Ada sebuah suara, yang terus menghentikanku saat ingin menyerah pada hidupku yang hampa. Suara itu ... milik siapa?
Solitude by Andhara.
🕯🕯🕯
Suara langkah kaki seseorang terdengar di lorong yang jarang dilewati itu. Langkahnya semakin cepat, semakin mirip seperti sedang berlari. Napasnya terengah-engah. Suara hujan kini semakin jelas terdengar di telinganya. Dan suara teriakan seseorang yang terus memanggilnya dari belakang.
Ainsley tetap berlari. Tidak peduli dengan orang yang memanggilnya itu. Dia bersembunyi di taman belakang sekolah, taman yang jarang didatangi. Salah satu tempat favoritnya karena ia bisa menyendiri di sana. Walau pada akhirnya hantu laki-laki itu selalu datang dan menganggu.
Tapi, dia tidak ada di sini. Ainsley yang memintanya pergi. Dan dia benar-benar pergi. Padahal, Ainsley pikir dia tidak akan pergi. Tapi sepertinya gadis itu salah. Sekarang apa?
Ia dituduh mencuri kalung yang bahkan baru pertama kali ia lihat itu. Pihak sekolah sampai harus memanggil bibinya yang sedang sibuk karena harus bekerja dari rumah. Dia merasa mempermalukan bibinya sendiri. Dirinya tidak memiliki bukti untuk membela diri, tapi mereka juga tidak memiliki bukti jelas saat Ainsley mencuri kalung itu.
Gadis itu terdiam. Kira-kira apa yang akan terjadi jika malam itu orangtuanya selamat? Apakah ia tidak akan pernah merasa sepi seperti ini? Ainsley lelah. Sebenarnya, dia sudah terlalu lelah untuk hidup. Mungkin benar jika ayah dan ibunya ingin ia melanjutkan hidup lebih baik. Tapi, mereka saja tidak ada.
Mengabulkan permintaan seseorang yang sudah tiada? Bukankah itu sulit dilakukan.
Terkadang ada waktu di mana ia ingin melanjutkan hidup dengan damai, walau lebih banyak waktu yang ia habiskan untuk berpikir bahwa 'mati lebih baik'. Dan pada akhirnya ia hanya bisa bimbang. Memilih antara melanjutkan hidup atau berhenti sampai di sini.
"Tolong jangan mati."
Siapa yang mengatakan itu? Ah... lagi-lagi dia tidak ingat. Kenapa, ya? Seseorang yang mengatakan kalimat itu ... Ainsley ingin bertemu. Siapa dia? Bagaimana rupanya? Gadis itu hanya mengingat suaranya saja.
Suaranya ....
"Kamu bicara padaku lagi."
"Jangan mati."
Dengan cepat, gadis itu menggelengkan kepalanya. Apa-apaan itu barusan?! Kenapa yang muncul di kepalanya malah suara ... sudahlah!
Gadis itu menundukkan kepalanya, meremas ujung rok yang ia kenakan. Matanya memanas, entah karena apa. Emosinya tiba-tiba saja keluar menuju permukaan. Air mata itu akhirnya merembes keluar dan membuat sungai kecil di pipinya.
"Aku rindu ... Ayah ... Ibu ...." Dia duduk bersandar pada pohon, menutup wajahnya dengan kedua tangan. Mencoba meredam isakan. "Kenapa kalian lebih memilih Tuhan? Kenapa tidak aku?"
Pada akhirnya gadis itu mengeluarkan kalimat yang sangat ingin ia ucapkan. Walau pada akhirnya ia tak pernah bisa mendengar jawaban atas pertanyaannya. Dan sejak Xavier pergi, gadis itu menjadi lebih sering melihat 'mereka' yang sangat tak ingin ia lihat. Itu adalah salah satu alasan mood-nya selalu buruk.
Setelah satu jam menangis di sana, Ainsley kabur dari sekolah. Tasnya mungkin sudah dibawa oleh Linda. Entah bibinya itu masih berada di sekolah atau tidak. Yang jelas, Linda tidak berhasil menemukan Ainsley di taman ini.
Gadis itu berjalan lunglai. Tenaganya sudah lumayan terkuras hanya untuk menangis. Matanya sembab, dan hidungnya memerah. Langit mulai mendung. Dan sepertinya akan hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Solitude
Novela JuvenilBagaimana perasaan kalian saat melihat kematian orang tua kalian sendiri? Bagi Ainsley. Rasanya sangat ... entahlah, gadis itu tidak bisa mendeskripsikannya dengan kata-kata. Gadis itu kini hidup sebatang kara. Dihantui oleh mimpi-mimpi ketika Ayah...