SHORT STORY. IF YOU LIKE IT, DON'T MIND TO GIVING STARS AND COMMENTS!
Joanna dan Jeffrey sudah menikah bertahun-tahun, namun keduanya tidak kunjung memiliki anak hingga membuat para kerabat terus bergunjing dan mendesak untuk melakukan program bayi tabung.
"Kami sama-sama sehat, Tante. Aku dan istriku juga sudah sering memeriksakan diri, mungkin karena belum diberi. Lagi pula, ini baru lima tahun. Aku dan Joanna juga masih muda, masih memiliki banyak kesempatan untuk memiliki anak."
Jeffrey merangkul erat-erat pinggang istrinya, perempuan berambut coklat tua yang yang senada dengan dress selutut tanpa lengan yang dikenakan. Begitu juga dengan stiletto hitam yang senada dengan setelah jas yang saat ini Jeffrey pakai sekarang. Karena dia benar-benar baru saja pulang kerja dan harus langsung mendatangi rumah Krystal selaku adik ibunya yang baru saja pindah rumah dan sedang mengadakan party kecil-kecilan di sana.
"Andaikan dulu Jeffrey jadi menikah dengan Rosa, pasti anaknya sudah banyak. Lihat saja, Joanna jelas bukan wanita subur. Atau bahkan dia memang sengaja tidak mau memiliki anak karena takut kulitnya kendur."
Bisik Krystal pada Jessica setelah Jeffrey dan Joanna berkeliling dan menyapa beberapa tamu yang datang. Membuat Sandi selaku suami Jessica sedikit tidak suka akan pembicaraan mereka yang terkesan menyudutkan Joanna saja.
"Krys, kamu dan Kai juga belum memiliki anak. Jangan membebankan harapanmu pada orang lain, kita juga tidak pernah mendesakmu untuk cepat-cepat punya anak, kan?"
Krystal bungkam. Karena dia dan Kai memang belum memiliki anak setelah 11 tahun menikah. Bukan karena menunda, tetapi karena dia dan Kai sempat berpisah, kemudian kembali hidup bersama dalam dua tahun ke belakang.
"Papa!"
Tegur Jessica pada suaminya, karena dia merasa bahwa Sandi sudah keterlaluan sekarang. Sebab, hidup Krystal juga tidak mudah. Dia dan Kai sempat LDR selama 9 tahun ke belakang. Krystal bekerja menjadi model di Paris dan Kai bekerja di KBRI Korea Selatan. Kemudian memutuskan untuk saling berhenti dari pekerjaan pada dua tahun kemudian. Ketika usia keduanya hampir menginjak 46. Berbeda 10 tahun dengan usia Jessica dan Sandi sekarang.
Topik memiliki anak memang sangat sensitif bagi para pasangan menikah. Baik yang baru saja menikah maupun yang sudah bertahun-tahun menikah. Sebagai orang luar, seharusnya kita tidak perlu banyak ikut campur pada mereka.
Toh, kita tidak menghidupi mereka. Tidak membayar tagihan listrik dan air mereka. Kita hanya orang luar yang hanya menjadi pengamat. Seharusnya, kita tidak berhak berkomentar akan kondisi mereka. Justru sebaliknya, kita harus mendukung apapun keputusan mereka. Karena kita hanya orang asing yang tidak tahu apa-apa akan urusan dapur mereka.
"Tubuhmu hangat. Tidak enak badan, ya? Mau pulang sekarang?"
Bisik Joanna pada suaminya, karena sejak tadi tubuh mereka terus saja berdempetan karena Jeffrey terus saja memeluk erat pinggangnya.
"Sedikit pusing."
Jeffrey mengangguk pelan, sedangkan Joanna mulai menyentuh leher belakang suaminya. Benar saja, kulitnya terasa hangat. Mungkin karena Jeffrey terlalu memforsir diri untuk terus bekerja sebab Sandi terus saja membebankan banyak pekerjaan padanya.
Setelah pamit, Joanna menawarkan diri untuk menyetir. Sehingga Jeffrey dapat beristirahat saat ini. Sesekali Joanna juga bersenandung kecil dan membuat Jeffrey ikut bernyanyi karena dia memang memiliki suara merdu sekali.
"Kita mampir ke apotek sebentar, membeli paracetamol dan obat lain."
Jeffrey mengangguk singkat, karena tubuhnya benar-benar lemas sekarang. Keputusan yang bagus ketika istrinya membawanya pulang sekarang. Karena jika tidak, maka dia akan tumbang di tempat.
