10 :: Rasa Permen Karet
ISTIRAHAT makan siang baru saja di mulai. Sama seperti biasa, murid murid ada yang menghambur ke kantin, ada pula yang memilih untuk menghabiskan waktunya di dalam kelas. Seperti yang di lakukan oleh tiga serangkai di tengah kelas, mengacau dan mengganggu ketentraman Athena.
Pelupuk matanya tampak sembab. Bukan karena menangis, tapi, karena tugas menggambar bangunan yang membuatnya terjaga sampai jam 1 pagi. Padahal tugas dari Pak Steven baru akan di kumpulkan besok.
Walaupun ia sering melanggar dan bertengkar, ia termasuk salah satu murid terajin dalam pelajaran. Apalagi jika ia mendapat tugas dari guru guru nya. Ia akan mengerjakan nya tepat setelah tugas diberikan padanya.
"Jadi, apa kau menolaknya, Athena?" tanya pemilik sepasang netra hazel yang bertengger di atas meja nya.
Athena yang sejak tadi membenamkan wajahnya pada lipatan tangan nya diatas meja, hanya berdehem pelan sebagai jawaban. Sontak Jean dan Marco tertawa renyah. Menyisakan Leo yang malah meringis sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Gadis bernetra hazel itu menghela napas pendek lalu menegakkan tubuhnya. Menarik buku gambar yang sejak tadi tak tersentuh diatas meja, membuka halaman yang sudah berisi gambar bangunan yang masih perlu di finishing.
"Jika kalian tak punya pekerjaan, seharusnya kalian sudah bersiap siap untuk mengumpulkan tugas ini besok." celetuk Athena.
Tiga serangkai yang sejak tadi saling cerca, mengerjap sambil menatap buku gambar milik Athena. Marco yang sepertinya sudah menyelesaikan tugasnya, terlihat biasa biasa saja. Sedangkan dua kutu kupret Leo dan Jean buru buru kembali ke tempat duduk mereka seraya mengacak isi tas nya.
"Athena?" sapa figur mungil dengan sebuah kotak bekal di tangan nya.
Athena mendongak. "Ada apa?"
"Apa kau sudah makan?"
"Aku tidak lapar."
"Benarkah? padahal aku membawakan bekal untuk mu."
"Apa itu?"
"Lihatlah sendiri,"
Armin mendudukkan tubuhnya di samping Athena, membuka kotak bekal yang ia bawa. Netra hazel Athena membola, melihat tempura dan beberapa gulung sushi di dalam nya.
"Untuk mu saja,"
"Aku membuatkan ini khusus untuk mu, Athena," saut Armin, loyo.
Athena mengerjap. "Kalau begitu, suapi aku."
Armin terkejut. Pipinya tiba tiba memanas dan memerah. Menyadari hal itu, Athena menunjukkan gambar bangunan nya yang belum selesai di finishing. "Aku menyelesaikan ini dulu kalau begitu,"
"B-baiklah biar aku yang suapi. Ini akan lebih enak jika dimakan saat masih hangat."
"Hm."
Armin menyumpit beberapa tempura, menyuapi Athena dengan telaten. Laki laki pirang itu tampak sedikit gugup dan salah tingkah. Padahal Athena melahap makanan nya dengan wajah yang santai sambil terus menggerakkan tangan nya diatas buku gambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARENA✔️
Fanfic˚ · . [ ARENA ] ✧ ˚ · . ┊ ┊ ˚ ༘♡ ⋆。˚ ꕥ Seperti ranting pohon yang mudah patah saat diterjang badai, kau sama lemah nya seperti itu. Tapi, kau juga seperti badai yang menghancurkan pertahanan ter...