Dia sudah terlalu jatuh untuk bangkit dan bahagia.
Solitude by Andhara
🕯🕯🕯
"Bibi harus pergi ke Singapura, Ain." Gadis yang tengah menonton film itu menengok ke arah sang Bibi. Apa katanya? Singapura?
Linda menatap ragu pada keponakannya itu. Dia tahu seharusnya dia terus berada di samping Ainsley. Terlebih karena kejadian tempo hari, walau Ainsley mengatakan itu sudah selesai dan hubungannya dengan teman-teman sekelasnya semakin baik, Linda tetap saja khawatir.
Tapi, jika dia tidak pergi akan sulit untuk tinggal lebih lama di Indonesia.
"Bibi janji, paling lama satu bulan. Bibi janji akan pulang secepatnya, ya?" Tatapan Ainsley kembali beralih ke laptop yang masih menyala.
"Ya. Aku gak apa-apa. Bibi pergi aja." Ucapan dengan raut wajahnya kontras sekali.
Wanita itu menghela napas. Linda mengambil kedua tangan Ainsley, menggenggamnya. "Bibi janji akan kembali."
Lama sekali mereka saling bertukar pandang. Dan pada akhirnya gadis itu mengangguk. "Bibi harus kembali. Bibi udah janji. Iya, kan?" Linda mengangguk menanggapi, kemudian memeluk Ainsley.
"Tidurnya jangan malam-malam. Besok masih harus sekolah, kan?" Ainsley mengangguk dua kali.
"Bibi kapan ke Singapura?" Linda tampak berpikir, kemudian kembali menatap Ainsley.
"Mungkin lusa." Ucapannya membuat Ainsley tampak lesu.
"Besok Ain bolos, ya?"
"Ain...."
"Please...." Gadis itu sudah berusaha memasang wajah memelas. Ayolah, dia sangat amat ingin menghabiskan waktu seharian dengan Linda. "Ain pasti bakal kangen banget sama Bibi. Mau, ya, besok kita jalan-jalan?"
Linda menghela napas, wanita itu tersenyum sambil mengangguk. Ainsley bersorak, kembali berhambur memeluk Linda. Sepertinya besok akan menjadi hari yang menyenangkan. Semoga juga pikirannya bisa sedikit lebih tenang.
Ainsley memilih untuk membuka jendela kamarnya setelah Linda keluar. Gadis itu menatap langit malam. Bulan bersinar terang sekali. Suhu dingin juga sudah masuk ke dalam kamar dan menyentuh kulitnya.
Dia tidak pernah rela membiarkan bibinya pergi begitu saja. Tapi, bukankah ia sudah egois selama ini? Bibinya tinggal karena dirinya. Linda meninggalkan pekerjaan yang sangat ia sukai karena harus mengurus Ainsley.
Gadis itu melamun. Terkadang saat dirinya tengah sendirian, seringkali Ainsley merindukan mereka—kedua orang tuanya. Kerinduan yang tak akan pernah usai. Karena sudah tak bisa lagi melepas rindu itu.
Fakta bahwa kerinduannya akan kedua orang tuanya tidak akan pernah membuat mereka bertemu adalah hal yang menganggu.
Ainsley sangat ingin. Setidaknya walau hanya sekali. Dia ingin berjumpa dengan mereka lagi. Walau hanya lewat mimpi.
🕯🕯🕯
"Jaga diri ya, Sayang."
"Hm."
"Bibi pamit."
"Iya."
Linda melepaskan pelukannya. Menatap Ainsley sembari tersenyum. Wanita itu menghapus air mata gadis itu. Padahal Ainsley sudah berjanji tidak akan lagi menangis setelah kemarin keduanya menghabiskan hari bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Solitude
Teen FictionBagaimana perasaan kalian saat melihat kematian orang tua kalian sendiri? Bagi Ainsley. Rasanya sangat ... entahlah, gadis itu tidak bisa mendeskripsikannya dengan kata-kata. Gadis itu kini hidup sebatang kara. Dihantui oleh mimpi-mimpi ketika Ayah...