Aliran darah Ara terasa hangat. Dia tak tahu apakah ini sebuah cinta? Leo telah pergi membawa luka di hati Ara.
“Dia meninggalkanku untuk mencapai keinginannya. Dia akan berkuliah di luar negeri. Setelah lulus, ia berjanji akan kembali secepat mungkin. Leo... Ara rindu
Leo.”Batin Ara menyakinkan harinya tak siap kehilangan Leo. Semua sudah takdir, setiap pertemuan selalu ada perpisahan. Ara dan Leo berpisah disaksikan oleh ribuan bintang dan rembulan yang menambah suasana tersendiri bagi kedua manusia tersebut.
“Iya, bisa. Kenapa?”
“Ara pingsan.”
“Ara, kan, sudah hilang.”
“Makanya kalau gak percaya ke sini dan pastiin, Bro! Banyak omong lo.”
Sambungan telepon langsung dimatikan sepihak. Tak lama kemudian, datanglah seorang laki-laki tampan memakai kemeja hitam. Lelaki itu menatap gadis yang terbaring di atas sofa.
“Ara...!” teriak seorang pemuda tersebut membuat semua mata langsung menatapnya.
“Ara... lo jahat banget, gue dimarahin sama bokap.” Pemuda itu tidak mengindahkan sepasang mata yang melihatnya.
“Lo kenal dia?” tanya Kenzo melihat tatapan pemuda tersebut.
“Dia Ara gue, bokap gue marah-marah waktu dia hilang,” jawab Azriel jujur.
“Azriel… kan, lo anaknya, ngapain bokap lo marah waktu Ara hilang?” Kenzo semakin penasaran dengan Azriel sahabatnya.
Azriel, seorang lelaki yang telah mengambil jurusan kedokteran. Tiga bulan lamanya Azriel mencari Ara dan tak kunjung mendapat kabar. Orang tua Azriel tidak jadi mengusir Azriel karena mereka sadar jika ini semua bukan salah Azriel. Azriel menjelaskan semuanya kepada Kenzo dan lainnya kini sudah mengerti.
“Sikap yang posesive tak ingin dibantah memberiku perhatian dan kasih sayang meski aku terkekang. Walau menurutku terlalu berlebihan namun aku bahagia karena itu merupakan bentuk kepedulian sesama saudara.”
Diary Arabella Rindiani Rafazya.
***
Dua sejoli yang sudah bertunangan itu merasa tertohok dengan perkataan yang barusan didengarnya. Dunia seakan berhenti sejenak. Mereka ingin sekali memenjarakan gadis yang tega membuat sahabatnya terluka. Terbuat dari apakah hati gadis itu? Kenapa dia tega sekali? Hanya karena cinta, dia nekat mencelakai Ara.
“Gue mau ngaku,” ujar seorang gadis cantik berhijab abu-abu.
“Ngaku apa, Laura?” tanya gadis dan pemuda kompak mengangkat alisnya.
“Gue mau bilang kalau....” Gadis yang bernama Laura ingin mengatakan sesuatu kepada dua orang kekasih.
“Cepat ngomong, kita harus ke rumah Ara!” paksa gadis yang ingin mengetahui apa yang akan Laura ucapkan.
“Gue sebenarnya—”
“Gak ada waktu, Laura,” timpal pemuda itu kesal.
“Gue yang udah bikin Ara celaka, saat dia nyelametin gue dari motor yang mau nabrak gue. Bodohnya lagi, gue ninggalin Ara karena takut ada pemuda yang melihat kejadian itu. Gue memilih kabur dari sana,”
Jelas Laura dengan sekali tarikan napas, dia langsung mengakui kesalahannya, dan siap menerima konsekuensi apa pun dari dua sejoli di hadapannya.
Ara terbangun di pagi hari tidak seperti biasanya. Dia seperti mencium aroma parfum seseorang. Ia menoleh ke sebelah kanannya dan mendapati seorang gadis cantik berpakaian rumahan di kamar yang sama dengannya. Gadis itu mengusap lembut kepalanya sambil memandangi wajah bantal Ara.
Wajah yang sudah mulai memucat. Namun, kecantikannya tidak memudar sedikit pun. Sejak kejadian semalam, Ara merasa bahagia. Dia bersyukur mempunyai sahabat seperti mereka semua. Ara mengaku dia memang sempat kabur dari rumah sakit karena alasannya tidak mau merepotkan mereka semua.
“Maafin gue. Gue memang kabur dari rumah sakit karena tidak mau merepotkan kalian semua.”
“Tapi, gak kabur juga, Ara. Kita khawatir sama lo,” ucap Azriel.
“Lihat gue, Prisil, Reyhan, dan Vino. Asal lo tahu, Azriel hampir gak boleh pulang ke rumahnya sama Om Rendi karena harus nyari lo sampai ketemu,” jelas Reyhan.
“Ap-apa benar, Kak?” tanya Ara menoleh ke arah Azriel yang dibalas anggukan kepala oleh Azriel.
“Kalau kalian mau marah-marah, marahin Ara. Papa, Mama... jangan Kak Azriel, dia gak salah! Yang salah di sini Ara. Marahin Ara, Papa….” Ara menyesal, seharusnya dia tidak melakukan itu. Azriel pemuda yang sudah dianggapnya sebagai kakak harus menanggung semua kesalahannya.
“Tidak, Ara. Kami senang karena kamu sudah sembuh. Jangan kayak gitu lagi, ya. Kami gak mau anak kesayangan keluarga Argantara terluka,” jawab semua orang di ruangan. Ada Vino, Reyhan, Kenzo beserta keluarga sahabat Ara.
“Kita di sini gak marah, Ara. Tapi, tolong jangan buat kami khawatir lagi, Sayang. Jangan nangis, nanti mukanya kusut.” Mama Kenzo tak kuasa menahan air mata putri sahabatnya yang hampir dia lukai. Anjani tidak akan memaafkan dirinya jika sampai melukai putri sahabatnya.
“Kak Azriel, Ara duluan, ya. Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Ara berpamitan kepada Azriel yang sudah dianggap sebagai kakaknya.
“Belajar yang pintar, fighting adiknya Kakak.” Azriel gemas sambil mengacak hijab Ara sekaligus memberi semangat kepada Ara.
“Ok, My Handsome Brother,” canda Ara memuji Azriel yang tersipu malu mendengarnya. Azriel menatapnya tajam, wajahnya bersemu merah. Dia memberi kode agar Ara cepat pergi ke kelasnya.
Brakkk!!!
Jangan baper yah kata taehyung gak boleh baper 😂😂
Gimana nihh Laura apa yang terjadi sama dia yah
Ada yang bisa nebak, terus gimana kehidupan Ara setelah ini 🤔🤔Salam dari Ara readers
Pict bonus aktor tampan kesayangan Army 💜💜
Kangen gak dia lama gak update 🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Dream (Revisi)
RomanceSalahkah jika aku berharap untuk tetap hidup? Menggapai semua impian yang belum tercapai Haruskah aku berpura-pura kuat padahal rapuh. Ataukah suatu saat aku mendapat cinta dan sahabat yang menyayangiku mungkinkah aku masih ada?. Tinggalkan jejak! J...