Pianist

172 25 4
                                    

Hari yang tidak di nantikan Erwin telah tiba.

Sebenarnya Erwin malas untuk mengikutinya, tapi bagaimana lagi ini untuk menyambut ayahnya.

(Name) sibuk kesana kemari dengan tugas pelayannya.

Sampai ia di panggil kepala pelayan.

"Sir meminta untuk bersiap main piano!" Perintahnya.

(Name) tercegang.

"Apa?!" (Name) kaget dan kembali memastikan.

"Kata sir sang pianis yang harusnya bermain kecelakaan dan mematahkan tangannya, sir terdesak tak tahu harus meminta siapa. Lalu ia ingat kamu bisa bermain." Jelas kepala pelayan.

"Apa yang harus ku lakukan? Aku tak tahu lagunya, bahkan aku tak punya baju formal sama sekali. Apa aku tampil dengan seragam maid?" Tanya (name) bingung.

Kepala pelayan menggeleng.

"Soal lagu kau nanti tanya pada para pemain lainnya, kalau baju katanya kau sudah di siapkan di kamarmu dengan seorang yang akan membantumu berpakaian." Jawab kepala pelayan.

"Eh...tapikan aku belum..."

"Dah jangan banyak alasan cepat sana lakukan yang sir minta, ayo ayo semangat kau pasti bisa, sir percaya padamu!" Kepala pelayan memberiku semangat dengan menepuk pundak (name).

Mau tak mau aku melakukan yang dia minta.

Pertamakali ia harus bermain formal rasanya hatinya jungkir balik memikirkannya.






Saat sampai di kamar, benar saja ada seorang wanita terduduk di pinggir kasurnya.

Dia langsung saja menarik (name) dan mengamati (name) dari atas sampai bawah dengan senang.

"Ya ampun, kecantikan wanita eksotis asia ya? Rambutmu hitam pekat, saya akan sedikit rapihkan. Jari-jemarimu lentik, pasti ini dia jemari sang pianis, kenapa tak berkarier jadi pianis dan tinggalkan pekerjaan pelayan? Kulitmu pun coklat tak terlalu putih atau hitam pas sekali! Walau astaga wajahmu kenapa?! Terbanjur air panas ya? Sebentar lagi hilang kok, kita tutupi saja ya dengan bedak!" Seru wanita itu senang sambil memeluk (name).

(Name) hanya terdiam pasrah di peluk orang yang tak di kenalnya.

"Baik kita mulai ya!" Seru orang itu.

(Name) di suruh menggangti bajunya dengan baju yang ia siapakan.

Kini ia di bantu memakai pakaian bagian dalam.

Orang tersebut menarik korset (name), (name) hanya pasrah saja dengan apa yang orang itu lakukan.

"Oh ya kita belum kenalan, namaku Nanaba. Kau (name) ya?" Tanya Nanaba.

"Iya saya (name)." Jawab (name).

"Oh...aku punya tawaran padamu, sebenarnya selain menjadi perias bayaran, aku juga berkerja di belakang panggung orkes atau theater sebagai penata rias. Jadi aku banyak kenalan soal panggung seni. Salah satu kenalanku mencari bakat bermain piano. Kalau kau mau aku bisa menghubunginya. Jangan sia-sia kan kesempatan ini (name), orkesnya sudah cukup besar jadi penghasilannya pun lumayan." Tawar Nanaba.

(Name) terdiam.

"Sebenarnya aku baru beberapa minggu kerja di sini, rasanya tak enak juga jika aku tiba-tiba keluar. Tapi aku sangat memerlukan uang untuk biaya pengobatan ayahku. Jadi akan ku pikir-pikir lagi." Jawab (name) ragu.

Nanaba terseyum dan langsung mengeratkan korsetnya.

Lalu memakaikan (name) baju gaun warna hitam panjang yang cukup anggun, lalu memakaikan sarung tangan pada (name).

To Far Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang