150 comments for next chapter!
3. 30 PM
Jeno baru saja keluar dari kamarnya. Karena anak itu cukup cerdas dan memiliki banyak semangat belajar sehingga mampu berjam-jam menelan materi tanpa jeda. Bayangkan saja, dari jam 10 malam hingga hampir fajar. Belum lagi ketika dia belajar sendiri di dalam kamar.
Diam-diam, Joanna benar-benar merasa haru sekaligus bangga. Dia juga baru menyadari bahwa menjadi ibu sangatlah menyenangkan. Jeno, dia anaknya sungguhan, kan? Meskipun bukan dia yang mengandung dan melahirkan.
Air mata Joanna berlinang, karena dia benar-benar sudah sangat menyayangi Jeno sekarang. Anak itu baik dan sangat perhatian. Namun, Joanna harus segera pergi dalam waktu dekat. Pantas saja luka kapak di lengannya tidak kunjung sembuh dan bahkan semakin parah. Mungkin saja ini akan menjadi penyebab dirinya meninggal untuk yang kedua. Infeksi atau mungkin tetanus karena lukanya tidak kunjung sembuh hingga sekarang.
Ceklek...
Pintu kamar terbuka, laki-laki berpakaian serba hitam datang. Louis, sepupu Rosa. Dia datang sembari membawa kotak kecil berwarna hitam. Lalu duduk di tepi ranjang Joanna dan melihat luka di lengannya.
"Aku pernah sekolah di Timur Tengah pada bidang kesehatan. Tenang saja, aku tidak akan melukaimu apalagi anakmu. Tidak perlu takut padaku."
Setengah jam berlalu. Entah apa yang dilakukan Louis saat itu. Namun yang jelas, Joanna langsung tertidur karena lelah sekaligus mulai mengantuk.
Ketika bangun, Joanna sudah tidak lagi merasa sakit pada lengannya. Meskipun masih belum bisa digerakkan---dia sudah dapat berdiri sendiri sekarang, tanpa bantuan pelayan. Membuat salah satu pelayan yang bertugas memberinya makan dan membantu membersihkan badan---kini mulai mematung di tempat.
"Nyonya---"
"Aku baik-baik saja, Jeno di mana? Apa dia sudah makan?"
"Sudah, Nyonya. Tuan Jeno sedang di halaman depan. Dengan Tuan Louis, sedang belajar menaiki kuda."
Joanna langsung berjalan mendekati jendela. Menatap Jeno yang sudah memakai pakaian rapi bak bangsawan sedang menaiki kuda berwarna hitam. Di sampingnya ada Louis yang sedang tersenyum dan sesekali menepuk pundaknya. Membuat kedua mata Jeno menyipit seperti bulan sabit karena tersenyum senang.
Di lain tempat, Jeffrey sedang merasa gundah. Dia merindukan Joanna. Namun enggan pulang cepat apalagi setelah mendapat tamparan. Ditambah, dia belum tiba di Timur Tengah dan perjalanan ke sana masih memakan waktu berbulan-bulan.
Perlahan, Jeffrey merogoh saku celana. Lalu membuka kertas tebal yang berisi sketsa wajah Joanna. Sketsa wajah yang pernah dibuat oleh pelukis jalanan karena Jeffrey sengaja memintanya untuk melukis Joanna diam-diam ketika wanita itu mengunjungi pasar.
Namun sayang, Joanna selalu mendatangi pasar di pagi buta. Sehingga si pelukis hanya memiliki satu kesempatan untuk melukis Joanna sekali saja, ketika Joanna mendatangi pasar pada insiden kapak si penjagal.
"Kira-kira, berapa hari luka kapak akan sembuh?"
"Tergantung kedalaman luka dan keadaan tubuh masing-masing, Tuan. Karena tubuh manusia sangat hebat dan bisa menyembuhkan diri sendiri dari luka. Namun, luka itu harus dirawat dengan baik agar tidak terjadi infeksi dan berakibat fatal."
"Aku tanya berapa hari! Bukan minta kau jelaskan seperti ini!"
"M---aaf, Tuan. 15 hari jika keadaan tubuhnya sehat. 30 sampai 40 hari jika keadaan tubuhnya tidak sehat. Atau---bahkan tidak selamat jika terjadi infeksi di lukanya."
