Fault

108 10 0
                                    

Erwin masih terpaku mendekap (name) dalam pelukannya.

Akhirnya wanita yang ia damba-dambakan bisa berada di pelukannya.

Saat Erwin mendekap (name) dengan erat, Erwin kembali merasakan hasrat timbul dari dalam dirinya.

Ia masih tetap Erwin yang sama, Erwin yang bejat yang sangat suka melihat kematian di depannya.

Saat Erwin melirik ke arah wajah (name) fantasi Erwin mulai bermain dalam kepalanya.

Dia sangat penasaran wajah (name) ketika sedang kesakitan dan sangat penasaran dengan darah milik (name).

Apakah masih sama saat (name) tertusuk? Atau saat Erwin sengaja menggores lehernya? Ia hanya memendamnya dalam hati.

Erwin sadar itu tak benar tapi itu tetap mengganggunya.

Erwin pun memeluk (name) lebih Erat lagi sambil memejamkan mata.

"Membunuhnya agar dia jadi miliku tidak buruk bukan?" Pikir Erwin sambil membayangkan jikalau ia benar-benar membunuh (name).

Sesegera mungkin Erwin menepisnya dan melepas tubuh (name).

"Ada apa sir?" Tanya (name) polos.

Erwin sedikit melirik (name) dengan fantasi di kepalanya.

"(Name)! Lebih baik kau jangan menemuiku lagi!" Erwin mencengkram kedua bahu (name).

(Name) tersentak kaget.

"Ada apa?" Tanya (name) kembali.

Erwin membuang mukanya sambil menutup wajahnya.

"Aku... aku memang orang yang baik untukmu..." jelas Erwin.

(Name) mengelus pipinya.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya (name) lemah.

"Aku mohon kau jangan panik saat mendengar ini... hanya saja aku ingin membunuhmu..." Jawab Erwin panik.

(Name) membulatkan bola matanya.

"Membunuhku... apa kau hanya ingin membuatku menjadi mainanmu?" Tanya (name) kesal.

(Name) tak bisa mengerti apa yang Erwin katakan.

"Hei jawab aku! Apa kau akan memperlakukanku sama seperti korbanmu yang lain?! Apa kau berani menyakiti orang yang benar-benar kau cintai?" Tanya (name) kesal.

Erwin sedikit memikirkan jawaban dari pertanyaan (name) lalu tersenyum.

"(Name)... tentu aku mencintaimu..."

"Apakah murni itu cinta atau hasrat haus darahmu?"

"Tidak! Itu memang cintaku... hanya saja itu membuatku berhasrat memilikimu dan hanya jadi miliku. Aku tetap tidak suka kau bersama pria atau bahkan wanita lain yang tak ku kenal. Dan kau bukan seperti korbanku yang ku targetkan lalu ku tinggalkan! Kau lebih dari itu... kau... hanya kau... yang ku ingin ku jaga dan ku miliki seumur hidupku..." Erwin memeluk (name) lalu mencium dahi (name).

"Aku tahu aku telah melakukan kesalahan yang tak dapat di maafkan, tapi bukan berarti aku tak mau memperbaiki kesalahanku..." dengus Erwin frustasi.

"Sir... aku ingin membantu mu!" Teriak (name).

Erwin tersenyum lembut.

"Terimakasih (name)..." lirih Erwin pelan.

Terdengar seseorang mengetuk pintu depan kediaman.

Sesegera mungkin kepala pelayan membukakan pintu.

"Ya... selamat datang... kami sedang tak menerima tamu. Saya harap anda pergi kembali dan menikmati hari anda, terimakasih..." kepala pelayan tersenyum di paksakan melihat orang yang datang ke kediaman.

To Far Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang