Chakra hijau di tangan sang medic-nin perlahan meredup ketika proses itu selesai. Nohara Rin tersenyum puas pada pria yang terbaring di atas alas futon di kamarnya.
"Kau tidak apa-apa." Rin melempar senyum padanya, "Sebaiknya kau beristirahat dulu sementara ini. Lukamu akan cepat sembuh jika kau tidak melakukan latihan dulu, Obito."
"Dasar BakaKashi itu, aku ingin berjuang keras untuk melampauinya," sambung Obito. Pria itu kemudian duduk, melempar dirinya ke sisi Rin yang duduk di lantai.
Rin tersenyum menyesal pada Obito. "Kenapa kau keras kepala? Istirahatlah Obito. Setelah pulih, latihanlah kembali."
Obito mengangguk-anggukkan kepalanya, "Baiklah, baiklah.. Sekarang? Apa aku harus istirahat atau mengajakmu makan malam ke Ichiraku Ramen?"
Rin mendengus lalu tersenyum, "Terserah kau saja."
Mendengar jawaban itu, Obito langsung beranjak dari duduknya. Rin hanya mengikutinya dari belakang. Pria itu... Nampak bersemangat luar biasa walaupun luka di lengannya cukup besar dikarenakan latihannya sendiri.
Seringkali, ia terluka saat Tsunade memberikan misi padanya. Obito memang belum menjadi ninja yang hebat di usianya yang sudah dewasa. Obito juga belum membangkitkan kedua Mangekyo Sharingan-nya. Tapi.. Rin mengalihkan pandangannya pada bintang-bintang yang berjajar di langit.
Aku akan selalu mengawasinya.
"Teuchi-San! Ramen porsi jumbo dua!"
Lamunan Rin buyar saat Obito berteriak memesan ramen pada Teuchi. Mata coklat Rin beralih pada tiga orang yang sedang duduk menikmati ramen, kecuali salah satunya yang hanya melipat kedua tangannya dan memasang raut kesal.
"Pelan-pelan, dobe. Kau bisa tersedak."
Rin hanya melirik ketiga bocah itu. Baju mereka terlihat kotor dan berantakan, mungkin mereka baru saja pulang dari misi. Pikirannya lalu mengawang pada Hatake Kakashi, apa dia langsung pulang? Sudah tiga hari ia tidak melihat pria itu dan Rin merindukannya.
"Oh, ada Rin-san, Obito-san!" Sapa gadis cantik berambut pink.
Bocah pirang yang sedari tadi melahap ramen dengan nikmatnya, kini beralih pada Rin dan ikut berteriak, "Rin-san, Obito-san!" Sedangkan bocah dengan wajah jutek hanya melirik dua orang dewasa itu.
Obito menoleh dan tangannya terangkat untuk menyapa, "Hei kalian.." Dan Rin hanya tersenyum ramah.
Seolah tau dengan pemikiran Rin, Obito bertanya, "Dimana Kakashi?"
"Kakashi sepertinya sudah pulang duluan."
Sasuke menyahut tanpa sopan santun samasekali, mereka semua tahu, Sasuke hanya memanggil nama gurunya tanpa embel-embel 'sensei'.
"Sebenarnya kami sudah pulang dari siang tadi, tapi Baka-Naruto ini, mengajak latihan hingga malam seperti ini dan mengajak kami makan malam disini!" Sahut Sakura gemas-gemas sambil mengepalkan tangannya.
"Oh, Begitu.." Sahut Rin.
"Pesanan sudah datang!"
Obito dan Rin langsung terkesiap mendengar suara Ayame. Namun menyadari tatapan Rin yang aneh, Obito bertanya-tanya. "Ada apa?"
"Kau memesan porsi jumbo?" Tanya Rin masih menatap ramen-nya. "Ini terlalu banyak. Kenapa kau tida bertanya padaku?"
Obito malah tertawa melihat reaksi wanita itu. "Kau ini kenapa, Rin? Tadi aku berteriak memesan jumbo, apa kau tidak mendengarnya?" Obito malah bertanya balik, "Aku kira kau setuju."
"Sudahlah, makan saja. Lagipula, wanita gemuk itu lucu. Menggemaskan." Ucap Obito tertawa, membuat Rin tanpa sadar merona malu.
"Aku tidak ingin gemuk," Balas wanita itu mengerucutkan bibirnya.
Oh, lihatlah bagaimana Rin bersikap seperti itu. Obito ingin sekali mencubit pipinya dan memeluknya erat.
Onyx itu berkedip-kedip saat Rin tiba-tiba saja memasukkan ramen kedalam mulut Obito. Mungkin ini adalah bentuk kekesalannya, tanpa sadar membuat Obito merona.
Rin memiringkan kepalanya saat ia menyadari wajah itu semerah tomat dan semakin merah lagi saat Rin menyentuh keningnya. "Kau sakit?"
