˚ · . [ ARENA ]
✧ ˚ · .
┊ ┊
˚ ༘♡ ⋆。˚ ꕥ
Seperti ranting pohon yang mudah patah saat diterjang badai, kau sama lemah nya seperti itu. Tapi, kau juga seperti badai yang menghancurkan pertahanan ter...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SEPASANG figur menawan itu tengah asik bertukar pikiran dibalik ruangan besar yang tadinya ramai, sekarang hanya diisi oleh mereka berdua. Permata biru laut Erwin, menatap lekat ke arah pahatan wajah nyaris sempurna di depan nya. Walau tak tersenyum, gadis itu masih tampak manis bagi nya.
Ia menarik tangan si gadis, menggenggam nya erat seperti tak ingin kehilangan perawakan jangkung itu. "Selamat atas kemenangan mu, Athena." ujar guru muda itu, tenang.
Wajah pucat Athena menampakkan ekspresi yang tak bisa ditebak. Entah ia senang atau masih biasa biasa saja. "Terimakasih, Pak."
"... apa kamu lupa, kalau kamu boleh memanggil ku Erwin saja saat hanya berdua?"
"Rasanya tidak pantas, saya lebih muda dari Bapak. Saya juga adalah murid disini. Mungkin jika di luar sekolah, akan beda ceritanya."
Erwin Smith -- guru bahasa inggris termuda dan jenius yang mengajar di kelas nya. Ia hanya berselisih tiga tahun dengan Athena. Karena itu, ada banyak murid murid yang mencoba mendekatinya. Tapi, Erwin memiliki tipe ideal nya sendiri. Laki laki teratur yang bahkan menulis tipe idealnya di buku catatan yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi.
Sedikit banyak nya, pasti Athena lah gadis yang selama ini ia cari. Bahkan genggaman tangan nya mengerat sejak tadi. "Aku harap aku bisa menghabiskan waktuku bersama mu."
"Aku juga berharap begitu,"
Jika boleh jujur, Athena memang menyukai Erwin. Ia juga sangat menghormati laki laki pirang di depan nya. Erwin sendiri sebenarnya adalah tipe laki laki yang ia suka. Hanya saja, rasa suka itu bukanlah rasa suka terhadap seorang lelaki. Hanya sebatas menyukai cara ia memperlakukan seorang perempuan. Bukan berarti ia ingin di perlakukan seperti kekasih oleh gurunya sendiri.
Kemenangan Athena dalam speech nasional tahun ini, bukan semata mata untuk membuat Erwin senang karena ia telah melatihnya. Tetapi, ia ingin membuktikan pada seseorang, kalau kemampuan nya bukan hanya mengacau dan berkelahi saja.
Orang yang sampai saat ini enggan untuk menatap nya. Bahkan, ia harus menahan sesak saat ia mengetahui jika orang yang ia kagumi beberapa bulan terkahir ini, sudah memiliki kekasih. Laki laki itu juga tak mengucapkan sepatah kata pun untuk memberinya selamat.
Erwin menghembuskan napas panjang, menarik kedua tangan Athena sekaligus. "Aku tak tahu harus memulainya darimana. Sepertinya aku akan jujur padamu soal perasan ku,"
"Aku juga tak tahu harus bereaksi seperti apa saat kau mengatakan nya."
Erwin terkekeh. "Sepertinya kamu sudah mengetahui apa yang akan aku katakan, ya?"
"Sepertinya begitu,"
"Terus terang saja, aku menyukai mu, Athena. Bukan sebagai guru dan murid ... tapi, sebagai seorang perempuan. Aku harap kau memikirkan ini,"