(Nama) hanya tersenyum menunggu kedatangan suaminya.
Tok
Tok
"Aku pulang..."
(Name) langsung menyambutnya seperti biasa.
"Kau pulang terlambat! Dari mana saja?" Dercih (name) kesal.
"Ah... hari ini ada sedikit kesalahan saat konser.... Sayang sekali kita beda grup..." lirih Erwin.
(Name) hanya tertawa.
"Begitu ya? Kalau begitu ayo kita makan malam... aku telah menunggumu..." (name) tertawa mencairkan suasana.
Erwin mengangguk dan mengikuti kata-kata (name).
Saat makan (name) memulai sebuah pembicaraan.
"Ehm... Erwin... akhir-akhir ini kita sudah lama berkerja keras sendiri..."
Erwin melirik (name) sekilas.
"Hm? Terimakasih... setelah kita pergi jauh dari kota... ya... kau memiliki beberapa koneksi perkerjaan yang untungnya aku bisa..."
Erwin mengingat bahwa ia pergi hanya dengan beberapa kebutuhan pokoknya dan kabur dari kediaman. Untungnya selama berkerja dengan orkes keliling tersebut (name) memiliki beberapa koneksi perkerjaan. Walau upah tak seberapa yang penting cukup untuk menyetabilkan kehidupan mereka.
"Untuk menambahkan sedikit penghasilan... setiap sore nanti aku akan mengajar piano... aku akan libur setiap hari senin... tak apa kan?" Tanya (name) ragu.
"Kau memerlukan uang tambahan?"
"Hanya untuk sementara ini saja... mungkin dua bulan ini saja..."
"Apa upahku tak cukup? Aku akan mengusahakannnya jika penting..."
"Bukan begitu... ku pikir aku memerlukan tabungan dalam jumlah yang cukup besar begitu..."
"Apa ada yang kau inginkan?"
"Bukan... tapi ini untuk kepentingan anak kita..."
Erwin langsung tersedak.
"Uhuk! Kita belum mempunyai seorang anak (name)... jadi ya... jangan dulu berfikir seperti itu. Ya walau... aku memiliki sedikit tabungan saat kita kabur, aku baru memakainya sedikit."
(Name) menghelalan nafasnya.
"Erwin... kita memiliki satu..."
Erwin mengerutkan alisnya.
"Dia ada di sini... di dalamku... aku mengandung..."
Erwin menghentikan makanannya dan memeluk perut (name).
"Kenapa kau tak bilang padaku? Jadi dua bulan yang lalu kau sakit itu karna..."
"Iya... hanya saja aku baru konsultasi tadi siang..."
"Aku pria yang paling bahagia saa ini... berhentilah berkerja sejenak aku tak mau kau kecapekan..."
"He? Anaknya stress loh... kalau ibunya tak bermain piano..."
"Alasan ibumu saja... ya kan nak?"
"Ehehe hanya ibunya yang tahu jawabannya... dia berteriak TIDAK! Ayah terlalu over protektif..."
Erwin mencium perut (name).
"Mari kita buat keluarga dan bahagia..."
(Name) hanya tersenyum.
"Mirip buruk kita sudah lewat..."
Erwin memegang pipi (name) dan mengecup bibirnya.
Kalau Erwin mendengar teriakan itu hanya mimpi buruknya bukan? Atau itu adalah kenyataanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
To Far
FanfictionCerita ini bercerita saat dunia masih memandang kelas status sosial seseorang. (Name) yang berada di bawah dan dia yang ada di atas, saling mencintai. tapi kelas sosial sama sekali tak mengizinkan mereka. Walau sudah saling mencintai tapi perasaan...