Confession

133 23 2
                                    

(Name) masih galau dengan pengakuan Erwin kemarin. Pikiran dan hatinya masih belum mau menerima kebenaran yang Erwin katakan.

Semua kutukan yang selama ini menghantuinya hanya akal-akalan tuannya? Sekejam apa memang tuannya.

(Name) mulai takut Erwin membunuh karna dirinya. Itu terdengar agak menakutkan untuknya.


(Name) berkerja dengan kalut.

"Yo (name) kau hari ini kenapa?" Tanya kepala pelayan.

(Name) menunduk lesu.

"Bagaimana perasaanmu jikalau kau mencintai seseorang?"

"Kau mencintai sir? Bukan urusanku sebenarnya. Hanya saja kau juga mengertikan? Duniamu dan sir... lebih baik lupakan dan cari lelaki lain!"

(Name) hanya menggigit bibir bawahnya.

"Bukan itu pertanyaanku hanya saja... begini... kau berfikir kau sangat mencintai seseorang karna telah membuatmu menjadi orang baik. Tapi saat kau mengetahui kebenaran orang tersebut...ternyata dia juga adalah orang yang menghancurkan hidupmu. Kau merasa sangat marah dan merasa tak bisa memaafkan orang tersebut... tapi selain itu kau juga sangat mencintai dan ingin membalas kebiakan orang tersebut...maka apa yang akan kau lakukan jika itu terjadi?"

Kepala pelayan hanya terdiam.

"Sakit kan pastinya? Aku mencintainya tapi aku pun ketakutan... ini bukan masalah kutukan lagi. Lebih baik aku pergi saja..." keluh (name).

(Name) langsung meninggalkan kepala pelayan yang masih termangu.




Karna ada urusan mendesak jadwal menyapu (name) di pindahkan lagi pada sore hari.

(Name) sangat bersyukur karna itu, jadi ia tak perlu ke ruang Erwin sore nanti.

Karna kejadian kemarin di tambah (name) sudah mengetahui sisi lain soal Erwin yang ternyata physicopath gila (name) jadi takut padanya.

Apalagi sekarang motif Erwin membunuh adalah dirinya. (Name) merasa ketakutan juga karna itu.

(Name) mulai berfikir apa mungkin Erwin jadi yanderre? Ah tidak itu lupakan itu bukan dirinya.


Sorenya (name) menyapu di halaman kediaman Smith.

(Name) sebenarnya tak mau menyapu sore itu karna akan turun hujan, tapi karna tugas ia tetap melakukannya.

Ia awalnya sudah bilang pada kepala pelayan, tapi kepala pelayan tetap menyuruhnya untuk menyapu.

Tapi karna kalah debat dengan kepala pelayan, mau tak mau (name) menyapu halaman kediaman Smith.

Kini ia menyapu dekat paviliun.

Ia menyapu sambil memikirkan apa Erwin benar-benar menjadi pembunuh atas banyak kejadian itu?

Pikirannya mulai teralihkan karna air menetes di atasnya.

(Name) tahu itu pasti hujan.

Belum juga (name) berlari hujan malah makin besar dan berangin.

Tanpa pikir panjang ia malah berteduh di paviliun.

(Name) terduduk di sebuah kursi sambil menghelakan nafas.

"Maafkan aku sir jika aku lancang duduk di sini, tapi aku ingin duduk." Lirih (name).

(Name) membenamkan dirinya di meja. Sambil menunggu hujan ia berniat beristirahat saja di sana.

Sebenarnya ia takut di cari oleh pelayan lain, tapi bukannya akan lebih merepotkan jika ada di kediaman dengan seragam basah kuyup? Maka diam di paviliun sampai hujan reda adalah ide terbaik.

To Far Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang