Chapter 2

375 50 6
                                    

Uhhh. Sebal. Kenapa sih harus pindah? I'm living my happy life, but I think someone's not happy so it's over now.

Sudah 2 hari aku tak pergi kemana-mana (karena hari ini hari Minggu juga sih). Waktuku tersita untuk memindahkan barang-barangku yang tak sedikit ke dalam kardus. Belum lagi, kalau aku menemukan benda yang sudah lama hilang. Kalau begini terus kapan selfesainya?

Karena sudah terlalu lelah, aku memutuskan untuk berhenti sejenak. Baru saja menghempaskan badban ke kasur, handphone ku bergetar. Ku buka handphone-ku, ternyata ada pesan dari Hazza.

"Babe, open the door please. X" Hatiku mencelos. Jangan bilang dia ada di depan pintu kamar. Tidak, tidak. Tak boleh. Aku belum sempat memberitahu kabar buruk ini. Hazza bisa marah. Tapi terlambat, dia sudah membuka pintu kamarku.

"Hey, swe.... Wait, am I missing something?" tanya Harry keheranan.
Dia berkeliling mengitari kamarku. Ku lihat raut mukanya, he got it.

Aku langsung menarik dia untuk di kasur.
"Dengerin penjelasanku." kataku. Aku pun mulai menceritakan soal Lou yang sudah mendapatkan hak aku dan Zayn untuk mendiami rumah itu.Terlihat dari mukanya, Harry masih belum bisa menerima kenyataan. Sama denganku, tepatnya. 1, 2, dan sudah 5 menit kami diam. Namun akhirnya, Harry membuka mulutnya dan menyanyi pelan...

Can't believe you're packing your bag
Trying so hard not to cry
Had the best time and now it's the worst time
But we have to say goodbye...

Harry tidak menangis. Tapi aku bisa mengerti dari matanya, dia benar-benar terluka. Aku langsung memeluknya, menangis sambil membisikkan pelan kata maaf padanya. Dia membalas pelukanku, dan mendekapku erat seperti takkan pernah melepaskan. I wish I could freeze this time forever...

***

Sorry pendek guyyys. Janji deh next chapter lebih berbobot....

Btw, jangan lupa vomments! You just don't know how much it means to me!

Love

N

Is It Too Late? » Harry » Niall »Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang