(Name) terdiam entah apa yang harus ia lakukan saat ini.
Erwin masih menatapnya dengan penuh kesedihan sama dengannya.
"Sir? Apa maksud anda?" (Name) memberanikan diri.
Erwin hanya menatapnya tanpa membalas apa-apa.
(Name) masih pada posisinya, terbaring di atas kasur Erwin sedangkan Erwin di atasnya memegang kedua tangannya.
Ia sama sekali tak mau melepaskan (name).
"Sir?" Tanya (name) kembali.
Tak terdengar suara dari mulut Erwin.
Hujan seakan masih mendominasi telinga mereka saat ini. Tak ada yang mau berkata dan menjawab apa yang akan terjadi.
"Kesetaraan...di mana kita tak perlu lagi melihat status sosial, dan sebagainya...kau percayakan (name)?" lirih Erwin.
Pertanyaan Erwin membuat (name) memiliki secercah harapan. Tapi hatinya menolak keras, trauma melihat semua yang di cintainya meninggal masih membekas dalam hatinya.
Erwin merasa sudah di kuasai oleh hasratnya mencintai (name).
"Sir...di dunia ini masih banyak wanita..."
"Tak ada yang sepertimu!" Bentak Erwin.
(Name) hanya terdiam memperhatikan wajah Erwin.
"Aku tak bisa tahan lagi (name)...aku ingin memilikimu..." lirih Erwin kembali.
(Name) mengalihkan pandangannya.
"Saya tak bisa sir, saya tak pantas saya hanya..."
"Kau pelayan dan aku bangsawan! Muak aku dengan alasan seperti itu! Akan ku tunjukan padamu suatu saat nanti bahwa aku bisa memilikimu." Erwin mencium (name) ganas.
Bibir Erwin mulai melumat bibir (name) dan tangannya mulai membuka pita seragam (name).
"Sir?!" Teriak (name) panik.
"Shus...aku hanya ingin memilikimu lebih jauh lagi." Erwin memegang bibir (name).
Setelahnya ia menegakan badannya dan membuka jas dan setelan lainnya satu persatu. Kini di depan (name) Erwin sedang menatapnya dingin dengan kancing kemeja yang terbuka.
"Sir, jangan..." lirih (name).
"Shus...ku bilang diam." Bentak Erwin.
Tangan (name) di ikat oleh pita seragamnya.
(Name) sama sekali tak bisa memberontak apa yang akan Erwin lakukan padanya.
"Sir hentikan...ku mohon jangan rusak dirimu lebih jauh lagi..." mohon (name) berkali-kali.
"Kau pun tak mau mengerti penjelasanku dan kabur dariku..." Keluh Erwin.
"Sir...ku mohon mengertilah.." mohon (name).
"Aku hanya ingin kamu (name), tapi kenapa walau sudah di depan mata aku tak bisa memilikimu. Apa hatimu sudah untuk orang lain?" Tanya Erwin.
"Tidak sir...tidak...aku belum memikirkan romansaku..." sanggah (name).
"Kau tak bohong hm?" Tanya Erwin menyidik (name).
"Tidak sir...karnamu..." lirih (name).
"Karnaku?" Erwin merasa (Name) membuat alasan kembali.
"Aku...masih trauma..." Lanjut (Name).
"Apa kesalahanku?" Tanya Erwin tanpa dosa.
"Membunuh semua orang yang berada di dekat saya sir...Apa sir tidak faham berapa penderitaan yang saya tampung karna keegoisan Sir?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
To Far
FanfictionCerita ini bercerita saat dunia masih memandang kelas status sosial seseorang. (Name) yang berada di bawah dan dia yang ada di atas, saling mencintai. tapi kelas sosial sama sekali tak mengizinkan mereka. Walau sudah saling mencintai tapi perasaan...