🍂 MARTABAK #42

1.8K 279 33
                                    

~ M

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~ M.A.R.T.A.B.A.K ~

Serius deh, ini Jeno dari tadi tiduran mukanya masam banget.
Dia masih terbaring dirumah sakit, keadaannya belum pulih, terlebih bagian perutnya yang masih terasa keram dan perih. yahh walau gak separah 2 hari yang lalu saat dia dibawa kerumah sakit.
Iya, ini hari ketiga dia dirumah sakit. Dan hari ini Karina belum datang berkunjung untuk menjenguknya, karena dia harus ikut mengantar sang mamah kebandara..
Tante Iriani kemarin sudah datang menjenguknya, hari ini dia harus berangkat ke Singapura untuk melakukan pekerjaannya.

Awal mengetahui kalau dia terluka, Yuri langsung memesan tiket kembali ke Jakarta dari Lombok. Bahkan Dimas yang notebanenya masih memiliki pekerjaan disana, ikhlas melimpahkan segalanya pada orang kepercayaannya, demi Jeno.

Dimas itu walau seorang ayah yang keras, dibalik itu semua dia sangat-sangat menyayangi putra-putranya, terlebih Jeno itu anak bungsunya, walau sering terlibat perkelahian dan membuat emosi Dimas selalu memuncak, dia selalu legah mendapat putranya itu masih dalam keadaan sehat dan tak terluka.
Dan saat mendengar Jeno terlibat perkelahian lagi dengan Yogi, bahkan sampai mengakibatkan Jeno masuk rumah sakit! membuat hampir seluruh kewarasan Dimas di tarik paksa.

Yuri jangan tanya, ibu nya itu bahkan tak hentinya nangis dari perjalanan Lombok Jakarta, tubuh wanita parubaya itu gemetar hebat saat baru saja mendapat telfon dari Kenzo.
Bahkan saat Jeno sudah mencoba menelfon dan menenangkan mamahnya itu dari telfon, tangis Yuri tak pernah redah. Hingga sampai kekamar rawat Jeno Yuri histeris menadap keadaan putranya yang cukup babak belur. Yuri bahkan langsung menyuruh pengacaranya untuk segera mengurus soal kejadian anaknya, dan berjanji tidak akan memberi ampun pada Yogi yang sudah melukai putranya.

Lalu kenapa Jeno tampak kesal, dengan ekspresi marah saat ini?
Itu karena kedatangan seorang perempuan yang akhir-akhir ini selalu mengganggu hidupnya.
Jeno kesal karena gak bisa mengusir perempuan yang sok akrab dengan mamahnya itu.

"Sisy, tante titip Jeno bentar yah.
Tante harus ke depan dulu, ojolnya uda didepan, tadi tante pesan makanan." Yuri bangkit berdiri, sambil mengelus pundak Sisy yang sigap mengangguk senang.

"iya tan, tenang aja. Aku pasti jagain Jeno." Yuri tersenyum, lalu mendekat kearah ranjang Jeno, mengusap kepala putranya itu penuh sayang sambil berkata.

"bentar yah sayang, mamah ambil Martabak mang Ucup dulu." Jeno tersenyum mengangguk mengiyakan ucapan mamahnya. Setelah mamahnya menghilang dari bibir pintu, Jeno lansung mendelik kearah Sisy yang bangkit mendekat ke kasurnya.

"Lo ngapain kesini?"

"jenguk kamu lah Jeno." Sisy masih mencoba tersenyum.

"lo udah disini kan, buruan deh lo pergi sana, gue mau istirahat." dalih Jeno, namun Sisy bukannya pergi dia malah duduk di kursi yang berada di samping kasur Jeno.

"tante Yuri kan tadi nitipin kamu ke aku Jeno."

"yah emang lo pikir gue anak kecil, SANA LO PULANG!" yah Jeno sih pasti eneg lah, gimana sih lo di pepet terus sama satu cewek yang jelas-jelas lo tolak menatah-mentah!
Bukannya tau diri nih cewek malah ngegas makin lengket.
Jujur Jeno uda di tahap muak lihat Sisy.

Millo & Martabak (Bluesy 💙) END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang