˚ · . [ ARENA ]
✧ ˚ · .
┊ ┊
˚ ༘♡ ⋆。˚ ꕥ
Seperti ranting pohon yang mudah patah saat diterjang badai, kau sama lemah nya seperti itu. Tapi, kau juga seperti badai yang menghancurkan pertahanan ter...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GEMERCIK air mancur di halaman utama SMA Herrigate menjadi pengiring jari jari lentiknya yang memegangi sebuah pena. Terus bergerak menoreh tinta di atas kertas vintage, menulis kalimat kalimat pendek yang terangkai menjadi sebuah paragraf. Sejak tadi benak nya terus berputar bak roda sepeda, meminta agar idenya tak hanya akan menjadi angan lalu terlupakan.
Kertas kasar berwarna cokelat di pangkuan nya menunjukkan curahan ide yang ia tuangkan dalam bentuk sebuah tulisan. Netra hazel nya hanya terfokus pada kolam air mancur yang di penuhi kelopak bunga sakura yang berguguran. Sesekali ia menyelupkan tangan nya ke dalam kolam, merasakan sensasi dingin seperti air es.
"Selamat pagi, Athena!" sapa seorang laki laki jangkung bersurai gelap, sumringah.
"Pagi," saut Athena datar.
"Menulis poetry lagi?"
"Ya."
Marco hapal betul kebiasaan Athena saat jam pelajaran belum di mulai. Sebelum ia benar benar masuk ke gedung sekolah yang menjulang tinggi, ia akan menyempatkan diri menulis sesuatu pada buku miliknya yang terlihat usang. Padahal memang dia sengaja memilih buku bergaya vintage dan memiliki kesan rusak. Biasanya itu disebut paper tear vintage.
"Aku ke kelas dulu. Jangan lupa datang ke ruang guru setelah jam istirahat pertama berakhir. Kau dipanggil oleh Pak Erwin."
"Tck, pelatihan lagi?"
"Iya. Lomba mu kan tinggal dua hari lagi."
"Katakan padanya aku sedang sibuk. Aku akan belajar sendiri hari ini."
"Apa itu tidak masalah?"
"Kalau dia tidak mendengarmu, tendang saja kaki nya."
Marco bergidik. Bagaimana bisa dia berbicara seperti itu dengan wajah yang santai ? tanya Marco dalam hati. "Iya iya aku akan menendang perutnya saja kalau begitu!" ujar Marco sekenanya lalu berlari kecil masuk ke dalam gedung sekolah.
Athena menggeleng heran. Ia mengusap bagian cover buku nya lalu mengedarkan pandangan nya ke sekitar halaman utama sekolah. Ia mengerlingkan pandangan nya mencoba menangkap sosok mungil yang beberapa hari terakhir ini kerap kali muncul di benak nya.
Kedua alisnya tertaut membentuk sebuah kernyitan. Tanpa ia sadari, kaki nya sudah melangkah mendekati sekumpulan anak laki laki di depan gedung perpustakaan, mencoba mencari tahu apa yang terjadi disana.
Netra hazel nya membola sempurna saat mendapati Armin tengah dipalaki oleh para keparat itu. Bukan nya melawan, Armin hanya diam mematung membiarkan tas nya di rusak.
"Permisi, pengemis dilarang masuk ke SMA Herrigate," sarkastik Athena menyampingi Armin.