˚ · . [ ARENA ]
✧ ˚ · .
┊ ┊
˚ ༘♡ ⋆。˚ ꕥ
Seperti ranting pohon yang mudah patah saat diterjang badai, kau sama lemah nya seperti itu. Tapi, kau juga seperti badai yang menghancurkan pertahanan ter...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Maaf membuat mu menunggu," ujar Levi seraya menutup pintu ruangan rapat rapat.
Armin mengangguk. "Tidak masalah,"
Athena mendorong kursinya, berniat beranjak dari sana agar tak menjadi pengganggu dalam introgasi yang dilakukan secara pribadi oleh Levi. "Kalau begitu, aku akan pergi."
"Tetaplah disini. Dia butuh seseorang yang ia percaya disini." celetuk laki laki bersurai hitam legam itu. Mencegah Athena yang ingin meninggalkan ruangan khusus nya.
Gadis itu menghembuskan napas berat seraya mendudukan kembali bokong nya di kursi. Sebenarnya mereka sedang berada di ruang khusus yang dibuat oleh Levi di kamar nya. Ruangan itu sebenarnya gudang penyimpanan yang lama tak terpakai. Tapi, tanpa sepengetahuan Andre, ia mengubah gudang itu menjadi ruangan tempatnya menyimpan dokumen nya. Kebetulan sekali gudang itu terhubung dengan kamarnya yang luas.
Levi berdehem. Ia menatap Armin lamat lamat mencoba memastikan bahwa ia menemui orang yang benar. "Apa kau murid pindahan dari SMA Seni Namhill?"
"I-iya. Aku baru saja pindah dari sana dua minggu yang lalu."
"Artinya, kau tahu kasus bullying yang terjadi disana, kan?"
"Atau mungkin dia juga salah satu korban nya," celetuk Athena kelewat datar.
Armin membelalak. Ia menelan salivanya susah payah. Ucapan Athena tadi membuatnya kembali bergidik. Keringat dingin juga mulai mengucur dari pelipisnya. "K-kau tahu darimana?"
"Hanya menebak. Karena bekas luka di tubuh mu,"
"B-begitu,"
Levi menghela napas panjang. Ia bersedekap menunjukkan aura suram nya. "Jadi ... kau juga salah satu korban nya? apa kau bisa menunjukkan bekas luka mu dan penyebab nya?"
"Aku akan melakukan nya. Ini sangat penting,kan?"
"Ya. Jika kau tak masalah, aku akan merekam nya sebagai pertimbangan."
Laki laki pirang itu mengangguk. Ia bergerak membelakangi kakak beradik itu, menunjukkan bekas luka di ceruk lehernya. "Ini adalah bekas luka saat dipukul dengan stick golf," Armin kembali membalik tubuhnya. Membuka baju kaus yang ia kenakan sampai membuat netra gelap Levi serta netra hazel Athena membelalak. "Lebam ini karena dipukul dengan balok. Bekas luka di perutku ini, karena aku terdorong ke besi panas."
Armin memejamkan matanya sejenak. Kemudian membukanya kembali setelah beberapa detik, mengulurkan tangan nya ke atas meja. "Lalu ini ... karena mereka menginjak nginjak tangan ku setelah berhasil membuat ku jatuh."
"Sialan." gerutu Athena lirih. Bekas luka di sekujur tubuh Armin, mulai dari ceruk leher sampai perut bidang laki laki itu, membuatnya marah. Tangan nya mengepal seperti ingin menghabisi siapa pun yang berani melukai Armin.