"Saya kira Mbak Rosa. Totalnya 157 ribu, Mbak. Mau tunai atau---"
Joanna melirik mobil Jeffrey sekilas. Pajero hitam dengan kaca gelap dan plat nomor J3FFR3Y di depan dan di belakang. Dalam sekali lihat, orang-orang pasti akan menghafalnya dan tahu pemiliknya siapa. Si laki-laki tampan berusia 35 yang saat ini tengah menjabat sebagai direktur utama di stasiun televisi swasta milik ayahnya.
Wajah Jeffrey juga pernah beberapa kali diliput media ketika mendapat penghargaan dan lain sebagainya. Namun, tidak dengan Joanna karena dia menolak keras jika wajahnya terpampang di media. Jadi, banyak yang tidak tahu jika Joanna adalah istri sah dari Jeffrey Iskandar.
"Rosa? Kamu kenal Jeffrey dan Rosa?"
Wanita yang sedang Joanna ajak bicara tersenyum dan mengangguk singkat, dia tampak senang dan sesekali mengintip mobil hitam di belakang Joanna.
"Iya, Mbak pasti asisten baru, ya? Pak Jeffrey dan Mbak Rosa sering datang untuk membeli pil dan lubricant. Mungkin mereka diam-diam berkencan. Rumor yang katanya Pak Jeffrey sudah menikah, itu tidak benar, kan? Atau justru, Mbak Rosa orangnya?"
Joanna langsung naik pitam dan membayar belanjaan. Lalu kembali memasuki mobil dengan raut garang. Kemudian membanting pintu kencang-kencang hingga membuat Jeffrey terlonjak sekarang.
"Sayang, ada apa?"
Joanna tidak menjawab dan lasung melajukan mobil dengan cepat. Lalu berhenti di jalanan sepi yang dikelilingi oleh banyak pohon besar. Membuat Jeffrey bingung dan mulai menatap istrinya penuh tanya.
"Ada apa? Kamu marah? Aku salah apa?"
Jeffrey langsung bertanya demikian, lalu berusaha menyentuh tangan kanan Joanna yang saat ini masih mencengkram erat stir yang baru saja dikemudiakan.
"Sayang, ada masalah apa?"
"Kamu dan Rosa, kalian ada hubungan, kan? Mengaku saja! Aku sudah tahu semuanya! Kenapa? Apa karena aku tidak mau memiliki anak? Apa karena aku penganut childfree sehingga kau tega berselingkuh? Begitu? Ternyata sehina ini dirimu! Padahal, kukira kamu adalah satu-satunya pria yang paling tulus! Pria yang mau menerima kelebihan dan kekuranganku tanpa mengeluh! Tapi, ini apa? Sejak kapan? Sejak kapan kalian melakukan ini di belakang?"
Joanna sudah menangis sekarang. Sedangkan Jeffrey bingung ingin berbuat sapa. Sebab, dia juga tidak tahu ingin memulai menjelaskan dari mana.
Baru saja Jeffrey ingin membuka suara, tiba-tiba saja mobil mereka dihantam oleh truk gandeng dari belakang. Jeffrey terpental melalui kaca jendela yang sudah pecah dan Joanna masih tertinggal di dalam. Dia tidak bisa keluar karena tubuhnya terhimpit mobil yang sudah terbaik dan tertimpa truk dari belakang. Membuat Jeffrey yang masih sedikit sadar mulai merangkak mendekat dan berusaha mengeluarkan Joanna dari sana.
Namun sayang, Joanna terjepit di dalam. Mau sekeras apapun Jeffrey dan pengendara lain yang berhenti mencoba mengevakuasi Joanna, mereka akan tetap gagal karena mereka butuh alat berat untuk menyingkirkan truk gandeng yang masih menimpa bagian belakang mobil Jeffrey yang sudah terbalik sekarang.
Antara sadar dan tidak, Joanna mulai merasa pening di kepala. Pandanganya juga sudah mengabur setelah rasa sakit yang menerpa tubuhnya tidak lagi terasa. Kepalanya terbalik. Sehingga wajah Jeffrey yang sudah dipenuhi darah tidak bisa dilihat dengan jelas saat ini. Namun, ada satu hal yang Joanna lihat pasti. Bahwa Jeffrey sempat menyunggingkan senyum tipis seolah tengah menikmati apa yang sedang dilihat saat ini.
Aku bawa cerita baru, nih! Kalo kalian suka, remein, ya!!! See you! Thank you karena masih setia baca workku!!!
Tbc...