Rin terbangun keesokan harinya oleh suara kicauan burung yang terdengar dari pintu kamar yang sedikit terbuka. Sambil mengusapkan matanya yang masih terasa berat, dia memandang berkeliling, terkejut sendiri saat mendapati dirinya tengah berbaring di atas futon dengan selimut tebal yang tertarik hingga ke dadanya.
Obito...
Rin menarik dirinya bangun, seraya mencari-cari sosok Obito. Tetapi hanya ada dia sendiri di dalam kamar itu. Rin menyingkirkan selimut dan beranjak dari futon. Setelah membereskan peralatan tidurnya, dia lalu bergegas meninggalkan kamar.
Rupanya Obito sudah berada di beranda kosong yang menghadap ke taman. Duduk bersila dengan kedua tangan di atas lututnya. Matanya terpejam.
Rin mengamati suaminya itu selama beberapa saat. Obito sudah mengganti yukata semalam dengan pakaian ninja yang biasa dia kenakan. Rambut hitamnya bergoyang tersapu angin pagi yang sejuk.
"Ohayou, Obito," Sapa Rin.
Obito menoleh, "Ohayou. Kau sudah bangun?"
Rin mengangguk, seraya menyelipkan rambut coklatnya ke belakang telinga dengan gugup. Kenapa aku gugup? "Maaf, aku bangun agak siang. Mau kubuatkan sarapan?"
"Tidak perlu, Rin," Sahut Obito tersenyum. Sejenak dia memandang istrinya, seperti sedang mempertimbangkan sesuatu.
Mereka membiarkan keheningan menyusup, Obito mengeluarkan sesuatu dari balik ikat pinggangnya.
Ternyata beberapa lembar yen. Pria itu mengambil sebelah tangan Rin, kemudian meletakkan uang itu di atas telapak tangannya. "Kau bisa gunakan uang ini untuk membeli yang kau rasa perlu," katanya.
"O-Obito.."
"Kenapa?" Obito berucap pelan, dan Rin nyaris bisa merasakan nada menyesal dalam suaranya. "Aku akan menafkahimu dengan baik. Kurasa mulai sekarang aku harus membiasakan diri berbagi denganmu."
Rin memandang uang di tangannya. Uang itu cukup untuk membeli sepuluh karung beras.
Menggenggam uang Obito, tidak lantas membuatnya merasa tidak beraya di hadapan pria itu. Justru sebaliknya. Memang seperti inilah seharusnya hidup berumah tangga, bukan? Berbagi dengan suamimu dalam segala hal…
"Aku akan menggunakannya dengan bijaksana," Janji Rin.
Obiro mengangguk. "Aku percaya padamu sepenuhnya."
Rin mendesah pada udara kosong di depannya. Meski begitu sebuah senyum cerah menghiasi wajahnya.
"Ayo kita makan."
Sesuatu membuat Rin terkejut selanjutnya. Sarapan mereka sudah tersaji di atas meja. Sedikit sesal menyusup di hati Rin saat memikirkan bukan dirinya yang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.
________
Pagi itu, setelah sarapan, Obito pergi misi. Rin melanjutkan tur kecilnya mengelilingi rumah barunya. Lalu dia menyadari betapa kotornya rumah Obito itu.
Kakinya meninggalkan jejak di lantai kayu yang berdebu, kaca-kaca jendelanya yang buram oleh kotoran, belum lagi perabotnya yang sepertinya sudah bertahun-tahun tidak dibersihkan. Tirai-tirai yang menutupi jendela-jendela juga tampaknya sudah perlu dibersihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Fate { Obito X Rin }
FanfictionWanita itu, lebih suka menyibukkan dirinya sebagai ninja medis dari pada berada di sini, di tengah orang-orang yang putus asa. Nohara Rin yang putus asa untuk melepaskan diri dari cintanya karena Hatake Kakashi menikah dengan orang lain. "𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯...