"JANEEE WAKE UPPPPP! IT'S ALREADY 7:40 am! Kelas pertamamu mulai pukul 8!!!" terdengar teriakan dari bawah.
YA TUHAN.
AKU TELAT DI HARI PERTAMAKU.Aku langsung melakukan jurus serbakilatku yaitu mandi, pakai baku dan lari ke meja makan hanya dalam waktu 7 menit.
"Pagi, Jane. Sepertinya kau benar-benar kelelahan tadi malam." kata Zayn sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Jane, kau dan Zayn kan satu kampus. Jadi kau berangkat sama Zayn tiap hari. Untuk pulang, itu terserah kalian berdua." kata Louis.
"Lou, I think we should go now. Bye!" ucap Zayn sambil mengunyah potongan roti terakhirnya.
Aku pun langsung membawa roti buatku yang belum ku gigit sama sekali. Lalu ku cium pipi Louis dan pamit padanya.
Sesampainya di sekolah, Zayn dan aku berpisah. Kelas pertama dia adalah seni musik. Omong-omong, Zayn memang mengambil jurusan seni. He just born with the art.
Kalau aku, aku mengambil jurusan Management. Dan kelas pertamaku adalah Manajemen Pemasaran.
Nah! Akhirnya ku temukan juga kelasnya. Untungnya kelas belum dimulai. Aku meluaskan pandangan, hanya ada satu bangku tersisa, yaitu di depan. Di samping cewek berambut panjang berwarna brunette with her edgy style. Aku pun menempati bangku terakhir tersebut.
"Hey, girl! You must be Jane right?" sapa cewek brunette itu.
"Excuse me, but how did you know my name?" tanyaku kebingungan. Perasaan aku tak mengenalnya.
Dia hanya mengarahkan pandangannya pada kalung yang terdapat di leherku. I forgot. I used a necklace that show my name. How stupid.
"Jadi, namamu siapa?" kataku membuka obrolan.
Dia masih sibuk dengan buku yang dibacanya.
"Jasmine, Jasmine Abbot. You can call me Jaz."
Baru saja aku mau melanjutkan obrolan dengan Jasmine, tapi dosen sudah masuk ke ruangan.
Dosen yang sedang berada di depan ku ini mengenalkan dirinya terlebih dahulu. Sepertinya karena ia melihat wajah asingku di kelasnya. Namanya Mr. Robert. Dia belum begitu tua, mungkin sekitar 26 tahun. Young enough, huh?
Tak terasa jam pelajarannya sudah habis. He teachs well I think. Maybe he will be my fave.
Setelah Mr. Robert keluar, Jasmine langsung bangkit dari kursinya. Aku raih lengannya sebelum ia pergi meninggalkanku.
Ia menoleh padaku dan memberi tatapan 'ada-apa'.
"Aku belum kenal siapa-siapa disini. Bolehkah aku ikut denganmu?" kataku sambil memasang muka polos.
Dia mengangguk. Aku pun mengikuti dia. Sepertinya kita akan menuju kantin. Dan benar dugaanku. Dia langsung membeli burger dan air mineral. Aku membeli sandwich dan air mineral.
Lalu kami memilih meja yang masih kosong. Akhirnya kami menemukan satu meja kosong, sayangnya itu berada di tengah keramaian kantin. Dengan enggan kami menempati tempat tersebut.
Karena aku sangat lapar, aku langsung memakan sandwich-ku. Namun, pandanganku tiba-tiba menjadi gelap.
Ada seseorang di belakangku.
Karena panik, aku langsung meninjukan tanganku yang kurasa tepat di mukanya.
"Awww! Thats hurt, Janey!" teriak seorang cowok kesakitan. Aku kenal suaranya. Dia..... Zayn.
"Maafkan aku, Zaynie. Sungguh aku tak tau kalau itu kau. Aku kan belum punya teman disini. Makanya aku panik." ujarku meminta maaf padanya.
Dia duduk di sampingku sambil masih memegang mukanya yang kutonjok tadi.
Jaz tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya yang kesakitan melihat tingkah kami.
"Lagipula, ada urusan apa kau menghampiriku?" tanyaku pada Zayn sambil melanjutkan melahap sandwich-ku.
"Aku ingin menagih janjimu yang tadi malam."
Oh iya, aku janji pada Zayn untuk mentraktirnya. Lalu aku mengeluarkan sebagian uangku dari dompet. Tapi dia tetap bergeming.
"Tambah dong. Kau tadi sudah menonjok muka tampanku."
Rasanya aku ingin menonjok dia lagi.
"Jika kau tidak pergi dari hadapanku dalam 5 detik, aku akan menonjokmu lagi, Malik. Serius."
Tanpa berpikir panjang, dia langsung melesat keluar dari area kantin.
"Itu siapa, Jane? Pacarmu?" tanya Jaz, polos. Mukanya benar-benar polos.
Aku langsung tersedak. Jaz pun memberikan air mineralnya yang sudah dibuka padaku.
"Bagaimana bisa kau berpikiran seperti itu?! He's my brother. I wouldn't punch him in his face if he were my boyfriend." kataku.
"But, you both look cute together as a couple, I think." Jaz nyengir melihatku yang spontan melotot mendengar ucapannya.
"Jangan bahas tentang itu lagi, okay? Kita ke kelas selanjutnya saja, yuk." ajakku pada Jasmine.
Jadi kami memutuskan meninggalkan kantin dan memasuki kelas selanjutnya, Ekonomi Makro.
Untuk menuju ke kelas itu, kami harus melewati banyak bangunan. Dan sekarang kami melewati salah satu lapangan yang sepertinya lapangan futsal.
Ah, aku jadi ingat Liam. Dia termasuk cowok yang maniak sepak bola. Mataku menyapu seluruh lapangan futsal tersebut. Barangkali aku menemukan cowok yang mirip Liam.
Namun sayang yang kutemukan hanya cowok berambut blonde dengan muka sok nya karena dia baru saja mencetak gol.
"Kau sedang melihat siapa, Jane? Niall?" tanya Jasmine membuyarkan fokusku pada cowok sok itu.
"Kalau yang kau maksud Niall itu cowok berambut blonde yang nge-sok itu, iya. Dia bertingkah seperti dia cowok paling keren sedunia." kataku bergidik jijik.
"Tapi, kuakui dia keren. Walaupun dia bukan tipeku. Dan sepertinya cewek-cewek centil disini menganggap kalau dia cowok terkeren di kampus ini." jawabnya tersenyum sendiri melihat Niall yang sedang menggiring bola.
Aku pun mengalihkan pada segerombolan cewek di samping lapangan yang berteriak NIALL-I-LOVE-YOU. Apa sih yang menarik dari Niall sampai cewek-cewek sebegininya?
"Hm... Jane, kalau kita melihat pertandingan futsal sebentar, boleh tidak? Please.... Aku mau melihat George dulu."
Aku pun langsung melihat keeper yang sedang dipandangi Jasmine. Not too bad. I mean, better than Niall.
Karena Jasmine menunjukkan muka memelasnya, aku pun mengikuti permintaannya.
Dan disinilah aku, duduk di kursi yang dekat dari lapangan tapi untungnya jauh dari cewek-cewek penggemar Niall tadi, sementara Jasmine sudah anteng melihat George.
Baru 5 menit aku duduk disini. Tapi aku sudah tak betah. Perasaanku tak enak. Tapi aku tak tega mengajak Jasmine yang sedang kegirangan melihat George yang baru menyelamatkan serangan bola dari lawan.
"JANE, AWAS."
Aku pun menengok, mencari sumber suara, dan....
BRUK.
All I see was black.
***
Soo, guyssss. How is it? Coba tebak Janenya kenapa?:)))
And don't forget give the vomments please... (You don't know how much it means to me) :")
And I think I won't update the next chapter anytime soon because I'd have national examination in 3 days...
Minya doanya ya teman-teman....
Much love,
N
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Too Late? » Harry » Niall »
Fanfiction[Book 1] When you have to choose the one who always right beside you then left, or the one who left you then make a promise to always right beside you. ⬛⬛⬛ Copyright © 2015 by malikryptonite