The Living God : 024
(Where Do We Go From Here Part. 2)♱
In the changing wind, it echoes deep
(vote before you read please)
⚝──⭒─⭑─⭒──⚝
Orang-orang cenderung menyebut oasis sebagai bentuk fatamorgana gurun pasir, terutama karena di tengah panasnya suhu dan keringnya udara, bayang-bayang segarnya air jelas akan menghantui seluruh manusia manapun yang kebetulan cukup sial terdampar di gurun; kehausan, nyaris mati dan diserang halusinasi.
Bahkan Jungkook pribadi berpikir begitu, meskipun faktanya, ia tidak kehausan, halusinasi dan tidak mati—well, bagian ini mungkin kurang tepat karena ia jelas sudah dipersiapkan untuk menemui ajal setiap tiga puluh detik sekali.
Pemuda itu menghela nafas panjang lagi, duduk selonjor di atas kain katun halus, dengan bayang-bayang pohon palem yang menaugi dan segelas air kurma dingin yang manis legit di sisi.
Mata pemuda itu lurus ke arah oasis biru yang berada tepat di belakang kediaman Taehyung, mencoba menganggap bahwa ia hanya kebetulan kaya raya dan tengah melakukan piknik ke antah berantah Sahara; alih-alih faktanya, ia terjebak di sini tanpa bisa kemana-kemana.
Taehyung pergi, dewa berengsek itu sudah hilang sejak Jungkook bangun dan turun untuk sarapan.
Meninggalkan pemuda itu berdua dengan Siptah yang ramah dan menyenangkan. Yang memastikan Jungkook nyaman dengan pakaian yang ia kenakan dan bahkan berbaik hati memasakkan Jungkook dua belas macam makanan Timur Tengah; hanya karena pelayan dewa itu cemas Jungkook tidak akan menyukai makanannya.Semalam Taehyung dan Jungkook mengakhiri semuanya dengan damai. Dewa itu memang masih tidak mau membuka mulut perihal perintah ‘mencintai ala Osiris’, namun ia menceritakan pada Jungkook tentang keluarganya. Istana Thebes, ibunya, kematiannya, kutukannya dan bahkan dengan baik hati membeberkan alasan mengapa Jungkook—dengan sangat sial—berakhir menjadi kunci kematiannya.
“Saat kau membunuh seseorang, karma yang kau punya akan kau bawa hingga kehidupan selanjutnya. Jika kau cukup beruntung untuk terlahir kembali sebagai manusia, biasanya entah kau sendiri yang akan mati dengan cara yang tidak menyenangkan atau kau akan kehilangan sesuatu yang berharga untukmu. Sesuatu yang setara dengan kematian.”
“Jadi maksudmu ... karma Ayahku adalah kematianku?” Jungkook mengerutkan kening, sementara ia kembali duduk di atas pasir. “Tapi aku tidak cukup berharga untuknya.”
Ada humor di mata Taehyung. “Kau berharga untuk dia, tentu saja. Entah sebagai investasi atau apapun itu, kau penting. Jika dia kehilanganmu, akan ada kehancuran besar-besaran dalam kehidupan Ayahmu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
¬ Iteru : The Living God ❦ [on hold]
FanficTaehyung, putra sang Pharaoh Mesir menemukan dirinya berubah menjadi seorang Dewa Yang Hidup; setelah tanpa sengaja dirinya terbunuh oleh belati berisi kutukan dari sang penguasa kematian. Terjebak ribuan tahun dalam aliran waktu yang beku, hingga...