• 011 •

1.1K 258 49
                                    

Hai~
Jangan lupa tinggalin vote dan komen yaa~
I'll be grateful for that (๑•ᴗ•๑)♡

Hai~Jangan lupa tinggalin vote dan komen yaa~I'll be grateful for that (๑•ᴗ•๑)♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada opsi lagi untuk Jeno. Mau tidak mau dia harus mengambil opsi pertama yang mana memorinya selama dia menjadi vampir alter akan dihapuskan sehingga dia bisa menjadi vampir biasa. Tidak masalah dia menjadi vampir biasa tapi kalau opsi tersebut mengharuskannya untuk melupakan Haechan, mana dia sanggup? Disiksa Taeyong jadi tidak seberapa karena buktinya lebih sakit memikirkan Haechan yang sebentar lagi akan menghilang dari ingatannya. Itu jauh lebih menyakitkan bagi Jeno.

"Pa, dimulai saja. Aku khawatir Haechan bangun dan mengacau di sini. Sebaiknya kita segera melakukan ritualnya."

Taeyong mengakhiri siksaannya pada Jeno hanya untuk membuat pria itu lebih tersiksa lagi. Batinnya, bukan fisiknya.

"Puteriku pantas bahagia, tapi bukan dengan vampir rendahan sepertimu."

Lalu ketika Taeyong memulai ritualnya, Jeno hanya bisa menutup matanya. Semua kilas balik peristiwa dari awal dia bertemu Haechan. Dulu dia sama sekali tidak memerdulikan keberadaan Haechan. Dia hanya fokus pada dirinya sendiri, mencari mangsa untuk dia hisap darahnya dengan begitu dia tidak akan kelaparan. Meski Haechan berbaik hati membawakan manusia untuk dia nikmati...

"Kau mau aku bawakan manusia lagi??"

"Hanya bertanya... silahkan, lanjutkan kegiatan makanmu."

Jeno hanya melemparkan tatapan tajam pada wanita itu dan pergi ketika dia sudah menyelesaikan kegiatan makannya. Tanpa mengucapkan terima kasih pada Haechan yang sudah datang membawakan manusia padanya. Setelah dia pikir-pikir lagi, dia mungkin sedikit keterlaluan pada Haechan waktu itu.  Dia ingat juga bagaimana awal dia memberanikan diri untuk memanggil nama wanita itu, meski terbata-bata.

"Jadi sudah waktunya... kita berpisah di sini oke? Aku akan menemuimu lagi besok malam. Segeralah pulang, jangan sampai tertangkap manusia. Aku pergi dulu..."

"Hae-Chan?"

Bukan dia bisu. Dia hanya malas bicara pada orang asing tapi beberapa hari Haechan menampakkan diri di hadapannya, membantunya memenuhi kebutuhan akan darahnya, Jeno mulai membuka dirinya dan memanggil Haechan. Itu adalah pertama kali dia menanggapi Haechan. Menunggu wanita itu untuk datang kembali karena dia sudah berjanji untuk datang lagi menemui dia pada keesokan harinya. Nyatanya Haechan tidak kembali padahal Jeno sudah menunggu selama beberapa hari. Jeno kesal setengah mati karena baru kali itu dia membuka diri untuk vampir lain tapi langsung dikecewakan.

"Jenoo... kau benar-benar akan mengabaikanku terus? Kau benar ingin aku pergi? Sungguh? Aku pergi ya? Aku akan pergi sekarang. Aku bersungguh-sungguh, Jeno! Aku sungguh akan pergi sekarang! Kau tidak mau melihatku lagi kan? Baiklah, aku pergi ya!"

Ego menguasainya pada saat itu sehingga  melihat wajah Haechan saja dia sudah sangat kesal. Padahal dia menunggu tapi begitu Haechan menampakkan diri, Jeno jadi ingin lebih marah lagi. Saat Haechan  bilang akan pergi, saat Haechan memutar tubuhnya, saat itu juga dia sadar kalau tidak bisa. Jeno tidak bisa kalau sehari lagi tidak melihat Haechan. Jeno tidak ingin Haechan pergi begitu saja. Tidak setelah Haechan berjanji akan datang kembali untuk menemuinya. Di sinilah awal kedekatan mereka. Dia ingat bagaimana Jeno membersihkan sisa darah di sudut bibirnya.

Death Wish • NoHyuck •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang