Chapter 17

222 24 5
                                    

[Jane's POV]

Aku mematung di depan cermin. Suasana hatiku sedang bagus tapi entahlah, aku sangat ingin memakai outfit serba hitam hari ini. Jadi aku putuskan untuk memakai black skinny jeans dan blouse berwarna hitam.

Waking up beside you I'm a loaded gun.

Handphone ku berbunyi, segera aku angkat panggilan tersebut.

"Jane, where are you? We have been waited you for 15 minutes in front of your home!" 

Suara Heinna yang sedang mengomel adalah berada di urutan terakhir suara yang aku ingin dengar.

"Sebentar lagi aku kesana."

Pun, aku memutuskan panggilannya dan berlari menuju meja makan.

"Pagi Louis, Zayn..... LENA! Kemana saja kau?! Aku sangat merindukanmu!!"

Aku pun langsung menghambur ke pelukan Lena. Lena sudah kuanggap seperti kakak ku sendiri. Dari dulu aku ingin sekali memiliki kakak perempuan, karena terkadang kakak lelaki itu menyebalkan.

"Aku baru saja pindah ke London, Janey. Dan aku harus mempromosikan album baruku, it took a long time. Anyway, seperti biasa aku sudah menyiapkan albumku yang spesial untukmu!

"I'm happy for you! Finally, you moved to here, so Louis won't leave me alone at home again. And thanks for the album!" aku melirik sebal pada Louis. Louis memasang wajah innocent, yang membuatku ingin muntah.

"Soal itu, kita ingin memberitahu bahwa ki-"

"Ya Tuhan, aku lupa. Teman-temanku sudah menungguku di depan. Da-ah."

Aku memotong perkataan Lena dan memberikan ciuman jarak jauh untuk Lena, Louis, dan Zayn.

VW berwarna biru muda-putih tampak di depan halaman rumahku, aku langsung masuk ke dalam mobil itu.

"Maaf hehehe." aku pun memasang muka innocent.

Mereka kompak memberikan tatapan mematikan padaku. Namun 5 detik kemudian, mereka membentuk group hug, memelukku erat sambil tertawa lepas.

"Aku kangen kamu, Janey!!!"

"Kau kemana saja?!"

"Mereka tidak menyakitimu kan??"

"Jadi, kau pilih Niall atau Harry? Atau pilih aku?"

Begitulah mereka jika salah satu dari kami tidak ikut main bersama mereka dalam waktu yang cukup lama.

Sudah sebulan sejak tragedi di cafe sialan itu terjadi. Sudah sebulan juga aku tidak hang out dengan mereka.
Memilih salah satu pihak dari 2 pilihan yang dua-duanya salah itu susah, percayalah.

"Jadi, kita mau kemana hari ini? Dimana Jaz?" tanyaku pada yang lain.

"Yang pertama, hari ini kita akan shopping." jawab Liz.

"Yang kedua, Jaz sekarang sedang jalan dengan George. Mereka baru jadian 2 minggu yang lalu." sekarang Ezra yang menjawab.

George mengingatkan aku pada kejadian si blonde itu menendang bola ke arahku dan mengenai kepalaku. Sungguh aku masih tak memaafkannya atas kejadian itu.

"Yang ketiga, kenapa kau tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan kita?" tanya Finn, menuntun jawaban dariku.

Aku menatap mereka semua. Muka mereka seperti haus akan jawaban dariku.

Is It Too Late? » Harry » Niall »Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang