Langit tampak masih gelap. Tak biasanya aku sudah bangun pagi. Semua ini ku lakukan karena hari ini hari 'besar'. Hari yang sebenarnya tak mau ku lalui.
Aku masih termenung memandang refleksi diriku sendiri di depan cermin. Gadis yang sedang kutatap benar-benar terlihat suram. Ia mengenakan dress hitam selutut dengan legging hitam. Ditambah cardigan berwarna hitam. See, how poor she is?
"JANE!!!" terdengar teriakan Zayn dari luar kamar. Aku pun dengan malas melangkahkan sepasang kaki yang terasa 2 kali lipat lebih berat dari biasanya.
Aku menaikkan alisku ke atas sambil memandang Zayn tanda menanyakan ada apa. Berbicara pun rasanya terlalu buang-buang energiku. Zayn pun tak berkata apa-apa, ia hanya memberi isyarat untuk mengikutinya ke luar rumah.
Walau baru pukul 5 pagi di luar rumah sudah banyak orang, termasuk Harry, Liam, dan Sam.
"My Janey, how can I love without you?!! How dare you leave me alone with these two stupid boys?" rengek Samantha. Dia langsung memelukku. Sam, dia sahabatku. Sahabat terbaikku setelah Liam dan Harry. Dan satu-satunya sahabat cewekku. Apakah di London aku akan menemukan pengganti Sam? Tak akan. This is why I hate to move, we'll just meet a bestie like her once.
"Aku janji akan menelponmu lewat Skype tiap hari. Kalau perlu tiap jam." kataku menenangkan.
"But it won't feel the same, Jane. Kamu harus sering berkunjung ke sini. Atau kita yang mengunjungimu." ucap Sam.
Aku hanya mengangguk sambil memandanginya saja. Aku tak bisa janji untuk sekarang, apalagi janji kepada orang yang selalu ingat menagih janji seperti Sam.
Sekarang giliran Liam. Liam yang daritadi berdiri tepat di sebelah Sam hanya mengerucutkan bibirnya saja. Dia sudah tahu aku akan pindah sewaktu-waktu namun sepertinya ini terlalu cepat.
Karena sebal melihat muka masamnya, ku tonjok lengan atas Liam.
"Ouch! You will leave us in hours but you still dare to hurt me, girl? Really?" Dalam hitungan detik, aku sudah mual karena Liam mengangkat badanku lalu diputarnya. Such an unique habit. Dia selalu melakukan itu kalau sebal kepadaku. Tapi toh aku tak pernah kesal terhadapnya gara-gara ini, yang ada aku malah kegirangan. Namun hari ini aura semua orang terasa berbeda, kelam. Janganku tertawa, tersenyum pun orang enggan.
Akhirnya Liam menurunkanku tanpa tersenyum sedikit pun (sudah kubilang, aura hari ini buruk). Dia tetap tak mengeluarkan suara kebapakannya. Dia hanya memelukku erat, sambil berbisik di telingaku bahwa jika ada sesuatu yang terjadi, buruk maupun baik orang yang harus kuhubungi pertama ya Liam. Aku hanya tersenyum mengiyakan.
Akhirnya Liam dan Sam pamit untuk pulang lantaran mereka ada kelas yang tidak bisa ditinggalkan. Jadi perhatianku sekarang terfokus pada Harry.
5 menit sudah aku mencari Harry, tapi tidak sedikit pun mataku menangkap adanya tanda-tanda kehadirannya.
But wait, harum parfumnya tiba-tiba saja sampai di hidungku!
Belum sempat ku mencari, mataku sudah tertutup oleh kain tipis.
"Ini aku, I think we still have time to go out. So let us enjoy our moment.." bisiknya di telingaku.
Tanpa harus dia mengaku identitas dia pun aku sudah tahu dia siapa. Harum parfumnya sudah tersimpan di memoriku (Parfum itu aku yang belikan, jadi wajar kan?).
Dia pun menarik lenganku perlahan dan mengapitkan lenganku dengan lengannya. Berjalan-jalan bersama pacar dengan mata tertutup akan selalu menjadi kebiasaanku favoritku, dan sayangnya mungkin ini yang terakhir.
Jadi ceritanya aku benar-benar menikmati perjalanan ini sampai tak sadar bahwa kita sudah berada di tempat tujuan.
"Where are we, Hazz?" tanyaku pada Harry.
"You will know, later." jawab Harry.
Terdengar derap langkah menjauhiku. Okay, where he is going? Is he leave me alone because he still mad with me?!! Baru saja aku ingin teriak, namun suara derap langkah mendekat. Dan dia akhirnya membuka penutup mata yang daritadi terpasang di mataku.
"Hazza..."
I don't know what should I say.
***
Is anyone read my fanfic? (Sorry, but I don't think so.) But if you read this, how is it? Sorry kalau jelek :( x
And, wait for the next guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Too Late? » Harry » Niall »
Fanfiction[Book 1] When you have to choose the one who always right beside you then left, or the one who left you then make a promise to always right beside you. ⬛⬛⬛ Copyright © 2015 by malikryptonite