang menyayangiku mungkinkah aku masih ada?. Tinggalkan jejak! J...