"Kau tidak seharusnya berada di sini," Obito berkata dengan suara parau.
Mengabaikan kata-kata suaminya, perlahan Rin memberanikan diri mendekatkan wajahnya, sehingga kemudian dahi mereka bersentuhan, ujung hidung mereka bersinggungan. Napas mereka berbaur menjadi satu.
Rin memejamkan kedua matanya, sama sekali tak menyadari ketika kilasan ekspresi seperti tersiksa melintas di wajah Obito. Pria itu tahu, perkataannya tadi membuat Rin terluka. Bagaimanapun juga ia merasa bersalah, tidak sepantasnya kata-kata itu keluar dari mulutnya.
"Tidak, Rin. Gomen.."
Rin menahan napas ketika bibir Obito menyentuh bibirnya. Obito menciumnya dengan lembut, menekan bibirnya, mengulumnya perlahan-lahan seakan takut melukainya.
Hingga sebuah gerakan tiba-tiba yang berasal dari hutan di tepi danau mengusik mereka. Obito melepaskan istrinya dan berbalik, dengan sigap menarik Rin ke belakangnya ketika seorang pria berseragam shinobi keluar dari deretan pepohonan di pinggir danau.
Oh, Jounin angkatannya
"Obito-Ah!" Pria itu buru-buru berbalik ketika menyadari apa yang baru saja diinterupsinya. Wajahnya merah padam, tampak sangat malu. "Maaf. Aku tidak bermaksud-"
"Tidak apa," Sela Obito. Ada kejengkelan samar dalam suaranya. "Ada apa, Guy?"
"Yondaime meminta Rin segera ke ruangannya," lanjutnya canggung. "Ada misi."
"Aa. Wakatta."
Guy langsung melesat pergi.
"Minato-sensei?"
"Kau harus pergi."
Obito baru saja berenang ke tepi danau ketika Rin melempar kedua lengannya ke sekeliling pinggangnya, menahannya.
Rin mengeratkan pelukannya sekilas, menempelkan tubuhnya pada punggung Obito, berharap suaminya itu mengerti maksudnya. Dikecupnya pelan bahu pria itu sebelum melepasnya. Obito tidak berkata apa-apa lagi setelahnya. Tetapi mengambil baju dan memakainya pada Rin.
Setelahnya, ia juga mengenakan pakaiannya kembali dan tangan Obito bergerak mengacak-acak surai coklat istrinya, mengeringkan rambutnya.
Rin hanya mengawasi pria itu yang kini mengusap-usap jemarinya pada wajahnya. "Aku baik-baik saja." Ucap Rin tersenyum.
"Tidak, kau bisa sakit kalau masih basah seperti ini. Ayo pulang. Setelah itu aku akan mengantarmu menemui sensei."
_________
Obito dan Rin saat berjalan menuju kantor gurunya.
"Minato-sensei?" Panggil Rin saat dia sudah membuka pintu kayu besar kantor Hokage. "Anda ingin bertemu saya?"
"Rin," Kata sang Hokage tanpa mengangkat wajah dari mejanya. "Aku punya sebuah tugas untukmu."
"Tugas apa?"
Pria pirang itu menatap dokumen di mejanya. Dia menganggukan kepalanya dengan cepat dengan senyum kecut. "Ada pesan datang yang meminta pelayananmu. Ini uh..." Minato membalik tumpukan kertas di hadapannya, "... ini dari kakek tua dan keluarganya dari luar desa. Ingat di mana rumahnya 'kan?"
"Oh iya, tentu. Apakah di situ disebutkan apa permasalahannya?"
"Mungkin," Hokage itu mendesah. "Aku tidak sempat lihat. Aku yakin hanya pemeriksaan cepat lalu kau bisa pulang."
"Baiklah," Jawab Rin, melambaikan tangannya dan keluar ruangan.
Menutup pintu kantor, Rin mengelus dagunya sambil mengingat di mana tempat tinggal kakek tua itu. Sudah cukup lama sejak terakhir kali dia ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Fate { Obito X Rin }
FanfictionWanita itu, lebih suka menyibukkan dirinya sebagai ninja medis dari pada berada di sini, di tengah orang-orang yang putus asa. Nohara Rin yang putus asa untuk melepaskan diri dari cintanya karena Hatake Kakashi menikah dengan orang lain. "𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯...