Malam ini langit tak berbintang, seolah ia sedang bersedih, begitu juga dengan seorang pemuda bersurai raven, dia sedang berdiri di balkon kamarnya sambil menatap bintang. Dia teringat kejadian saat tadi siang di ruang dokter suatu rumah sakit.
Flash Back On
Didalam sebuah ruangan dokter, kini terlihat beberapa pemuda dengan seorang dokter yang masih menggunakan jas dokternya.
"Anko-san, bagaimana keadaan adikku?" Tanya seorang pemuda bersurai silver blue, saat sudah sampai di ruang dokter tersebut.
"Begini Envy sama, Naruto-san mengalami banyak luka yang dalam, bahkan terdapat dua tembakan yang pelurunya bersarang di jantungnya. Namun untungnya Naruto-san merupakan orang yang kuat." Ujar dokter Anko sambil melihat laporan hasil periksanya tadi.
"Dan selain itu.. Ada sesuatu yang sangat membuat saya terkejut dengan luka yang ada diperutnya Naruto-san, Envy sama." Lanjut Anko sambil menutup matanya dan membuang nafasnya gusar.
"Apa maksudmu dok?" Ujar pemuda bersurai raven dengan menahan emosi.
"Naruto-san terkena racun, dan mungkin ini racun yang sangat mematikan. Dan kini para dokter sedang mencari penawar racun tersebut." Ujar Anko dengan hati hati.
Seketika keadaanpun menegang, seolah dunia mereka hancur berkeping keping. Namun tiba tiba...
BRAK
"Apa maksud mu dok? Apa kau bilang bahwa kekasihku akan mati HAH?" Ujar pemuda bersurai raven dengan emosi yang meledak ledak.
"Sas, tenang." Ujar Envy sambil menatap tajam Sasuke.
"Tapi Vy...
"Aku juga merasakan sakit Sas. Aku sudah menganggap Naruto sebagai adik kandungku sendiri, jadi kau tahu seberapa sakitnya aku mendengar kabar ini." Potong Envy dengan emosi yang lebih meledak.
"Dan Anko-san, aku minta kau segera mencari penawarnya, aku tak peduli berapapun harganya. Atau bahkan aku rela menyerahkan nyawaku, asalkan adikku bisa kembali sembuh." Ujar Envy sambil melenggang pergi, dan tak lupa dia menyeret Sasuke.
Sedangkan Sasuke hanya pasrah ditarik oleh Envy, karena bayangan dia hanya tentang kekasih pirangnya. Dia tak mungkin sanggup jika harus tanpa kekasih pirangnya.
Flash Back Off
Setelah Sasuke mengingat kejadian tadi siang hanya bisa mencengkram kuat pinggiran balkon kamarnya, dia benar benar tak menyangka jika kini kekasihnya harus merasakan sakit yang sangat. Tak terasa air matanya menetes.
"Naru... Apa kau menghukumku? Apa kau sebenarnya masih membenciku? Sehingga kini kau pergi tertidur tanpa mau membuka matamu Naru..." Ujar Sasuke lirih sambil menatap langit tanpa bintang.
"Kau harus kuat otouto. Kuat untuk Naruto. Aku tahu ini sulit bagimu, bahkan bagi kita semua. Naruto pun tidak membencimu, hanya saja ini adalah ujian bagi kalian. Bagi kau dan juga Naruto." Ujar pemuda berambut hitam panjang dengan keriput diwajahnya.
Ntah kapan kakaknya itu masuk kedalam kamarnya, namun Sasuke dapat dapat mendengar bahwa kakaknya pun sedang menangis. Dan yang Sasuke tahu hanya satu, yaitu kini dia dan kakaknya benar dalam keadaan rapuh, kekuatannya dan juga kakaknya terpejam bersama terpejamnya iris mata yang mereka sukai.
~°~
Beda tempat belum tentu beda cerita, kini dalam sebuah kamar disebuah apartemen yang megah, kini terlihat pemuda bersurai pirang pucat dengan gaya ponnytail sedang menggenggam sebuah figura foto sambil menatap langit yang tak berbintang. Dia merasa hancur sehancur hancurnya, saat mengingat adik kesayangannya. Dia mengigit bibir bawahnya guna mengurangi isak tangisnya. Dia teringat saat lima tahun yang lalu, disaat sebelum dia kehilangan adik kesayangannya.
Flash Back On
Disebuah taman sekolah, terlihat dua orang dengan surai pirang, namun bedanya yang satu bersurai pirang terang dengan iris shappire, sedangkan yang satunya lagi merupakan surai pirang pucat dengan gaya ponnytail.
"Nee Naru... Niichan minta maaf, selama ini niichan belum bisa menjaga dan melindungi Naru dengan baik. Tapi niichan janji, jika niichan sudah lulus nanti, niichan akan bawa kamu keluar dari rumah itu." Ujar pemuda bersurai pirang pucat sambil mengusak surai sang adik.
Sang adik pun tersenyum manis, senyum yang tak pernah dia lihat didalam rumahnya,"Nee Dei-nii, Dei-nii jangan memaksakan diri Dei-nii ne. Dan jika aku suatu saat harus pergi disaat Dei-nii tidak ada, tolong maafkan Naru ne. Naru sayaaaaang banget sama Dei-nii." Ujar sang adik sambil memeluk kakaknya.
"Tapi niichan minta kamu jangan pergi jauh dari niichan. Karena niichan ga mungkin bisa tahan dengan mereka jika tanpa kamu otouto." Ujar Deidara sambil memeluk balik adiknya.
"Aku tak bisa janji niichan, tapi aku akan usahakan." Ujar Naruto sambil memeluk sang kakak dengan erat.
Tak berapa lama akhirnya bel pergantian pelajaran pun berbunyi, dan mereka pun berpisah untuk pergi kekelas masing masing. Dan siapa sangka jika itu adalah pertemuan terakhir mereka. Karena sang kakak yang harus pergi mengerjakan tugas dirumah temannya serta bermalam disana. Dan ketika dia kembali, sang adik pergi dari rumahnya ntah kemana.
Flash Back Off
"Seandainya saat itu aku membawamu ke rumah Sasori Naru. Mungkin kita tak akan pernah berpisah. Seandainya aku tak bermalam dirumah Sasori, aku tak akan pernah melihatmu terbaring lemah seperti saat ini." Dan masih banyak kata seandainya dari bibir tipis pemuda bersurai pirang itu.
"Dei-chan, kau harus tidur. Kau butuh istirahat. Jika Naru melihatmu seperti ini pasti Naru akan sedih Dei-chan." Ujar pemuda bersurai merah dengan wajah babyfacenya yang baru datang dan memeluk pemuda pirang pucat itu dari belakang.
"Tapi danna, aku masih tak percaya jika Naruku sedang terbaring lemah disana. Aku ingin memeluknya, aku rindu Naru danna." Ujar Deidara sambil terisak dalam pelukan seseorang yang membuatnya jatuh cinta.
"Dei, asal kau tahu. Naru sangat menyayangimu seperti sebelum kalian terpisah. Namun dia masih belum siap untuk bertemu denganmu, dia takut kamu marah karena dia telah pergi jauh darimu Dei." Ujar Sasori sambil mengeratkan pelukannya berharap orang yang dia cintai merasakan kenyamanan.
"Dan asal kau tahu Dei, beberapa hari yang lalu, Naru ingin bertemu denganmu diakhir pekan ini. Dia ingin memberikan kejutan pada kakak kesayangannya ini." Lanjut Sasori saat dia teringat kata kata adik dari orang yang dia sayangi.
"Tapi, kejutan itu tak jadi. Karena sekarang dia terbaring lemah di sana danna. Jujur aku tak butuh kejutan darinya, aku hanya ingin dia kembali dalam keadaan baik baik saja. Tapi sekarang bahkan dia tak menampakkan iris mata yang sangat aku rindukan itu danna." Ujar Deidara sambil terus menangis dalam pelukan Sasori.
Ketika angin semakin dingin, Sasori membawa Deidara kedalam kamarnya, dan dia baringkan tubuh Deidara diatas kasur queen sizenya itu. 'Naru cepatlah kembali.' Lirih Sasori sambil meneteskan air mata.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Yang Tak Lagi Sama (END)
FantasyLangsung baca aja ya, ga bisa bikin summary. Dan ini cerita pertamaku. Jadi maaf maaf kalau aneh dan juga ga jelas. HOMOPHOBIC MENJAUH DULU NARU×SASU???? Disini aku hanya meminjam nama dari tokoh milik Masashi Kisimoto Mohon dukungannya, dengan lik...