TUJUH BELAS

795 75 15
                                    

Setelah puas makan dan perut pun kenyang, Muara beralih pindah posisi ke dalam ruang keluarga rumah Jody. Kakinya disusunnya rapi keatas sofa, tubuhnya menyandar nyaman pada sandaran sofa dan memeluk bantal sofa yang empuk, Muara kemudian menekan-nekan tombol remote untuk mencari siaran apa yang menarik dimatanya.

Berbeda dengan Muara yang malah sudah merasa seperti di rumah sendiri di ruang keluarga, Jody malah sibuk membuatkan Muara es jeruk peras sendiri. Selain karena alasan lebih sehat, dia juga khawatir karena tadi Muara makan banyak sekali makanan dan setahunya es jeruk peras bagus untuk pencernaan.

Selesai dengan minuman yang dibuatnya, Jody melangkah menuju ruang keluarga dan terkekeh saat melihat Muara sudah cemberut di sana.

"Kenapa lo?"

"Bosen. Siaran tv lo gada yang bagus."

"Yee, lo mah ya udah dikasih hati malah minta jantung. Ngelunjak lo."

Muara terkekeh saat Jody mengetuk pelan keningnya. Tangannya menaruh remote keatas meja dengan sembarangan untuk meraih es jeruk yang disodorkan Jody padanya.

"Aahh, segarnya. Makasih Jody!"

Jody mengangguk sambil bergerak mengambil remote, dia mengambil posisi duduk disebelah Muara untuk mengotak-atik siaran pada tv nya sebelum memberikan kembali remote kepada Muara yang sudah selesai dengan es jeruknya.

"Wah youtube! Eyo, makasih lagi Jody!"

Sebenarnya ada langganan Jody yang lain. Hanya saja, Muara yang bocil cuma boleh nonton youtube yang sudah di settingnya agar tidak ada hal yang mengandung rated didalamnya karena menurutnya Muara masih bocil. Dih, padahal Muara dah ada bocil lain didalam perutnya.

"Sama sama. Gue mau beli jajan ke indomaret depan dulu. Ikut ga?"

Muara menggeleng bahkan tanpa pikir panjang. Dia masih memikirkan akan menonton film apa dirinya di jam satu siang ini.

"Ngga. Jajan yang banyak ya. Tapi nanti temen gue kesini, gapapa kan?"

"Ngga papa, berarti nanti gue beli agak banyakan. Gue tinggal sendiri, ya."

"Okey."

Setelahnya Jody bangkit dari duduknya lalu melangkah menuju pintu rumahnya. Karena hanya akan pergi ke indomaret yang berjarak dua rumah dari rumahnya jadi Jody hanya keluar memakai setelan santainya dengan berjalan kaki.

Sementara Muara yang sudah menemukan film yang ingin ditontonnya pun langsung menekan pilihan putar dengan kualitas gambar yang tak terlalu hd, walaupun dia tau Jody kaya tapi Muara bukan orang yang tidak tau rasa cukup, ya.

Selang sepuluh menit kemudian, bel depan rumah berbunyi. Sebenarnya Muara malas membuka pintu, karena dipikirnya itu Jody. Tapi setelah dua menit kemudian si penekan bel tak juga berhenti, ditambah setelah dipikir Jody pasti akan langsung masuk karena tau pintu rumahnya tak dia kunci sebelum keluar tadi Muara akhirnya berdiri setelah mem pause sebentar tayangan filmnya.

"Anjir lama banget lo! Gue kira gue salah rumah."

Muara tersentak kaget saat baru saja membuka pintu. Muka Fina yang tampak kesal langsung tersodor dihadapannya, ditambah ocehan penuh emosi dari si empunya tangan penekan bel sejak dua menit yang lalu yang langsung menyemprotnya.

"Salam dulu hey! Ya maaf, gue kira Jody."

"Jody, jody! Mana panas ini hey, ajakin masuk kek."

Muara menepuk keningnya, nyengir dihadapan kedua sahabatnya. Tubuhnya menyingkir dari depan pintu lalu membuka daun pintu besar itu sedikit lebih lebar agar kedua sahabatnya bisa masuk ke dalam.

Dunia MuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang