Taehyung, putra sang Pharaoh Mesir menemukan dirinya berubah menjadi seorang Dewa Yang Hidup; setelah tanpa sengaja dirinya terbunuh oleh belati berisi kutukan dari sang penguasa kematian.
Terjebak ribuan tahun dalam aliran waktu yang beku, hingga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
♱
Dan terkadang hal yang kau kira tidak nyata itu, adalah kejujuran yang paling sebenar-benarnya.
(vote before you read please)
⚝──⭒─⭑─⭒──⚝
Anak tunggal keluarga Jeon itu merasa seakan dirinya baru saja memakai mariyuana atau ekstasi atau apa pun itu, sebab kepalanya seperti lepas dari badan dan melayang-layang di udara hampa.
Pemuda itu membiarkan Jungkook bengong untuk beberapa menit yang lama, sebelum—ini termasuk tindakan yang sangat baik hati—menyeret paksa Jungkook untuk keluar dari lorong, yang segera saja Jungkook sadari merupakan bagian ruang dalam. Ruang paling suci dalam sebuah kuil dan menjelaskan sikap tidak senang yang ia dapat karena tertidur dalam keadaan setengah gila di sana.
Pemuda itu—baik, Jungkook rasa ia harus menanyakan namanya nanti agar ia berhenti memanggilnya dengan sebutan yang susah—membiarkan Jungkook duduk dengan sopan di aula. Tidak protes meskipun Jungkook masih bengong, lusuh dan kebingungan.
Beberapa pendeta lain yang lalu lalang menatap Jungkook sesekali, namun pandangan mereka tidak menghakimi, sebaliknya itu adalah jenis pandangan yang biasa Jungkook berikan pada pengemis karena kasihan dan dengan penampilan Jungkook; ia tidak merasa itu salah.
“Kau bisa ganti baju.”
Jungkook mendongak saat baju katun bersih diulurkan padanya, bersitatap sejenak dengan si pemuda yang masih melihatnya dan menggerakkan tangannya. “Ini, ganti baju. Agar kau lebih segar.”
Anak tunggal keluarga Jeon itu menerima setengah linglung, dengan gerakan lambat menuju ke arah serambi tertutup yang ditunjuk dan berganti baju. Melepaskan piyama satinnya yang mencerminkan peradaban modern dan memakai katun putih dingin itu. Masih merasa melayang dan tidak paham, namun sadar diri ia harus mulai mengolah keadaan.
Saat dirinya akhirnya kembali ke luar, pemuda pendeta itu masih di sana. Melipat tangan di depan dengan rapi dan tersenyum kecil pada Jungkook. “Kau terlihat lebih baik.”
Jungkook hanya mengerjap, sama sekali tidak merasa bahwa itu adalah pujian.
“Siapa namamu?” Jungkook bertanya.
“B’tah,” pemuda itu tersenyum. “Namaku B’tah.”
“B’tah,” Jungkook mengeja nama itu lamat-lamat. “B’tah.”