Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~ M.I.L.L.O ~
Sesampainya dirumah, Jeno menghela nafas yang begitu berat dia rasa. Rumah sepi, mamah dan papahnya masih di lombok. Dalam suasana hati yang buruk seperti saat ini seharusnya dia bisa memeluk mamahnya, sambil ceritain semua masalah yang sedang dia hadapi. Tapi mamahnya lagi gak disini. Setelah sampai dikamarnya, Jeno tanpa mengganti kaos dan celana sekolahnya langsung merogoh saku mengambil ponsel miliknya, menekan no yang dari kemarin selalu jadi no yang terlampau sering dia hubungi.
Seperti hari-hari sebelumnya pun, Jeno menelfon mamanya, menunggu beberapa saat, dan setelah tersambung wajah Jeno sontak tersenyum dan ingin menyuarakan "MAMAH!!!" sambil teriak senang.
Namun tertahan, saat suara berat dan serak seperti suaranya yang menjawab.
"Halo.."
Jeno mendadak tegang. "Pa..papah?"
"Iya ini papah, kenapa?"
"Mamah mana pah?" Jeno bisa dengar decakan kesal dari seberang sana, ntah lah sepertinya papahnya kesal dia mengganggu waktu mereka.
"Orang tua kamu tuh gak cuma mamah, perasaan yang kamu telfoni mamah mulu. " Jeno sontak tersenyum mendengar omelan papahnya yang terdengar cemburu.
"Papah mau Jeno telfon juga?"
"BUKAN GITU!! ck, kamu kenapa?? mamah kamu lagi ke loby hotel, belom balik."
"Heheh gak papa pah, Jeno cuma kangen. " Dimas terdiam sejenak, ntah mengapa disana mendadak dia merasa anak bungsunya ini sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Seharusnya dia gak ngajak Yuri, istrinya dan Jeno baru saja baikan, tapi dia malah merenggut waktu mereka.
"Sama mamah doang?" Jeno terkekeh lagi.
"sama papah juga. "
"Abang kamu belum pulang ?" Jeno menggeleng.
"Belom pah, yaudah Jeno mau mandi dulu yah pah. Titip salam sama mamah."
"5 hari lagi papah mamah pulang, kalau sepi kamu main kerumah Jean dulu. Besok kamu ujian kan? jangan lupa belajar." Senyum diwajah Jeno terbentuk sangat indah, hatinya terasa sangat hangat mendengar suara papahnya barusan. Papahnya emang keras, tapi hangat diwaktu bersamaan.
"Iya pah."
Setelah telfon mati, perasaan kalutnya kembali lagi. Jeno memutuskan untuk mandi, siapa tau jika tubuhnya diguyur air akan lebih baik.
