(Name) bersiap-siap di hari pertamanya menjadi seorang pelayan di kediaman tersebut.
Ia menatap dirinya di cermin sambil sedikit sambil menata rambutnya agar rapih.
Rambut yang biasa ia gerai atau hanya sebatas kuncir satu, kini ia sanggul kecil di bawah.
Ia sedikit merapihkan seragam pelayannya lalu mengikat ikat kepala pelayan di kepalanya.
(Name) terseyum.
Dia harus rapih karna sekarang ia berkerja di kediaman bangsawan, bukan?
(Name) memancarkan keceriaannya memberikan kesan pertama yang bersahabat.
(Name) langsung berjalan keluar, lalu menghampiri kepala pelayan.
"Sir, pagi..." sapa (name).
Kepala pelayan itu melirik.
"Pagi juga, sudah siap berkerja?" Tanya kepala pelayan itu.
(Name) mengangguk.
Kepala pelayan tersebut memberikan kertas jadwal pada (name).
"Itu semua perkerjaanmu dari jam enam hingga setengah sepuluh malam."
(Name) mengambilnya lalu mengangguk pergi berniat melakukan pekerjaannya.
Pekerjaan pertamanya adalah mengantarkan teh pada Erwin Smith.
(Name) sempat terbengong, tugas pertamanya membuatnya canggung.
Tapi itu bukan masalah! Lagian memang Erwin yang membawanya untuk berkerja di sini. Gajinya pun lumayan. (Name) positif thinking bahwa ia dapat membayar pengobatan ayahnya setelah gajian nanti.
(Name) langsung ke dapur lalu membawakan teh yang memang telah di siapkan untuk Erwin Smith.
(Name) sedikit mematung saat berada di depan pintu ruang Erwin.
Ia menghelakan nafas berat, lalu sedikit menyiapkan mentalnya.
"Sir...Sir Smith ini teh pagimu." Kata (name) dari balik pintu.
Erwin langsung membukakan pintu tersebut.
"Taro di meja." Jawabnya singkat membiarkan (name) masuk.
Awalnya (name) bingung harus menaruh di mana, bukan karna ia tak tahu bentukan meja. Tapi semua meja penuh akan buku gulungan yang kemungkinan besar penting.
Banyak buku, gulungan, lembaran kertas, serta berkas-berkas yang tak rapih.
(Name) mulai bertanya-tanya kenapa tempat ini seberantakan ini, apa ini belum pernah di rapihkan atau Erwin habis mencari sesuatu.
Tapi itu bukan masalah, sekarang tugasnya adalah menaruh teh di meja yang kosong.
Erwin menyadari kebingungan (name) lalu sedikit menyingkirankan barang di atas sebuah meja.
"Taruh di sana lalu pergi." Perintah Erwin.
(Name) mengangguk lalu menaruh tehnya di atas meja sesuai permintaan Erwin.
Saat (name) hendak berjalan keluar, Erwin sedikit menarik rambutnya agar tergerai kembali.
(Name) kaget mendapati rambutnya tergerai karna di tarik Erwin.
"Sir?" Tanya (name).
Wajahnya memerah, lagi-lagi ia merasakan hawa canggung yang menyerangnya.
Erwin memegang rambut (name).
"Seperti dugaanku rambutmu indah..." Erwin sedikit memcium rambut (name).
(Name) memegang pipinya yang memerah dan berusaha menstabilkan jantunganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Far
FanfictionCerita ini bercerita saat dunia masih memandang kelas status sosial seseorang. (Name) yang berada di bawah dan dia yang ada di atas, saling mencintai. tapi kelas sosial sama sekali tak mengizinkan mereka. Walau sudah saling mencintai tapi perasaan...