Ini panjanggg banget, next chapter kalo udah 150 comments, ya!
Joanna terbangun dan mendapati tubuhnya terasa pegal sekali. Apalagi kalau bukan karena alas tidur yang hanya berupa dipan kayu dan kasur tipis. Ditambah, kini ada anak laki-laki berusia 10 tahun yang saat ini sedang tidur sembari memeluknya erat sekali.
"Mama! Mama bangun! Jeno di sini Mama!"
Joanna mengerjapkan mata, menelisik sekeliling ruangan yang tampak usang. Karena rumah yang sedang ditempati hanya berasal dari kayu saja. Udaranya juga terasa panas karena tidak ada kipas angin ataupun pendingin ruangan.
"Kamu anakku?"
Anak tadi mengangguk cepat, lalu bergegas menuruni ranjang dan memanggil seseorang yang sedang menghisap tembakau di teras.
"Tuan, Mama sudah bangun!"
Mama adalah sebutan untuk ibu bagi para bangsawan. Namun, entah kenapa Jeno memanggil Joanna demikian. Padahal Joanna hanya gundik alias simpanan Charles sejak 11 tahun silam. Ketika usianya masih 15 hingga sekarang.
Setelah meletakkan cangklong atau alat penghisap tembakau di atas meja, Jeffrey mulai memasuki rumah. Kemudian menuju kamar Joanna yang hanya tertutup kelambu kain perca berwarna usang.
"Baik-baik saja? Perlu kupanggilkan tabib sekarang?"
Joanna yang sedang duduk bersila di atas ranjang, kini mulai menatap Jeffrey lekat-lekat. Jantungnya berdebar, karena tidak menyangka jika dia akan kembali bertemu suaminya di masa sekarang. Dengan status yang berbeda. Karena dia tidak lagi menjadi istri sah yang berhak akan suaminya seutuhnya.
"Namaku siapa?"
Jeffrey menyerengitkan dahi, lalu kembali keluar kamar dan meminta asistennya untuk memanggil tabib segera. Sebab, Joanna tampak ling-lung pasca terpeleset di sungai ketika mencuci pakaian dan pingsan setelahnya.
"Panggil Tama! Aku tidak ingin dia kenapa-kenapa!"
Lucas mengangguk singkat, lalu bergegas menaiki kuda agar dapat tiba di kediaman Tama selaku tabib terhandal di sana.
"Tuan, Mama tidak apa-apa, kan?"
Tanya Jeno dengan nada pelan, karena dia terus saja mengekori Jeffrey meskipun sebenarnya sudah menahan takut sejak tadi. Sebab, dia tahu jika dirinya hanya anak gundik. Anak dari perempuan simpanan yang memiliki kasta paling rendah di sini. Jadi, tidak heran jika Jeno enggan bermain karena selalu dirundung oleh anak-anak di sini.
"Jangan ikut campur urusan orang dewasa! Pergi bermain sana! Jangan pulang sampai keretaku hilang dari depan rumah!"
21+
Jeffrey melempar beberapa koin emas di depan Jeno. Cukup banyak, mungkin dapat digunakan untuk membeli manisan satu gerobak. Namun, uang yang selalu Jeffrey berikan tidak pernah Jeno gunakan. Tetapi ditabung agar bisa digunakan untuk membeli buah-buahan segar, makanan kesukaan Joanna.
Jeffrey kembali memasuki kamar setelah mengunci pintu depan. Karena perjalanan Lucas dalam memanggil Tama cukup lama dan hampir memakan waktu dua jam. Sehingga hal ini tentu saja tidak akan Jeffrey sia-siakan.
"Jeno dan Lucas sudah pergi, pintu juga sudah kukunci."
Jeffrey mulai melepas jas penuh manik-manik yang jelas harganya mahal sekali. Kemudian melepas kancing lapis emas dari kemeja putih yang masih melekat pada tubuhnya saat ini. Membuat Joanna yang awalnya masih melamun dan sedang mencerna akan apa yang sedang terjadi, kini mulai terlonjak kaget ketika Jeffrey sudah bertelanjang dada di depannya saat ini.
