Drug

108 11 3
                                    

(Name) memilih ikut dengan kepala pelayan ke dapur.

Di dapur kelapa pelayan lebih banyak terdiam sambil mengerjakan pekerjaan di dapur.

(Name) duduk di bangku dapur sambil mengenang banyak hal yang terjadi di sana.

Setelah pekerjaannya selesai, kepala pelayan duduk di hadapan (name).

Ia menaruh tangannya di atas meja lalu tersenyum.

"Apa kau tahu apa yang saja terjadi saat kau tidak ada di kediamanm?"

(Name) menggeleng.

Kepala pelayan hanya tersenyum.

"Ayah sir telah meninggal..."

"Astaga! Turut berduka cita..."

Kepala pelayan menggeleng.

"Saya yang membunuhnya..."

(Name) menelan ludahnya. Ia baru menyadari banyak sekali pembunuh di sekitarnya.

"Kenapa?" (Name) memberanikan diri.

Kepala pelayan menghelakan nafas.

"Dendam kurasa...."

"Apa yang ayah sir lakukan?"

"Kau lupa leherku?"

(Name) terdiam.

Ia teringat kepala pelayan hampir mati olehnya.

(Name) mengangguk paham.

Kepala pelayan tertawa kecil.

"Lupakan saja... itu sudah lama..."

(Name) hanya mengamgguk.

"Kau bisa berbicara leluasa denganku sekarang... semua sedang berkerja, jadi tak akan ada yang mengetahuinya..."

(Name) mengangguk mencoba mencari topik.

"Sebenarnya saya agak penasaran... saat kau pergi sir merasa sangat kehilanganmu, apa kau memiliki hubungan di belakang kita?"

(Name) sedikit tertegun.

"Apakah ada?" Tanya kepala pelayan kembali.

(Name) berdeham.

"Kau salah sangka mungkin..."

Kepala pelayan tersenyum lembut.

"Ouh...begitu ya... memang saya selalu salah sangka." Kepala pelayan tertawa kecil.

(Name) mengangguk merasa tak enak berbohong.

"Atau mungkin saya selalu di kelilingi pembohong kelas tinggi makanya saya selalu salah." Kepala pelayan kembali tertawa kecil.

"Apa maksudnya?!" (Name) merasa panik karna dia takut kebohongannya terungkap.

Gerak gerik, ekspresi serta pembicaraan Kepala pelayan bertengangan dengan apa yang dia pikirkan.

"Ku kira kau seorang yang dapat di percaya, tapi ya sudah lah... padahal niatku baik..." kepala pelayan kembali membuatkan teh untuk (name).

"Tunggu dulu! Aku akan menjelaskan semua!" Teriak (name) tiba-tiba.

Kepala pelayan melirik (name).

"Kau berubah pikiran begitu cepat... saya sudah tahu kau pasti akan begitu..." kepala pelayan membawakan teh untuknya dan (name).

"Sebelumnya maaf aku sudah berbohong padamu... tapi aku punya alasan. Kau tahu kan hubungan seperti itu terdengar agak tabu di masyarakat."

"Tentu aku mengetahuinya... saya pun saat itu mencoba menghentikan hubungan kalian."

To Far Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang