Beberapa tahun sebelumnya
Erwin kecil sangat senang bertemu dengan (name).
Dia memegang kertas dengan gambar (name) di atasnya sambil terseyum.
"Apa yang kau pegang Erwin?" Tanya ayahnya.
Erwin langsung menoleh ke arah ayahnya.
"Ini gambar dari gadis kecil di dekat jembatan." Jawab Erwin girang.
Ayah Erwin mengambilnya lalu melihatnya jijik.
"Ini gambaran kelas bawah? Apa kau sangat menyukai ini? Seleramu rendah Erwin, kau harus perbaiki pemahaman soal seni." Ayah Erwin mengambilnya lalu membuangnya begitu saja ke keranjang sampah.
Erwin menoleh kecewa melihat gambarnya di ambil.
"Sudahlah nak, kalau kau mau nanti ayah akan mintakan seseorang gambarkan wajahmu." Jawab ayahnya.
Erwin hanya menggeleng.
"Aku ingin itu..." lirih Erwin.
"Jangan coba-coba untuk mengambilnya dari sana Erwin, kau sudah ternoda oleh mereka. Mereka hanya tikus jalanan ingat itu." Jawab ayah Erwin.
"Baik ayah..." lirih Erwin kecewa.
Ia bertanya-tanya dalam hatinya memangnya seseorang tak bisa berteman tanpa memandang kelas status sosial? Apa seorang bangsawan sepertinya harus terjerat terus dalam sangkar indahnya?
Erwin kecil sama sekali tak dapat mengetahui jawabannya.
"Sir, ini susu hangatmu." Lirih pelayan yang datang ke kamar Erwin.
Erwin masih belum menanggapinya dan menatap jendela.
"Apa seseorang tak bisa lepas dari status sosialnya?" Tanya Erwin.
Pelayan itu terkekeh.
"Ada apa sir?" Tanya pelayan tersebut.
"Kau terlihat lebih muda dari pelayan lainnya. Berapa umurmu?" Tanya Erwin.
"Aku lima belas tahun sir." Jawab pelayan itu.
"Remaja ya? Apa yang akan ku rasakan saat itu?" Lirih Erwin.
Kepala pelayan menggeleng sambil terseyum bingung.
"Umur kita hanya berbeda lima tahun, apa aku bisa menjadi temanmu?" Tanya Erwin kembali.
Pelayan itu terdiam entah harus jawab apa.
"Kau adalah salah satu bukti aku tak bisa berteman dengannya." Lirih Erwin.
Pelayan itu makin bingung, ia tahu Erwin sedang memikirkan sesuatu tapi ia tak yakin akan jawabannya.
"Sir sebelum berbicara seperti itu, coba lihat dulu yang ku bawa." Pelayan itu terseyum.
Erwin melirik malas.
Tapi saat ia tahu apa yang pelayan tersebut antarkan Erwin langsung terseyum girang.
"Ini? Kau..."
"Saya mengambilkannya untuk sir, sir jaga baik-baik ya." Titip pelayan itu.
Erwin mengangguk.
"Terimakasih! Sebagai gantinya maukah anda di menjadi teman saya?" Tanya Erwin.
"Tentu aku mau, tapi...ingatlah batasan saya dan sir. Saya hanya pelayanmu." Jawab pelayan tersebut.
Erwin cemberut kesal.
Bukan itu jawaban yang ia mau.
Saat Erwin mulai remaja, ia dapat merasakan hal yang berbeda dari pada dirinya dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Far
FanfictionCerita ini bercerita saat dunia masih memandang kelas status sosial seseorang. (Name) yang berada di bawah dan dia yang ada di atas, saling mencintai. tapi kelas sosial sama sekali tak mengizinkan mereka. Walau sudah saling mencintai tapi perasaan...