¬ Iteru : The Living God ❦ [on hold]

040 : Stay

The Living God : 040
(Stay)

♱

And everything you going through, always have a reason

(wow, welcome chapter 40!)

⚝──⭒─⭑─⭒──⚝

Segala hal yang ada memang selalu berjalan dengan sinting, yah, jika menarik dari setahun kebelakang sejak kedatangan Taehyung ke hidupnya; Jungkook tahu hari-harinya diputar balik seperti jarum jam di angka enam dan dia memang tidak pernah sekalipun diberi kisi-kisi untuk berbuat apa dan bagaimana. Tapi tetap saja, ini tidak masuk akal.

Taehyung meninggalkannya begitu saja di masa lalu secara sengaja, ulang—secara sengaja, dan sekarang seolah belum cukup. Dengan keterkejutan yang masing sangat menguasainya, Jungkook langsung berhadapan dengan Amun yang menyapanya dengan senyum sumringah seperti seorang teman lama.

“Guru Tiu,” Amun mendekat dan berdiri di depan Jungkook. “Kau di sini!”

“Ya ...” Jungkook terbata dan kebingungan. “Aku di sini ....”

“Kemana kau pergi? Aku mencarimu kemana-kemana,” Amun tersenyum. “Kau hilang begitu saja.”

“Itu—”

“Nanti saja, nanti saja. Ayo masuklah,” Amun meraih bahunya dan bahkan sebelum Jungkook sempat menolak. Pangeran itu mendorong Jungkook melewati lorong-lorong dan kemudian berakhir di semacam ruang santai terbuka yang membuatnya teringat pada pertemuannya dengan Seti serta Nefertari. “Duduk,” ujarnya seraya menarik Jungkook untuk terduduk di salah satu kursi, “kau sudah makan?”

“Aku sudah makan,” Jungkook menyahut linglung.

Amun tertawa gembira dan Jungkook benar-benar dibuat bingung juga ketakutan, akan betapa sosok muda dari Taehyung ini benar-benar antusias menyambutnya. Dia tidak bertanya-tanya, tidak keheranan dan sebaliknya malah seolah-olah dia memang menunggu Jungkook dan sekarang menjadi luar biasa lega, sebab Jungkook akhirnya benar-benar ada di sini.

Tunggu, apa jangan-jangan Amun memang menunggunya? Apa karena hal itu Taehyung sengaja meninggalkan Jungkook di sini?

“Ibuku benar ternyata,” Amun berujar untuk menarik perhatian Jungkook fokus kembali. “Dia bilang aku tidak boleh mencarimu, kau akan datang sendiri.”

“Ibu?”

“Nefertari,” Amun mengangguk. “Aku menceritakan tentangmu padanya dan dia bilang aku sebaiknya tidak perlu mencarimu, dia juga tidak sabar untuk bertemu denganmu. Ah, kau juga harus bertemu istriku, Seti juga. Harusnya kau bertemu saat dia perayaan kelahirannya kemarin, tapi kau hilang begitu saja.”