Kalo udah rame, bakalan langsung kukasih next chapter. Usahain kasih komentar di setiap line, ya! Selamat makan siang!
Tanpa banyak bicara, Joanna langsung membawa Jeno keluar rumah. Tanpa berkata sepatah kata apalagi membalas perlakuan Rosa pada anaknya. Iya, Jeno tetap anak Joanna, kan? Meskipun dia tidak pernah mengandung dan melahirkannya.
Joanna membawa Jeno ke sungai yang cukup jauh dari rumah. Di sana, Joanna membasuh hidung, wajah dan baju Jeno yang terkena noda darah. Tentu saja dengan kedua mata yang masih berkaca.
Namun---Joanna masih bungkam, tanpa suara. Membuat Jeno semakin merasa bersalah karena baru ingat jika Joanna pernah menyuruhnya untuk melawan jika ada yang mengganggu dirinya. Tanpa pandang gender, jabatan dan usia.
Setelah merasa tubuh Jeno bersih dari noda merah, Joanna langsung melepas gulungan rambutnya. Kemudian diusapkan pada kepala Jeno yang sebelumnya terkena lemparan semangka. Mau tidak mau Jeno langsung mendekatkan wajah. Lalu memeluk ibunya yang sedang mengusapkan rambut pada kepalanya.
"Mama, maaf..."
"Apa salah Jeno?"
Tanya Joanna sembari terus saja mengusap kepala anaknya. Karena dia tidak ingin Jeno mudah mengucap maaf tanpa tahu apa kesalahannya.
"Jeno tidak melawan Nyonya Rosa. Seharusnya Jeno melawan dia seperti apa yang telah Mama ajarkan."
Joanna menghembuskan nafas lega, karena selain pintar, anaknya juga jujur dan mau mengakui kesalahan dengan benar. Hal ini tentu saja membuatnya ingin mengubah recana. Dia ingin pergi dari Jeffrey bersama anaknya. Paling tidak, dia ingin Jeno tetap aman jika dirinya meninggal.
Tidak masalah jika Joanna tidak lagi tidur di rumah mewah dan bergelimang harta. Dia juga tidak berambisi untuk menjadikan Jeno sebagai pewaris tunggal Jeffrey seperti apa yang pernah dia katakan pada Rosa.
Karena selama ini---dia hanya menuntut keadilan, dia ingin Jeno juga mendapat perhatian dan kasih sayang oleh Jeffrey, ayah kandungnya. Bukan seperti apa yang dilihat ketika sarapan. Di mana Jeffrey diam saja ketika anaknya terluka.
Dari pagi hingga petang, Joanna dan Jeno jalan-jalan di desa terdekat. Mereka juga ke pasar untuk membeli makanan. Tentu saja dengan perhiasan yang sebelumnya Joanna kenakan. Karena dia tidak membawa uang ketika membawa Jeno keluar rumah.
"Jeno tidak apa-apa kalau tidak jadi sekolah, kan? Maaf karena Mama tidak bisa menepati janji. Mama tidak suka melihat Jeno diperlakukan buruk seperti tadi. Lebih baik kita tinggal di rumah kecil daripada tinggal di rumah mewah tapi Jeno tersiksa setiap hari."
Saat ini Joanna dan Jeno sudah kembali ke sungai yang sebelumnya mereka datangi. Dengan posisi Joanna menduduki batu besar yang cukup tinggi dan Jeno tidur di pangkuan ibunya saat ini. Sembari sama-sama menatap langit yang penuh bintang dan indah sekali.