"Apa yang lakukan?!" Obito menyingkirkan tangan itu dari keningnya dan meringsut menjauh. Sifatnya sedikit banyak masih tidak berubah, wajah Obito akan memerah jika berkaitan dengan Rin.
Rin tertawa melihat tingkah pria itu, pandangannya lalu beralih pada ramen di meja. Ia mulai melahapnya, sama seperti Obito.
Malam itu mereka lalui dengan candaan yang Obito berikan pada Rin. Tidak ada yang Rin bisa lakukan selain tertawa dan menjawab kecil leluconnya.
Saat ramen keduanya habis, Obito segera membayar walaupun Rin sudah mencegah Obito untuk membayar punyanya juga. Sepanjang perjalanan pulang itu, keduanya hanya terdiam. Mungkin terlalu lelah berbicara- atau lebih tepatnya mereka mengantuk dan ingin cepat tidur.
Mereka berdua menyusuri jalan yang ramai di pusat. Sesekali Obito dan Rin mengamati sekelilingnya sementara merek berjalan. Interaksi yang biasa: orang-orang saling bertegur sapa, tawar menawar antara pedagang dan pembeli, sepasang kekasih yang sedang berkencan, seorang bocah yang merengek pada orang tuanya ingin dibelikan manisan.
Tetapi entah mengapa hal-hal sederhana yang bisa terjadi setiap hari semacam itu membuat Obito tak bisa menahan senyum.
"Kenapa kau, Obito?" Tanya Rin menyipitkan matanya, "Kau senyum-senyum sendiri dari tadi."
Obito malah tertawa mendengar perkataan Rin. Diam-diam dia membayangkan bagaimana jadinya jika mereka berdua sepasang kekasih. Tapi hal itu ia singkirkan jauh-jauh, mengingat perasaan Rin hanya untuk rekannya.
Hatake Kakashi.
Seberapapun perhatian Rin yang diberikan padanya, hatinya tetap untuk orang lain. Pernah ia mencoba untuk mengungkapkan perasaannya, tapi berkali-kali gagal juga. Seperti dulu, saat ia akan mengungkapkan perasaannya, Rin ternyata sedang memberikannya selebaran kertas yang isinya Kakashi sudah menjadi Jounin.
"Obito?" Rin melambaikan tangannya didepan wajah sang Uchiha.
Obito mengerjabkan matanya beberapa kali lalu tertawa lagi, "Tidak, hanya.. lihat itu." Pria itu menunjuk sebuah kedai, "Aku ingin makan lagi."
Rin membelalak terkejut, "Eh?! Obito, kau sudah makan ramen porsi jumbo loh." Ucap Rin tak percaya.
"Tapi aku masih lapar, ayo!"
Belum sempat Rin protes, Obito sudah menarik lengannya. Kaki keduanya terhenti di depan sebuah kedai kecil yang menjual ikan bakar.
Dipandanginya kedai yang tidak terlalu ramai itu. Aroma ikan bakar bercampur alkohol memenuhi ruangan juga kepulan asap dari sang koki yang sedang membakar ikan.
"Ikan bakar disini katanya enak." Ucap Obito tersenyum, pandangannya tertuju pada sekeliling kedai yang nampak dipenuhi para wanita dan pria yang sedang tertawa dengan sake ditangannya.
Tangan Obito terangkat dan memesan ikan bakar juga sake. Setelah pesanan datang Rin tidak makan melainkan melirik kanan-kiri nya. Kedai disini memang banyak orang-orang dewasa menghabiskan waktunya dengan bermabuk-mabuk an.
Seorang pengunjung pria yang kelihatannya sudah mabuk berat tampak terhuyung-huyung keluar dari kedai, dipapah oleh seorang pemuda yang tampaknya pelayan di sana. Si pria mabuk merancau tidak jelas memarahi si pemuda sebelum akhirnya muntah di depan pintu.
Rin mengernyit jijik menatap pria itu. "Sebaiknya kita pulang saja..".
Alih-alih menanggapi Rin, Obito menatap dua porsi ikan bakar dan sake yang sudah tersedia di meja.
"Makanlah.." Ucap Obito.
Rin berdecak, "Aku sudah kenyang, lagipula, kenapa kau mengajakku ke kedai seperti ini?"
Obito tidak menjawabnya. Dia memilih untuk menenggak sake-nya, lalu memainkan cawan yang sudah kosong di antara jari-jarinya yang panjang.
________
Vote comment
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Fate { Obito X Rin }
FanficWanita itu, lebih suka menyibukkan dirinya sebagai ninja medis dari pada berada di sini, di tengah orang-orang yang putus asa. Nohara Rin yang putus asa untuk melepaskan diri dari cintanya karena Hatake Kakashi menikah dengan orang lain. "𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯...