Chapter 3

365 42 12
                                    






Rin melompati atap rumah- rumah dengan kecepatan penuh, ia tengah menuju kediaman Sarutobi. Tsunade baru saja mengirimnya untuk memeriksa luka Asuma Sarutobi yang dilaporkan terkena kunai dalam misinya kemarin.

Menghentikan langkahnya dengan gerakan gemulai tepat di luar kediaman Sarutobi, Rin mendorong gerbang berat di hadapannya dengan hati- hati, pandangannya menyapu sekeliling halaman keluarga yang tersusun apik.

Seketika ia menangkap sesosok pemuda yang tengah berlatih, melempar kunai pada target yang terbuat dari kayu dengan satu lengannya yang tidak terluka.

"Selamat Pagi!" Sapa Rin riang.

Gerakan tangan Asuma terhenti di udara kemudian tersenyum hangat. "Selamat pagi," responnya.

"Bagaimana lenganmu?"

"Masih sedikit sakit jika digerakan, "jawab Asuma, melenturkan lengannya untuk menegaskan. "Tapi sebagian besar mati rasa."

"Itu artinya balsam penyembuhnya sedang bekerja," Ucap Rin yakin. Meletakan ransel yang sedari tadi menggantung di pundaknya.

Rin mendudukan diri di balai- balai dan memberikan kode agar Asuma menghampirinya. "Boleh aku lihat lukamu dari dekat?'

Asuma mengangguk setuju, "Tentu."

"Aku tidak akan lama. Aku juga harus latihan dan belajar sendiri."

"Jadi bagaimana latihanmu?" Asuma menjeda sejenak untuk melempar satu senyum lagi. "lebih baik?"

Rin merengut dan tertawa canggung mendengar pertanyaan Asuma. "Cukup baik," jawab Rin, senyum rendah hati terlukis di bibirnya.

Setelah memastikan perbannya sempurna, Rin berdiri di hadapan Asuma dan memulai nasehatnya sebagai seorang perawat. "Baiklah. Tidak boleh meregangkan otot dulu, tidak boleh latihan, tidak boleh mengangkat beban terlalu berat, tidak boleh menekan bagian lengan. Minum ramuan tehnya dua kali sehari, dan jika dirasa sudah tidak kebas, oleskan lagi balsamnya. Ada pertanyaan?"

Asuma menggeleng dan tersenyum, "Tidak ada. Terimakasih.. Sampai jumpa besok."

Rin mengangguk dan melambaikan tangannya untuk memberitahukan kepergiannya .

Rin melangkah keluar dari kediaman Sarutobi. Dengan sopan dia menutup pintu gerbang berat dan bersandar padanya.

Gadis itu mulai melangkahkan kakinya kembali menuju kantor Tsunade. Baru setengah jalan, tanpa sadar dia menabrak dada bidang Uchiha.

Seperti kerikil menabrak dinding batu. Rin akan terjatuh ke belakang jika saja tangan kekar di depannya tidak cepat meraih lengannya.

Bagai tanpa tenaga, Obito menarik lengan Rin, menyeimbangkan tubuh gadis itu. "Ada apa denganmu?"

Rin mencoba menahan rasa malunya karena Obito  menemukanya tengah melamun saat berjalan. "Maaf, aku hanya sedang memikirkan sesuatu."

Obito mengerutkan matanya ragu sebelum menyeringai.

"Jangan khawatir," Tawa Rin canggung, mengangkat dua jarinya pada Obito. "Oh! Setelah ini, kita akan menjenguk Kakashi di rumah sakit?"

Obito memasukan kedua tangannya ke dalam saku. "Kenapa tidak sekarang?"

Rin meletakan jari telunjuknya di dagunya. "Ada sebuah buku yang aku ingin pelajari sejak lama. Masalahnya adalah, Tsunade-sama selalu memakainya maka dari itu aku tidak pernah punya kesempatan untuk meminjamnya."

Rin melihat Obito yang puas dengan jawaban yang ia berikan.

"Jangan terlalu dipaksakan," Obito memperingatkan sembari pergi.

Our Fate { Obito X Rin }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang